Dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan Alkitab (kitab suci Kristen), kisah Hagar disebutkan dalam Kitab Kejadian pasal 16 dan 21. Dalam Islam, Hagar disebut sebagai Hajar dan namanya tidak disebut dalam Al-Qur'an (kitab suci Islam), tetapi riwayatnya disinggung dalam satu baris doa Ibrahim dalam Surah Ibrahim.[2][3] Meskipun Hagar tidak disebut namanya, Hagar dianggap orang yang disinggung dalam doa Ibrāhīm tersebut.[4] Di luar sumber Al-Qur'an, Hagar beberapa kali disebutkan dalam kitab-kitab hadits.
Latar belakang
Terkait asal-usulnya, beberapa sumber Islam dan Yahudi menyebutkan bahwa Hagar adalah seorang putri. MidrasBereshith Rabba dan sebagian literatur Muslim menyebutkan bahwa Hagar adalah anak perempuan dari Fir'aun (penguasa Mesir) yang berusaha mengambil Sarah sebagai istri atau selirnya saat rombongan Abraham singgah di Mesir. Saat mengetahui bahwa Sarah adalah wanita yang dilindungi Allah, Fir'aun memberikan putrinya pada Sarah dan mengatakan, "Lebih baik bagi putriku untuk menjadi pelayan di rumah wanita seperti itu (Sarah) daripada nyonya di rumah lain."[5] Pendapat lain bahwa Hagar diserahkan menjadi istri Abraham sebagai ganti Sarah yang diambil Fir'aun menjadi istrinya.[6] Sebagai catatan, Fir'aun saat itu mengira bahwa Sarah adalah saudari Abraham, bukan istrinya.
Pendapat lain menyatakan bahwa dia adalah anak perempuan dari seorang raja Maghreb yang masih keturunan Nabi Shaleh. Ayah Hagar kalah dalam peperangan dan raja yang menang perang (yang mengambil Sarah di kemudian hari) kemudian menjadikan Hagar tawanan dan pelayan di istananya. Namun karena dia memiliki darah raja, Hagar menjadi kepala dari semua budak perempuan di istana dan memiliki jalan ke semua harta Fir'aun.[4]
Setelahnya, Abraham kembali menuju Kanaan dan menetap di sana.
Memberikan Hagar kepada Abraham
Lantaran yakin tidak dapat mengandung, Sarah kemudian memberikan Hagar sebagai selir atau istri Abram. Namun Hagar menjadi merasa lebih mulia dari Sarah setelah mengandung sehingga Sarah menindas Hagar. Hagar kemudian melarikan diri, tetapi malaikat mendatanginya, menyuruh untuk kembali dan menjelaskan bahwa Tuhan akan memperbanyak keturunannya sampai tak bisa dihitung, juga menyuruhnya untuk menamai anaknya Ismael sebab Tuhan mendengar penindasan atas Hagar. Ismael lahir pada saat Abraham berusia 86 tahun. Beberapa ulama, seperti Ibnu Katsir, juga mengutip Alkitab dalam karyanya terkait kisah ini.[7][8]
Pengusiran
Saat pesta penyapihan Ishak, Sara melihat Ismael bermain bersama Ishak dan dia tidak menyukai hal tersebut. Sara mengatakan pada Abraham, "Usirlah hamba perempuan itu beserta anaknya, sebab anak hamba ini tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak."[9] Meski Abraham kesal dengan perkataan Sara, Tuhan menyuruh Abraham mendengar perkaraan Sara.[10] Abraham kemudian meminta pergi dan Hagar menggendong perbekalan berikut Ismael di bahunya sampai padang gurun.[11] Merujuk pada ayat-ayat dalam Kitab Kejadian, diperkirakan Ismael berusia sekitar enam belas tahun saat kejadian tersebut, mengingat dia lebih tua empat belas tahun dari Ishak.[12][13]
Pada umumnya, sumber-sumber Islam dari hadits dan tafsiran para ulama sepakat bahwa Hagar dan Ismael diungsikan saat Ismael masih kecil dan menyusu. Abraham juga dikisahkan ikut serta mengantar Hagar dan Ismael sampai padang gurun. Kisah pengusiran mereka tidak tercantum dalam Al-Qur'an, tapi dijelaskan dalam riwayat hadits. Diterangkan bahwa Abraham mendapat perintah untuk mengungsikan Hagar dan Ismael dari Kanaan dan menempatkan mereka di tengah padang pasir tak berpenghuni. Saat Abram beranjak pergi, Hagar membuntutinya dan bertanya, "Wahai Ibrahim (Abraham), engkau hendak ke mana? Apakah kamu akan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia dan tidak ada suatu tanamanpun ini?" Namun Abraham tetap tidak menjawab meski Hagar bertanya berkali-kali. Setelahnya, Hagar mengganti pertanyaannya, "Apakah Allah yang memerintahkanmu melakukan semuanya ini?" Barulah Abraham memberi jawaban, "Iya." Hagar kemudian membalas, "Jika demikian, Allah tidak akan menelantarkan kami."[14][15]
Sumur
Dalam Alkitab disebutkan bahwa setelah perbekalan habis, Hagar melempar Ismael ke semak-semak dan duduk agak menjauh darinya sambil menangis karena tidak tahan melihat putranya yang kehausan tersebut mati. Lalu malaikat berkata, "Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia terbaring. Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan membuat dia menjadi bangsa yang besar." Allah kemudian membukakan mata Hagar sehingga dia melihat sebuah sumur. Hagar kemudian bergegas memenuhi wadahnya dengan air dan memberi minum Ismael.[16] Disebutkan bahwa mereka tinggal di gurun Paran ("Faran" dalam ejaan Arab).[17]
Disebutkan dalam sebuah riwayat[14] bahwa di tengah gurun tersebut, Hagar menyusui Ismael dan Hagar sendiri makan dan minum dari perbekalan yang dia bawa. Setelah perbekalannya habis, Hagar merasa kehausan dan begitu pula Ismael sehingga dia menangis. Di tengah kebingungan, Hagar lantas berlari ke puncak bukit Shafa, mencari seseorang yang sekiranya dapat memberikan bantuan. Tidak melihat seorangpun, Hagar menuruni bukit Shafa dan, sembari berlari-lari kecil, menaiki bukit Marwah, tetapi juga tak melihat manusia. Hagar menuruni Marwah dan kembali ke Shafa dan bolak-balik ke kedua bukit tersebut sampai tujuh kali. Saat Hagar berada di puncak Marwah untuk yang ketujuh kalinya, dia mendengar sebuah suara. Hagar bergumam pada dirinya sendiri, "Diamlah," kemudian melanjutkan, "Engkau telah memperdengarkan suaramu. (Tampakkanlah wujudmu) jika engkau bermaksud memberikan pertolongan."
