Semak duri berapiSemak duri berapi (atau semak duri menyala; bahasa Inggris: burning bush) adalah suatu objek yang digambarkan dalam Kitab Keluaran, terutama Keluaran 3:1–22 dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Dicatat bahwa "tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api."[1] Peristiwa munculnya semak duri berapi ini terjadi di gunung Horeb, pada waktu Allah pertama kali berbicara dengan Musa dan menugasinya untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan pergi ke tanah Kanaan. Kejadian ini dikutip beberapa kali di bagian-bagian Alkitab yang ditulis kemudian, termasuk pengutipan oleh Yesus Kristus[2] dan Stefanus.[3] Merupakan suatu simbol agamawi yang kuat dan melambangkan berbagai hal bagi orang Yahudi dan orang Kristen, misalnya energi yang menakjubkan dari Allah, cahaya kudus, api murni yang menyala dalam hati. Dari sudut pandang manusia, juga melambangkan rasa hormat Musa di hadapan kehadiran Ilahi. EtimologiKata Ibrani yang digunakan dalam naratif ini untuk "semak duri" adalah seneh (סנה), yang merujuk kepada suatu jenis semak duri tertentu.[4][5][6] Kata seneh, suatu hapax legomenon atau dis legomenon, hanya muncul pada dua bagian Alkitab—yang lain pada Ulangan 33:16—keduanya merujuk kepada "semak duri berapi".[5] Mungkin pula semak duri ini merujuk kepada "gunung Sinai", (סיני), gunung Allah yang digambarkan berapi pada puncaknya.[5][7] Kata "semak duri" di bagian Alkitab lain diterjemahkan dari istilah lain yaitu "אטד" (atad; Ziziphus spina-christi).[8] Catatan AlkitabKisah penampakan semak duri berapi dalam Alkitab bahasa Indonesia versi Terjemahan Baru adalah sebagai berikut:
Mula-mula Musa enggan menerima tugas tersebut, tetapi Allah memberikan Musa tanda-tanda ajaib untuk menguatkannya, antara lain mengubah tongkatnya menjadi ular,[10] Tangan Musa menjadi seperti kena sakit kusta,[11] dan mengubah air menjadi darah.[12] Pengutipan di bagian Alkitab lain
LokasiPara biarawan Kristen asalnya berkumpul di gunung Serbal, percaya bahwa itulah gunung Sinai yang dicatat di Alkitab. Namun, pada abad ke-4 M, di bawah Kekaisaran Bizantin, biara yang dibangun di sana ditinggalkan, karena muncul kepercayaan baru bahwa gunung Saint Catherine adalah gunung Sinai yang disebut dalam Alkitab, lalu biara baru "St. Catherine's Monastery" (Biara Santa Katarina) didirikan di kaki gunung itu, dan lokasi "semak duri berapi" yang dicatat di Alkitab juga diyakini diidentifikasi di sana. Tempat tumbuhnya semak duri itu (bahasa Inggris: bramble, nama ilmiah Rubus sanctus[15]), kemudian ditransplantasi beberapa meter jauhnya dari halaman biara dan tempat asalnya ditutupi dengan sebuah kapel yang didedikasikan untuk Annunciation, dengan sebuah bintang perak menandai tempat akar semak duri itu muncul dari tanah. Para biara di St. Catherine's Monastery, mengikuti tradisi gereja, percaya bahwa semak duri itu adalah yang dilihat oleh Musa, bukan hanya pengganti saja, dan semua yang memasuki kapel itu diwajibkan melepaskan sepatu mereka, sebagaimana Musa diperintahkan dalam catatan Alkitab. Dalam zaman modern, bukan gunung Saint Catherine, melainkan "Jebel Musa" ("gunung Musa"; bahasa Inggris: Mount Moses), yang sekarang diidentifikasi sebagai "gunung Sinai" dan diterima sebagai tradisi populer serta dicantumkan dalam buku-buku panduan; identifikasi ini berasal dari tradisi kaum bedouin. Gunung Serbal, Jebel Musa, dan gunung Saint Catherine, semua terletak di ujung selatan Semenanjung Sinai, tetapi nama "Sinai" untuk semenanjung