Taman Nasional Sembilang adalah taman nasional yang seluas 2.051 km2 di sepanjang pantai timur Sumatra, Indonesia. Taman ini didominasi oleh rawa-rawa sebagai hutan gambut, seperti Taman Nasional Berbak di sebelahnya, dan kedua taman tersebut merupakan lahan basah Ramsar yang memiliki kepentingan internasional.[2]
Taman Nasional Sembilang merupakan habitat bagi harimau Sumatra, gajah Asia, tapir Asia, siamang, kucing emas, rusa Sambar, buaya muara, ikan Sembilang, penyu air tawar raksasa, lumba-lumba air tawar, dan berbagai spesies burung. Taman Nasional ini dianggap memiliki komunitas burung pantai paling kompleks di dunia, dengan 213 spesies yang tercatat, dan mendukung koloni pengembangbiakan burung Bangau bluwok terbesar di dunia.[2][3] Dari Palembang ke Taman Nasional Sembilang membutuhkan waktu satu jam perjalanan darat ditambah satu setengah jam perjalanan laut dan kemudian satu jam perjalanan darat.[4]
Flora dan Fauna
Tanaman darat dan air yang tumbuh di taman ini, di antaranya:
- Gajah Paku (Acrostichum aureum)
- Nipah (Nypa fruticans)
- Cemara Laut (Casuarina equisetifolia)
- Pandan (Pandanus tectorius)
- Laut waru (Hibiscus tiliaceus)
- Nibung (Oncosperma tigillaria)
- Jelutung (Jelutung)
- Menggeris (Koompassia excelsa)
- Gelam Tikus (Syzygium inophylla)
- Rhizophora sp
- Sonneratia alba
- Gimnorrhiza Bruguiera
Pesisir dan kawasan hutan, terutama di Sembilang dan Semenanjung Banyuasin merupakan habitat bagi beberapa jenis hewan di antaranya:
- Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae)
- Gajah Asia (Elephas maximus sumatranus)
- Malayan Tapir (Tapirus indicus)
- Siamang (Hylobates syndactylus syndactylus)
- Kucing Emas (Catopuma temminckii temminckii)
- Rusa Sambar (Cervus unicolor equinus)
- Buaya Air Asin (Crocodylus porosus)
- Ikan Sembilang (Plotusus canius)
- Penyu Air Tawar Raksasa (Chitra indica)
- Lumba-lumba Air Tawar (Orcaella brevirostris)[2]
Selain binatang tersebut, di taman ini juga terdapat beberapa jenis burung. Burung migran dari Siberia dapat dilihat di Sembilang dalam jumlah besar dan mencapai klimaks pada bulan Oktober. Panggilan dari ribuan burung yang terbang dalam formasi bahkan dapat didengar di atas ombak gemuruh Selat Bangka. Spesies burung lain yang mendiami taman ini di antaranya:
- Dowitcher Asia (Limnodromus semipalmatus)
- Greenshank (guttifer Pseudototanus)
- Putih Timur Pelican (Pelecanus onocrotalus)
- Bangau Susu (Mycteria cinerea)
- Bangau Ajudan yang lebih rendah (Leptoptilos javanicus)
- Putih-hitam bersayap tiga barang (Chlidonias leucoptera).[5]
Konservasi
Taman nasional telah dibuka sejak tahun 2003. Taman ini terancam oleh penebangan liar skala kecil,[2] abrasi 15 meter setahun, dan aktivitas tambak ikan di pesisir. Restorasi mangrove telah dilaksanakan seluas 200 hektar dan masih terus ditambah.[4]
Bersama dengan Taman Nasional Berbak di provinsi Jambi, Sembilang diakui sebagai bagian dari Jaringan Cagar Biosfer Dunia oleh UNESCO pada tahun 2018.[6]
Pada 15 Januari 2020, Jakarta Post mengumumkan bahwa sebuah pulau tak berpenghuni di taman nasional itu, Pulau Betet, kini tenggelam pada 1 meter di bawah permukaan laut sebagai akibat dari perubahan iklim. Pulau Betet dulunya adalah rumah bagi harimau sumatera yang terancam punah.[7][8]
Keistimewaan
Lokasi menarik/tempat menarik yang ada di taman ini adalah Semenanjung Banyuasin, Sembilang, Benawan Bay, Teluk Sekanak, Pulau Betet: menjelajahi sungai dan hutan mangrove dengan perahu, memancing, dan menonton hewan seperti burung migran dari Siberia dan atraksi dolphins. Cultural air tawar di luar Taman Festival Krakatau termasuk setiap Juli di Bandar Lampung dan Festival Danau Ranau pada bulan Desember di Oku, Sumatera Selatan.
Akses
Waktu terbaik untuk berkunjung di taman ini adalah pada bulan Juni hingga November. Cara mencapai lokasi yaitu dari Palembang menuju Sungsang yang memakan waktu sekitar 2 jam dengan menggunakan perahu motor carteran kemudian ditambah perjalanan menuju ke lokasi taman tersebut selama 2 jam.
Referensi
Pranala luar