Terlihat beberapa unit bus dengan beberapa tujuan akhir seperti Joyoboyo, Pasuruan dan Bandara Juanda sedang mengantre jam parkir peron pemberangkatan bus antarkota pada 10 Januari 2022.
Sebelum tahun 1991, titik kumpul berbagai moda angkutan umum di pusat Kota/Kabupaten Mojokerto pernah berpindah tempat beberapa kali seperti di Pasar Kliwon, Stanplat Kranggan (pertokoan Bentar saat ini) dan Stanplat Jl. Pahlawan (depan Hotel Surya Mojopahit saat ini).[2][3][4] Kemudian akhirnya Pemkot Mojokerto mulai merelokasi terminal bus ke lokasi baru pada eks tanah bengkok di Kelurahan Meri seluas ± 33.496,00 m2, yang berbatasan langsung dengan wilayah administrasi Kabupaten Mojokerto di Desa Jabon.[5]
Sesuai dengan amanat UU Nomor 23 Tahun 2015, Terminal Kertajaya mulai diambil kewenangan tatakelolanya oleh Dishub Jawa Timur, dibawah UPT P3 LLAJ Mojokerto per 1 Januari 2017.[6] Pengelolaan terminal mengalami beberapa transformasi, diantaranya penghapusan biaya retribusi dan larangan masuk kendaraan pribadi, serta mewajibkan bus dan MPU mengangkut dan menurunkan penumpang di dalam terminal.[7] Di sisi lain, Pemkot Mojokerto kehilangan kewenangan pengelolaan serta potensi PAD sebesar Rp656 juta per tahun.[8]
Konektivitas Trans Jatim
Perluasan koridor layanan Trans Jatim di Mojokerto Raya[b] merupakan implementasi dari misi Nawa Bhakti Satya poin keempat yakni "Jatim Akses" yang dicanangkan oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.[9] Terminal Kertajaya dipersiapkan sebagai titik sentrifugal pertemuan berbagai koridor Trans Jatim pada kawasan aglomerasi Gerbangkertosusila. Tujuan utamanya untuk meningkatkan konektivitas dan memperkuat aksesibilitas di Mojokerto Raya.[10][11]
Diharapkan Trans Jatim dapat memopulerkan sejarah, budaya dan kebesaran Kerajaan Majapahit, yang episentrumnya berada di kawasan ini.[12] Apalagi pemerintah pusat tengah mengembangkan Mojokerto Raya sebagai kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) Trowulan di masa mendatang.[13] Salah satu contohnya, format jenama dan tema tiap koridor menggunakan kodifikasi unik berupa nama penguasa Majapahit seperti Raden Wijaya (K1), Tribhuwana Tunggadewi (K2), Dyah Suhita (K3), dll.[14]
Dishub Jawa Timur merilis koridor 2 Trans Jatim (K2) sebagai koridor rintisan yang dihadirkan untuk pertama kalinya di Mojokerto Raya. Koridor 2 dengan koneksi wilayah Surabaya–Mojokerto dengan relasi perjalanan Terminal Purabaya–Terminal Kertajaya PP diresmikan pada 20 Agustus 2023.[15][16] Berselang dua bulan kemudian, koridor 3 (K3) koneksi wilayah Mojokerto–Gresik dengan relasi Terminal Kertajaya–Pasar Hewan Balongpanggang PP menyusul diresmikan pada 17 Oktober 2023.[17]
Daftar koridor Trans Jatim yang beroperasi di Terminal Kertajaya.