tersebut merupakan ciptaan modern, karena nama itu tidak dipakai dan tidak diketahui pada zaman Flavius Yosefus (abad ke-1 Masehi) atau sebelumnya. Kebanyakan pakar modern, juga para teolog modern, tidak menerima ide bahwa gunung Sinai di Alkitab berada di bagian selatan semenanjung tersebut, melainkan menempatkannya di lokasi-lokasi sekitar Hijaz (di barat laut Saudi Arabia), sebelah utara Araba (di sekitar Petra), atau juga ada yang menempatkan di bagian tengah atau utara semenanjung Sinai. Karenanya, mayoritas peneliti dan teolog setuju bahwa "jika" semak duri berapi itu memang ada, kemungkinan bukanlah yang berada di St Catherine's Monastery. Penafsiran Ortodoksi TimurDalam Ortodoksi Timur, ada tradisi yang berasal dari bapa-bapa gereja Ortodoks dan Sinode-sinode (atau konsili) ekumenikal (Ecumenical Synods or Councils), bahwa api yang dilihat Musa itu sebenarnya adalah "Energi yang tidak diciptakan" (Uncreated Energies) atau "Kemuliaan" (Glory) Allah, yang tampak sebagai cahaya, sehingga menjelaskan mengapa semak duri itu tidak dimakan api. Sehingga, hal itu ditafsirkan bukan sebagai peristiwa mujizat yang sementara, melainkan dipandang bahwa Musa diizinkan untuk melihat "Energi yang tidak diciptakan" atau "Kemuliaan" yang merupakan hal baka. Definisi keselamatan Ortodoks tentang penglihatan "Energi yang tidak diciptakan"/"Kemuliaan" ini merupakan tema yang sering kali muncul dalam karya-karya para teolog Ortodoks Yunani seperti John S. Romanides. Menurut istilah Gereja Ortodoks Timur, nama yang sering dipakai untuk peristiwa ini adalah "Semak Duri yang Tak Terbakar" (The Unburnt Bush). Teologi dan himnografi gereja memandang hal ini sebagai penampakan awal kelahiran Yesus dari seorang perawan. Teologi Ortodoks Timur memandang Maria, ibu Yesus, sebagai Theotokos ("Pembawa Allah"; "God bearer"), yang melahirkan Allah yang Menjelma ("Incarnate God") tanpa mengalami cedera, atau kehilangan keperawanannya, paralel dengan semak duri yang berapi tetapi tidak terbakar.[16] Ada sebuah ikon dengan nama the Unburnt Bush ("Semak Duri yang Tak Terbakar"), menggambarkan Maria dalam penyamaran "Pembawa Allah" (God bearer). Ikon ini diperingati setiap tanggal 4 September (bahasa Rusia: Неопалимая Купина, Neopalimaya Kupina). Ketika Allah berbicara kepada Musa dalam cerita Alkitab, Ortodoksi Timur percaya bahwa suara malaikat yang didengar oleh Musa berasal dari "Sang Firman Allah", dan menganggap malaikat itu sebagai "Malaikat Penasihat Ajaib" (Angel of Great Counsel) seperti yang disebutkan dalam versi Septuaginta untuk Kitab Yesaya.[17] SimbolismeSemak duri berapi telah menjadi simbol populer di kalangan gereja-gereja Reformed sejak pertama kalinya diterima oleh golongan Huguenot (penganut Kalvinisme Prancis) dalam Rapat Sinode Nasional ke-12 pada tahun 1583. Moto bahasa Prancis Flagror non consumor - Aku menyala tetapi tidak dimakan api - merujuk kepada gereja yang menderita penganiayaan tetapi terus hidup. Namun, karena api juga melambangan kehadiran Allah, yaitu Dia yang merupakan api yang menghanguskan (Ibrani 12:29) keajaiban tersebut menunjukkan mujizat yang lebih agung: Allah dalam rahmat-Nya ada bersama-sama orang percaya, sehingga mereka tidak terbakar.
Logo Jewish Theological Seminary of America juga berupa gambar Semak Duri Berapi dengan frasa "and the bush was not consumed" ("dan semak duri itu tidak dimakan api") dalam bahasa Inggris dan bahasa Ibrani.[18] Lihat pula
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Burning bush.
|