Semasa hidupnya pernah mengecap pendidikan formal pada Sekolah Rakyat selama 1 tahun (1924), HIS (Hollands Inslander School (selesai 1932). Selain itu Dia juga memperoleh pendidikan dilingkungan kerajaan yang dikenal dengan pangngadereng dikalangan budaya BugisMakassar.
Raja-raja di Sulawesi Selatan
Andi Abdullah Bau Massepe merupakan Datu Suppa ke 25 berdasarkan silsilah Dia adalah ana' mattola di Suppa. Dia adalah pewaris tahta dari dua kerajaan besar di Sulawesi Selatan yaitu Kerajaan Bone dan Gowa. Ia juga merupakan pewaris tahta dari lima kerajaan di sebelah barat Danau Sidenreng yaitu Suppa, Allita, Sidenreng Rappang dan Sawito.
Kepemimpinan
Jabatan pada organisasi yang pernah dipimpin oleh dia antara lain:
Panglima Pertama TRI Divisi Hasanuddin dengan pangkat Letnan Jenderal
Ketua Bunken Kanrekan Pare-Pare, Ketua Organisasi SUDARA afderling Pare-Pare
Ketua Pusat Keselamatan Rakyat Penasehat Pemuda/Pandu Nasional Indonesia
Ketua Umum BPRI (Badan Penunjang Republik Indonesia)
Kordinator perjuangan bersenjata bagi pemuda di Sulawesi Selatan
Tanda Jasa
Piagam Gelar Pahlawan Nasional dari President Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada 7 November 2005
Angugerah Bintang Gerilja Setjara Anumerta dari President RI, Ir.Soekarno, nomor 175, 12 Agustus 1959
Kematian
Andi Abdullah Bau Massepe tewas ditembak oleh pasukan Mayor Raymond Westerling -Korps Speciale TroepenBelanda- pada tanggal 2 Februari1947 setelah ditahan selama 160 hari. Wafat 10 hari sesudah konferensi Pacekke (tanggal 20 Januari1947). Makam dia dapat ditemukan di Taman Makam Pahlawan kota Pare-Pare (110 kilometer utara Kota Makassar). Perihal kematiannya dalam wawancara pihak keluarga (Hajjah Andi Habibah, putri tertua dia) menyatakan tidak ditembak mati oleh Westerling, tetapi diduga dibunuh dengan menyumbat pernapasannya. Kematiannya pun disembunyikan oleh pihak Belanda dan tidak adapun saksi mata yang melihat dia terbunuh.
Pejuang yang teguh
Dia diakui sebagai pejuang yang teguh pendirian dan berani berkorban demi tegaknya NKRI. Hal ini diakui oleh Raymond Westerling yang disampaikan kepada istrinya, A. Sodji Petta Kandjenne, dia berkata; “Soeamimoe adalah djantan dan laki-laki pemberani. Ia bertanggoeng djawab atas semoea tindakannja, tidak maoe mengorbankan orang lain demi kepentingan sendiri, sikap djantan ini sangat saja hormati.”
Pesan-pesan pahlawan
Beberapa pesan dia yang sangat heroik yang dapat dijadikan inspirasi bagi generai muda sekarang dalam melanjutkan pembangunan negara ini antara lain:
"Lebih baik ditembak mati daripada menyerah kepada Belanda"
Pesan kepada Andi Pangerang Petta Rani, merupakan saudara tiri, yang menjadi Gubernur Sulawesi pertama
"Tetaplah memelihara anak kita, sekolahkan semuanya, karena kalau bukan saya yang menikmati hasil perjuangan ini, maka anak-anak serta pemuda-pemuda yang sedang tumbuh yang akan menikmatinya".
(pesan kepada istrinya Andi Soji Datu Kanjenne sewaktu dia di penjara KIS di Makassar)[3]
"Jangan nikahi dengan keluarga atau golongan orang-orang Belanda dan antek-anteknya. Lebih baik memelihara dan bersahabat dengan anjing daripada bersahabat dengan orang Belanda dan orang-orang anti republik" (dimuat di Harian Fajar, 17 April 2003)
Referensi
^Jejak Pahlawan Dalam Aksara, IKPN (Ikatan Keluarga Pahlawan Nasional Indonesia), Jakarta 2006
^buku biografi Andi Abdullah Bau Massepe, diterbitkan Pemerinta Provinsi Sulsel, tahun 1980 oleh Muhammad arfah)
^Tenrigau, Andi Mattingaragau (2020). Andi Abdullah Bau Massepe: Mahkota Bagi Republik. PALOPO: Balai Kajian Tana Luwu. hlm. 162. ISBN9786239428907.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)