Sampai penghujung 2023, Dishub Jawa Timur tengah mematangkan rencana pengembangan angkutan sambungan moda Trans Jatim yang akan mengoneksikan wilayah Mojokerto Raya dengan Kota Batu menggunakan unit minibus/feeder.[18][19] Angkutan tersebut direncanakan akan siap mengaspal pada awal 2024.[20] Lebih jauh, Dishub Jawa Timur juga akan memprioritaskan calon-calon koridor baru yang potensial untuk dikembangkan lebih lanjut di masa mendatang, seperti Mojokerto–Pasuruan dan Mojokerto–Lamongan.[21][22]
Layanan pemadu moda
Kajian mengenai pembukaan trayek angkutan pemadu moda (bus bandara) yang menghubungkan Mojokerto dengan Bandara Juanda sudah ada sejak tahun 2014. Gagasan oleh Dishub Kota Mojokerto ini muncul didasari oleh tingginya mobilisasi masyarakat Mojokerto ke luar daerah dengan menggunakan transportasi udara, sementara angkutan umum penghubung kedua moda belum ada. Ide tersebut semakin mencuat pasca ruas Jalan Tol Surabaya–Mojokerto mulai beroperasi penuh sejak akhir tahun 2017.[23] Gagasan tersebut mulanya sempat ditolak oleh pihak PT Angkasa Pura I lantaran dikhawatirkan akan mematikan keberadaan komunitas taksi reguler pada lingkungan bandara.[24]
Perizinan serta rekomendasi pengadaan bus bandara dari berbagai pihak seperti Dishub Kota Mojokerto, Dishub Kabupaten Mojokerto, Dishub Jawa Timur dan UPT P3 LLAJ Mojokerto baru dituntaskan pada awal Maret 2020.[25]Perum DAMRI ditunjuk sebagai operator penyedia layanan sesuai dengan surat keputusan izin trayek (SKIT) berupa Keputusan Kadishub Jawa Timur Nomor 188.4/0002/113.4/2020.[26][27]
Layanan angkutan pemadu moda Perum DAMRI relasi Mojokerto–Bandara Juanda via Tol mulai diresmikan oleh Walikota Mojokerto, Ika Puspitasari pada 21 Maret 2020, bertempat di halaman Graha Mojokerto Service City (GMSC). Sebanyak empat unit medium bus fasilitas kelas bisnis milik Perum DAMRI Cabang Surabaya ditugaskan sebagai unit operasional layanan pada relasi tersebut. Selain meningkatkan aksesibilitas layanan angkutan umum antarmoda, diharapkan keberadaan layanan angkutan pemadu moda dapat meningkatkan angka kunjungan serta mendukung visi Pemkot Mojokerto untuk mewujudkan Kota Mojokerto sebagai kota pariwisata berbasis sejarah dan budaya.[28]
Pembaruan ruas lintasan angkutan pemadu moda pada kawasan dalam Kota Mojokerto.
berlaku 21 Maret 2020–19 Desember 2021
berlaku 20 Desember 2021–seterusnya
Setelah sempat beberapa kali diliburkan imbas pembatasan sosial akibat Covid-19, angkutan pemadu moda kembali mengaspal di Kota Mojokerto pada 20 Desember 2021. Beberapa penyesuaian pun dilakukan, diantaranya adalah penerapan protokol kesehatan dan pembaruan ruas rute lintasan dalam kota (rerouting).[29] Per 4 Februari 2023, Perum DAMRI mengganti seluruh unit operasional layanan medium bus dengan dua unit minivan HiAce.[30][c]
Lintasan bus antarkota
Bus medium
Terminal Kertajaya menjadi titik ujung lintasan dari dua jalur trayek bus antarkota dalam provinsi (AKDP) menggunakan medium bus berkapasitas hingga 24 penumpang.[32] Salah satunya adalah bus medium trayek AKDP lintas wilayah aglomerasi Gerbangkertosusila pada jalur Mojokerto–Joyoboyo, yang menghubungkan Mojokerto dengan kawasan ibukota Jawa Timur di Surabaya.[33][34][35] Sedangkan trayek AKDP lainnya adalah Mojokerto–Pasuruan, yang menjadi akses tercepat penghubung Mojokerto dengan kawasan tapal kuda Jawa Timur tanpa transit di Surabaya.[36][37] Operator layanan bus pada kedua jalur trayek tersebut umumnya dikomando paguyupan yang terdiri dari beberapa nama koperasi atau perusahaan otobus lokal seperti PT Djoko Kendil, Koperasi Amoedi Putra, Koperasi Avi Jaya Berkah, dsb.[38]
