Abjad Samaria merupakan turunan langsung dari abjad Ibrani Kuno, yang merupakan ragam dari abjad Fenisia yang digunakan oleh bani Israel Kuno. Abjad Ibrani Kuno ditulis dalam bahasa Ibrani Alkitabiah awalnya ditulis menurut kesepakatan sebagian besar para cendekiawan Israel Kuno, yang juga percaya bahwa abjad ini adalah turunan dari abjad Proto-Sinai.
Abjad "kotak" yang lebih terkenal yang secara tradisional digunakan oleh orang Yahudi sejak pembuangan di negeri Babel sebenarnya merupakan ragam dari abjad Aram yang disebut Asyurit (כתב אשורי), berarti "abjad Asyur", meskipun penafsiran harfiah dari Keluaran32:16 menegaskan bahwa naskah ayat tersebut diterima di Sinai dari Jari Tuhan dan telah digunakan terus menerus dan tidak berubah sejak saat itu.
Secara sejarah, abjad Aram menjadi sangat berbeda dari Fenisia/Ibrani Kuno pada abad ke-8. Setelah jatuhnya Kekaisaran Persia, Yudaisme menggunakan kedua abjad sebelum menetapkan bentuk Aram, selanjutnya menjadi "abjad Ibrani" karena digunakan kembali untuk menulis bahasa Ibrani. Untuk waktu yang terbatas setelah itu, penggunaan abjad Ibrani Kuno (abjad Proto-Samaria) di antara orang Yahudi dipertahankan hanya untuk menulis Tetragrammaton, tetapi dengan cepat kebiasaan tersebut juga ditinggalkan.
Abjad Samaria pertama kali dikenal dunia Barat dengan diterbitkannya sebuah naskah Taurat Samaria pada tahun 1631 oleh Jean Morin.[2] Pada tahun 1616, pengelana asal Roma bernama Pietro della Valle telah membeli sebuah salinan naskah di Damsyik, dan naskah itu, sekarang dikenal sebagai Codex B, disimpan di sebuah perpustakaan di Paris.[3]
^Flôrenṭîn 2005, hlm. 1: "When the Samaritan version of the Pentateuch was revealed to the Western world early in the 17th century... [footnote: 'In 1632 the Frenchman Jean Morin published the Samaritan Pentateuch in the Parisian Biblia Polyglotta based on a manuscript that the traveler Pietro Della Valle had bought from Damascus sixteen years previously.]"