Pompeius Magnus, atau lebih dikenal sebagai Pompeius yang Agung (bahasa Latin: Gnaeus Pompeius Magnus; 29 September 106 SM – 28 September 48 SM), adalah seorang jenderal dan negarawan Romawi yang memainkan peran penting dalam transisi dari Republik Romawi ke Kekaisaran Romawi. Karir militernya yang gemilang dan pengaruh politiknya yang signifikan menjadikannya salah satu tokoh paling terkenal dalam sejarah Romawi. Dia adalah anggota dari Triumvirat Pertama bersama Julius Caesar dan Marcus Licinius Crassus.
Kehidupan Awal dan Keluarga
Pompeius lahir di Picenum, sebuah wilayah di Italia tengah, pada tanggal 29 September 106 SM. Dia adalah putra dari Gnaeus Pompeius Strabo, seorang jenderal Romawi yang memiliki pengaruh politik yang signifikan. Keluarganya berasal dari kelas equestrian, bukan patrician, tetapi Strabo berhasil mengamankan posisi yang kuat di kalangan elite Romawi. Pompeius muda mendapatkan pendidikan yang baik dan sejak dini menunjukkan bakat dalam bidang militer.
Karir Militer
Kampanye Awal
Pompeius pertama kali terlibat dalam urusan militer pada usia 17 tahun, ketika dia ikut serta dalam kampanye militer ayahnya melawan sekutu-sekutu Romawi selama Perang Sosial (91–88 SM). Setelah kematian ayahnya pada 87 SM, Pompeius kembali ke tanah miliknya di Picenum dan mengorganisir pasukan pribadi, sebuah langkah yang menunjukkan ambisinya sejak awal.
Perang Sertorius
Pompeius mendapatkan ketenaran pertama dalam perang melawan Sertorius, seorang jenderal yang memberontak di Hispania (Spanyol modern) pada tahun 76 SM. Sertorius adalah pemimpin gerakan yang melawan kekuasaan Romawi dan mendirikan pemerintahan tandingan di Spanyol. Pompeius ditugaskan oleh Senat untuk memadamkan pemberontakan ini. Meskipun Sertorius adalah lawan yang tangguh, Pompeius berhasil mengalahkan pasukan Sertorius setelah bertahun-tahun pertempuran sengit, dan akhirnya menghancurkan pemberontakan tersebut pada tahun 72 SM.
Perang Melawan Bajak Laut
Pada 67 SM, Pompeius diberi komando imperium luar biasa (imperium maius) untuk mengatasi ancaman bajak laut yang mengganggu perdagangan Romawi di seluruh Laut Tengah. Dalam waktu hanya beberapa bulan, Pompeius berhasil menumpas bajak laut ini dan memulihkan keamanan di wilayah tersebut, sebuah pencapaian yang meningkatkan reputasinya sebagai jenderal yang cakap dan efisien.
Perang Mithridates
Setelah keberhasilannya melawan bajak laut, Pompeius ditugaskan untuk memimpin perang melawan Mithridates VI dari Pontus, yang telah menjadi musuh utama Romawi di Asia Kecil. Dalam kampanye ini, Pompeius tidak hanya berhasil mengalahkan Mithridates tetapi juga memperluas wilayah kekuasaan Romawi dengan menaklukkan sejumlah kerajaan di Asia Kecil dan Timur Dekat, termasuk Suriah dan Yudea. Pada tahun 63 SM, Pompeius menaklukkan Yerusalem dan mendirikan provinsi Romawi di Yudea.
Karir Politik
Triumvirat Pertama
Pompeius kembali ke Roma sebagai pahlawan pada tahun 62 SM dan berharap untuk mendapatkan pengakuan politik setara dengan keberhasilan militernya. Namun, Senat enggan memberikan konsesi yang diinginkan oleh Pompeius, termasuk pengesahan tindakan-tindakannya di Timur dan alokasi tanah bagi veteran-veterannya. Akibatnya, Pompeius bersekutu dengan Marcus Licinius Crassus, seorang kaya raya Romawi, dan Julius Caesar, seorang politisi yang sedang naik daun. Pada tahun 60 SM, ketiganya membentuk Triumvirat Pertama, sebuah aliansi politik yang menguasai Roma.
Konsul Pertama dan Kedua
Pompeius menjabat sebagai konsul pertama kali pada tahun 70 SM bersama Crassus, di mana ia melakukan sejumlah reformasi penting, termasuk memulihkan hak-hak tribune rakyat yang sebelumnya dicabut oleh Sulla. Konsulat kedua Pompeius terjadi pada tahun 55 SM, kali ini juga bersama Crassus, sebagai hasil dari perjanjian dalam Triumvirat. Namun, perbedaan kepentingan di antara para anggota Triumvirat mulai memicu ketegangan.
Ketegangan dengan Caesar
Setelah kematian Crassus pada tahun 53 SM dalam ekspedisi militer di Timur, hubungan antara Pompeius dan Caesar semakin memburuk. Pompeius merasa terancam oleh popularitas dan kekuatan militer Caesar yang terus meningkat. Pada tahun 52 SM, Pompeius diangkat sebagai konsul tunggal oleh Senat untuk mengendalikan situasi politik yang semakin tidak stabil di Roma. Pada saat ini, Pompeius beralih dari sekutu menjadi musuh Caesar, bekerja sama dengan Senat untuk membatasi kekuasaan Caesar.
Perang Saudara dan Kematian
Ketegangan antara Pompeius dan Caesar memuncak ketika Caesar menyeberangi Sungai Rubicon pada tahun 49 SM, memulai Perang Saudara Romawi. Pompeius, yang memihak Senat, memimpin pasukan optimates melawan Caesar. Namun, Pompeius mengalami serangkaian kekalahan, termasuk yang paling signifikan dalam Pertempuran Farsalos pada tahun 48 SM, di mana pasukannya dihancurkan oleh Caesar.
Setelah kekalahan ini, Pompeius melarikan diri ke Mesir, berharap mendapatkan suaka dari Firaun Ptolemaios XIII. Namun, atas perintah Ptolemaios, Pompeius dibunuh pada tanggal 28 September 48 SM saat mendarat di pantai Mesir. Kepalanya dipotong dan diserahkan kepada Caesar sebagai tanda penghormatan. Kematian Pompeius menandai berakhirnya perjuangannya melawan Caesar, yang kemudian menjadi penguasa tunggal Romawi.
Pranala luar
Pompey entry in historical sourcebook by Mahlon Smith