Terminal Kertajaya menjadi titik naik-turun penumpang dan lintasan bus antarkota menggunakan bus besar dengan fasilitas kelas ekonomi.[d] Hampir seluruhnya adalah unit bus besar yang mempunyai jalur trayek dari Surabaya menuju bagian barat Jawa Timur, serta beberapa kota besar di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Barat. Sebagian lainnya adalah jalur trayek bus ekonomi jarak jauh dari dan ke kawasan tapal kuda Jawa Timur, namun dengan jadwal keberangkatan yang lebih terbatas dibanding jalur trayek lainnya. Berikut adalah daftar beberapa jaringan trayek bus antarkota kelas ekonomi yang melintasi Terminal Kertajaya.[39]
Terminal Kertajaya adalah titik terminus dari total tujuh trayek angkutan kota Mojokerto.[40][41] Angkutan kota ini menjangkau fasilitas publik strategis dalam kota, serta beberapa jalur trayek ada yang melintasi beberapa daerah di luar perbatasan kota dari Sooko hingga Trowulan. Bentuk fisik angkutan kota ini umumnya berupa kendaran carry berwarna kuning (sebagian coklat) dan berkapasitas sebelas penumpang, serta dilengkapi dengan penanda kode alfabetik (A s/d G) maupun papan trayek.[42][43]
Jaringan trayek angkutan kota di Terminal Kertajaya. (Sumber: Papan informasi data trayek angkutan kota oleh Dinas Perhubungan Kota Mojokerto trayek A–D dan E–G)
Populasi angkutan kota di Mojokerto pada tahun 2013 adalah sebanyak 187.[44] Jumlah tersebut terus menyusut hingga 142 unit di tahun 2016.[45][46][47] Berdasarkan pendataan penerima subsidi BBM oleh Dishub Kota Mojokerto tahun 2022, hanya tercatat 42 unit angkutan kota yang tersebar pada jalur trayek A dan B saja. Sedangkan eksistensi pada kelima jalur trayek lainnya sudah habis dan tidak beroperasi lagi seterusnya.[48]
AMARI dan ASG
Pemkot Mojokerto pernah meluncurkan program bernama Angkutan Malam Hari (AMARI) gratis, sebagai salah satu bentuk gerakan yang diharapkan dapat mengembalikan minat masyarakat kepada angkutan umum.[49] AMARI adalah layanan angkutan kota yang dioperasikan diluar jam pengoperasian reguler dan diuar rule reguler, digunakan untuk melayani kebutuhan masyarakat pengguna jasa angkutan pada malam hari melewati rute pusat-pusat keramaian di Kota Mojokerto.[50] Layanan AMARI gratis mulai diresmikan oleh Walikota Mojokerto, Mas'ud Yunus pada 1 November 2014. Jumlah unit yang dikerahkan sebanyak delapan unit yang diambil dari unit angkutan kota eksisting jalur A dan B.[51] Jumlah unit AMARI diperbanyak hingga 18 kendaraan pada tahun 2015.[52]
Infografis jalur lintasan AMARI di Kota Mojokerto (1 November 2014–31 Desember 2015)
Dikarenakan tidak berjalan efektif, program AMARI dihentikan permanen per 31 Desember 2015. Sebagai gantinya, Pemkot mengalihkan fungsi unit AMARI sebagai bagian dari program penggantinya berupa Angkutan Sekolah Gratis (ASG).[53][54] Layanan ASG diluncurkan oleh Dishubkominfo Kota Mojokerto pada 14 Maret 2016. Sebanyak 13 dari 19 unit ASG diberdayakan dari unit angkutan kota eksisting. Dishub Kota Mojokerto mengambilalih pengelolaan ASG pada akhir tahun 2017, serta dimutakhirkan menjadi program Smart Transport Sekolah.[55]
Moda angkutan pedesaan di Terminal Kertajaya didominasi oleh dua jalur trayek seperti Mojokerto–Pacet dan Mojokerto–Mojosari.[56][57] Populasi terbesarnya adalah MPU jenis L300 relasi perjalanan Mojokerto–Pacet PP, yang pernah mencapai 112 unit pada kurun waktu antara tahun 2005–2009.[58][59] Pada tahun 2013, jumlah unit yang beroperasi sekitar tujuh puluh unit saja, yang sebagian besar unitnya hanya dioperasikan pada hari-hari tertentu seperti akhir pekan dan liburan.[60] Hal ini dikarenakan menurunnya jumlah penumpang secara drastis tiap tahunnya serta banyak pengemudi yang mulai banting setir dengan pekerjaan lain.[61]
