Muncul perdebatan soal cakupan, keberhasilan, dan moralitas gerakan BDS. Pengkritiknya berpendapat bahwa gerakan BDS mempromosikan delegitimisasi Israel.[4] Pendukung BDS berpendapat bahwa gerakan maupun kritik terhadap gerakan ini sama seperti boikot terhadap Afrika Selatan pada masa apartheid.[5][6][7]
Pada awal 2014, Yair Lapid, menteri keuangan Israel, menyatakan bahwa Israel sedang mendekati "titik balik" yang sama seperti Afrika Selatan saat seluruh dunia berbalik melawan negara itu pada hari-hari terakhir apartheid.[8] Bulan Maret 2014, harian Maariv melaporkan bahwa gerakan BDS membuat Israel mengalami kerugian ekonomi sebesar 100 juta shekel (US$32 juta atau €22 juta) sepanjang tahun 2014.[9]
Tujuan
Kampanye BDS menuntut diterapkannya berbagai bentuk "hukuman tanpa kekerasan" terhadap Israel sampai negara itu "mematuhi aturan hukum internasional". BDS meminta Israel untuk: