Abu Ubaidah bin al-Jarrah adalah Muhajirin dari kaum QuraisyMekkah yang termasuk paling awal untuk memeluk agamaIslam. Beliau masuk Islam melalui sayyidina Abu Bakar ra. Beliau memiliki perwakan Tinggi, Kurus, tipis jenggotnya, Berwibawa wajahnya dan dua giginya ompong karena mengambil mata rantai pengikat topi besi pelindung yang menancap dipipi Rosulallah sholallahu alaihi wasallam .
Ia ikut berhijrah ke Habasyah (saat ini Ethiopia) dan kemudian, Ia hijrah ke Madinah. Ia mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam. Setelah wafatnya Nabi Muhammad, Ia merupakan salah satu calon Khalifah bersama dengan Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Setelah terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah, Dia ditunjuk untuk menjadi panglima perang memimpin pasukan Muslim untuk berperang melawan Kekaisaran Romawi. Ia meninggal disebabkan oleh wabah penyakit. Dan diimakamkan di Deir Alla, Yordania.[1]
Keutamaan
Abu Ubaidah bin al-Jarrah memiliki beberapa keutamaan dalam Islam, di antaranya adalah:
Termasuk dalam Assabiqunal Awwalun, atau rombongan pertama yang masuk Islam. Beliau masuk Islam melalui Abu Bakar ra.[2]
Orang kerpercayaan Umat ini. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya setiap umat memiliki amin (orang yang paling amanah/kepercayaan), dan amin umat ini adalah Abu Ubaidah."[3]
Turut serta dalam Perang Badar dan berbagai pertempuran lain bersama Rosulalah sholallahu alaihi wasallam, dan berbagai pertempuran lain setelah Rosulallah sholallahu alaihi wasallam wafat.[2]
Dipilih menjadi Panglima perang oleh Rosulallah sholallahu alaihi wasallam di Perang Dzatus Salasil, sedangkan diantara pasukannya ada dua sosok mulia, yaitu sayyidina Abu Bakar ra dan Umar ra.[2]
Sosok yang pantas menggantikan Umar ra menjadi pemimpin kaum Muslimin. Sayyidina Umar ra pernah berkata ketika menjelang datang ajalnya,"Seandainya Abu Ubaidah bin Jarrah masih hidup, ia pasti menjadi bagian diantara orang-orang yang akan saya angkat sebagai penggantiku. Sehingga jika Rabb-Ku menanyakan hal itu, aku akan menjawab, "Saya telah mengangkat orang kepercayaan Allah dan kepercayaan Rosul-Nya." [2]
Menjadi Sabahat yang mencabut potongan besi yang menancap dipipi Rosulallah sholallahu alaihi wasallam. Pada perang Uhud, dimana Posisi kaum muslimin sudah sangat terdesak, Rosulallah sholallahu alaihi wasallam terkana anak panah. Beruntung beliau memakai pelindung kepala, namun Dua buah mata rantai pengikat topi besi putus dan menancap ke Pipi Rosulallah sholallahu alaihi wasallam . Maka Abu Ubaidah bin Jarrah ra pun mengambil potongan besi itu dengan mulutnya hingga membuat dua giginya lepas.[2]
Diutus Nabi Muhammad sholallahu alaihi wasallam ke Najran, Yaman untuk berdakwah, mengajar Al-Qur'an, As Sunnah dan Islam. Ketika penduduk Najran datang kepada Rosulallah sholallahu alaihi wasallam untuk meminta pengajar, Rosulallah sholallahu alaihi wasallam bersabda, "Sungguh aku akan mengirimkan bersama kalian seorang yang terpercaya, benar-benar terpercaya, benar-benar terpercaya". Dan orang dimaksud Rosulallah sholallahu alaihi wasallam tersebut tidak lain adalah Abu Ubaidah bin Jarrah ra.[2]
Dipilih oleh Amirul Mukminin Umar bin Khattab menjadi panglima perang Di SYam melawan Romawi menggantikan Khalid bin Walid[2]
Diberi gelar Amirul Umara, pemimpinnya pemimpin. Meski demikian beliau tetap Rendah hati dan berkata, "Wahai umat manusia, saya ini adalah seorang muslim dari suku Quraisy. Siapa saja diantara kailan baik ia berkulit merah atau hitam, yang lebih bertaqwa daripada diri saya, hati saya ingin sekali berada dalam bimbingannya".[2]
DiAngkat oleh Amirul Mukminin Umar bin Khattab sebagai pemimpin disyam.[2]
Sangat tawadhu meskipun memiliki jabatan yang tinggi. Suatu ketika Sayydina Umar berkunjung ke rumah Abu Ubaidah bin Jarrah, sedang saat itu Abu Ubaidah telah menjadi pemimpin Syam. ternyata dirumahnya tidak ditemukan satupun perabot rumah tangga, kecuali hanya pedang, tameng dan pelana binatang tunggangannya. Umar bertanya kepadanya, "Mengapa engkau tidak mengambil bagian untuk dirimu sendiri, sebagaimana yang dilakukan orang lain,?" Abu Ubaidah menjawab, "Wahai amirul mukminin, keadaan ini telah menyebabkan hatiku lega dan merasa tenang".[2]
Referensi
^Tuhfatun Nazhar Fi Gaharaibil Amshar Wa'Ajaibil Asfar, Ibnu Batuthah, Darus-Syirqil 'Arabiy Hal. 45, tahun 2016.