Hal serupa dialami populasi MPU jenis mikrolet (carry) pada relasi perjalanan Mojokerto–Mojosari PP. Keseluruhan MPU yang sudah beroperasi sejak tahun 1992 ini hanya menyisakan 20 unit saja pada tahun 2020.[62] Setidaknya terdapat 36 pengemudi pada jalur ini yang terhimpun dalam wadah Koperasi Maju Mapan. Namun yang aktif mencari penumpang hanya sekitar sepuluh orang saja.[63] Bahkan di akhir tahun 2022, tidak lebih dari empat unit saja yang masih beroperasi rutin tiap harinya, walaupun Dishub Kabupaten Mojokerto sudah mulai menggratiskan biaya izin trayek dan pengawasan izin usaha angkutan.[64][65]
MPU antarkota
Selain angkutan pedesaan, terdapat pula trayek MPU antarkota yang mempunyai izin trayek hingga Terminal Kertajaya.[66] Berdasarkan data Dishub Jombang, terdapat potensi MPU antarkota lintas Mojokerto dengan relasi Jombang–Surabaya (B) sebanyak 28 unit dan Kertosono–Jombang–Surabaya (C) sebanyak 50 unit pada tahun 2007–2008.[67] Praktiknya, MPU tersebut beroperasi pada ruas jalur JM relasi Jombang–Mojokerto PP. Keberadaan MPU jalur ini masih bisa ditemukan di kawasan Mojoagung dan sekitarnya.[68]
Statistik
Pada tahun 2017, rerata tiap hari terdapat 478 unit bus antarkota datang membawa 2.568 penumpang dan 483 unit berangkat dengan membawa 2.731 penumpang dari Terminal Kertajaya.[69]
Jumlah arus kendaraan dan penumpang angkutan umum di Terminal Kertajaya, 2011–2017.
Jenis kendaraan
Tahun
Jumlah kendaraan
Jumlah penumpang
datang
berangkat
datang
berangkat
Bus antarkota
2011
389.727
389.727
17.658.414
20.207.922
2012
389.135
389.135
17.801.938
19.777.811
2013
369.609
369.609
19.068.960
17.218.493
2014
335.805
335.805
14.457.719
14.761.406
2015
293.889
293.889
13.711.480
12.772.017
2016
306.496
306.496
13.961.666
14.922.057
2017
174.653
176.206
937.459
996.994
Angkutan kota/pedesaan
2011
102.942
102.942
617.652
823.536
2012
144.908
144.908
724.504
869.448
2013
137.663
137.663
688.279
825.976
2014
137.663
137.663
688.279
825.976
2015
58.581
58.581
234.324
175.743
2016
63.024
63.024
97.452
61.080
2017
31.037
28.378
84.711
63.489
Galeri
Kenampakan fisik bangunan Terminal Kertajaya serta angkutan umum yang terdapat di dalamnya.
^Penyebutan istilah Mojokerto Raya merujuk pada kawasan yang berada pada wilayah administasi Kota Mojokerto dan/atau Kabupaten Mojokerto.
^Sebelumnya, Perum DAMRI juga sempat mengganti unit angkutan pemadu moda relasi Mojokerto–Bandara Juanda dengan Isuzu Elf sejak 18 Mei 2021, pasca berhentinya masa pelarangan mudik akibat pandemi Covid-19.[31]
^Terminal Kertajaya tidak mempunyai fasilitas loket pembelian tiket bus non ekonomi maupun bus jarak jauh tujuan Bali, Jakarta dan Sumatera. Beberapa agen dan operator bus memiliki kantor perwakilan di luar area terminal.
^Pada berbagai dokumen, angkutan pedesaan trayek MT1 mempunyai relasi perjalanan Mojokerto–Pacet–Trawas PP serta trayek MP2 dengan relasi perjalanan Mojokerto–Modopuro–Pandanarum PP. Praktiknya, kedua jalur trayek tersebut beroperasi dari Mojosari, tidak pernah ditemui di Mojokerto.
^Angkutan pedesaan trayek MP1 dan KP mempunyai titik lintasan hingga Sub Terminal Pohjejer. Angkutan pedesaan trayek MP1 jarang mengakhiri perjalanan di Pacet karena tiadanya okupansi penumpang.
^Surat Keputusan Walikota Mojokerto Nomor 188.45/8/417111/2010 tentang Penetapan Lokasi Tanah Pembangunan Terminal Kertajaya. Mojokerto. Pemerintah Kota Mojokerto. 2010.