Ternyata suara tersebut adalah dari seorang malaikat yang mengais tanah menggunakan tumitnya, atau ada yang mengatakan sayapnya, hingga air memancar dari tempat tersebut. Hagar bergegas menampung air menggunakan tangannya, kemudian menciduknya dan memasukkannya ke dalam wadah. Mata air inilah yang kemudian disebut Zamzam.[18][19] Upaya Hajar saat bolak-balik antara Shafa dan Marwah diabadikan dalam ibadah haji yang disebut sa'i.
Hagar dan Ismael tetap hidup berdua di sana sampai sekelompok suku Arab Jurhum melewati daerah tersebut. Saat melihat burung berputar-putar di suatu tempat dekat posisi mereka, salah seorang mereka berkata, "Burung ini berputar-putar di tempat itu, pasti karena ada genangan air. Padahal kita mengetahui secara pasti bahwa di lembah ini tidak ada air sama sekali." Akhirnya mereka mengutus orang untuk melihat tempat burung-burung tersebut, yang ternyata adalah tempat Hagar dan Ismael berdiam di dekat mata air zamzam. Utusan tersebut kemudian mengabarkan hal tersebut pada anggota sukunya yang lain dan mereka semua pindah ke tempat tersebut bersama Hagar dan Ismael. Mereka juga mengirim utusan kepada keluarga mereka agar tinggal bersama-sama di tempat tersebut. Setelah beranjak belia, Ismael belajar bahasa Arab dari orang-orang tersebut.[20] Tempat tersebut di kemudian hari menjadi Makkah. Disebutkan bahwa Abraham beberapa kali mengunjungi Ismael yang tinggal di Makkah. Sebagian pendapat bahwa Abraham menunggang buraq saat hendak mengunjungi putranya tersebut.[21]
Ketura
Alkitab menyebutkan bahwa setelah Sarah wafat, Abraham menikah dengan seorang perempuan bernama Ketura. Beberapa penafsir Yahudi berpendapat bahwa Ketura sebenarnya adalah Hagar. Disebutkan bahwa Ketura adalah nama asli Hagar dan Hagar sendiri adalah julukan atau label yang bermakna "orang asing".[22][23][24][25]
Pihak yang tidak sepakat memandang bahwa pendapat tersebut hanyalah gagasan rabinik tua yang tidak memiliki dasar.[26] Disebutkan dalam Kitab Yobel bahwa Abraham menikah dengan Ketura setelah Hagar wafat.[27]
Dalam Kitab Kejadian 25:1-6 (TB) Abraham mengambil pula seorang isteri, namanya Ketura. (Abraham memboyong kembali Istrinya Hagar, yang bernama asli Ketura)
(Abraham memboyong kembali Istrinya, Namanya Ketura) Rujuk.
Perempuan itu melahirkan baginya Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak dan Suah.
Yoksan memperanakkan Syeba dan Dedan. Keturunan Dedan ialah orang Asyur, orang Letush dan orang Leum.
Anak-anak Midian ialah Efa, Efer, Henokh, Abida dan Eldaa. Itulah semuanya keturunan Ketura.
Abraham memberikan segala harta miliknya kepada Ishak,
tetapi kepada anak-anaknya yang diperolehnya dari gundik-gundiknya ia memberikan pemberian; kemudian ia menyuruh mereka — masih pada waktu ia hidup — ( peristiwa ini terjadi masih pada waktu Sara hidup) meninggalkan Ishak, anaknya, dan pergi ke sebelah timur, ke Tanah Timur.
Silsilah
Menurut catatan Alkitab, silsilah keturunan Hagar adalah sebagai berikut:
^ abDouglas, J. D. (editor) (2011). Zondervan illustrated Bible dictionary (edisi ke-[Rev. ed.]). Grand Rapids, Mich.: Zondervan. hlm. 560. ISBN0310229839.Parameter |coauthors= yang tidak diketahui mengabaikan (|author= yang disarankan) (bantuan)Pemeliharaan CS1: Teks tambahan: authors list (link)
^"Ya Tuhan kami, sesungguhnya hamba telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur." (Ibrahim (14):37)
^Barbara Freyer Stowasser, Women in the Qur'an, Traditions, and Interpretation, New York: Oxford University Press, 1996, hlm. 47.
^ abFatani, Afnan H. (2006). "Hajar". Dalam Leaman, Oliver. The Qur'an: an encyclopedia. London: Routeledge. hlm. 234–236.
^{{cite
journal | last = Firestone | first = Reuven | title = Abraham's Journey to Mecca in Islamic Exegesis: A Form-Critical Study of a Tradition | journal = Studia Islamica | issue = 76 | pages = 15–18 | date = 1992}}