Konsep “setengah kapal penjelajah, setengah kapal tempur” merupakan ide baru untuk Angkatan Laut Amerika Serikat. Enam kapal ini akan memiliki baterai utama 10x meriam 14-inci dan memiliki bobot mati 34.300 ton dengan kecepatan 35 knot. Konsepnya adalah untuk mengalahkan cruiser negara lain dan menggunakan taktik "hit-and-run" melawan "super dreadnoughts" dari PD I. Di atas kertas, cruiser kelas Lexington dapat menahan super dreadnoughts seperti kelas Bayern dari Jerman.
Pada akhir Perang Dunia I, konsep tersebut masih di atas kertas, baterai meriam kelas C-1 direvisi menjadi 8 x meriam 16-inci dan lebih banyak berlapis baja yang berarti mengurangi kecepatan. Kapal kelas-C mulai dikerjakan pada Agustus 1920 hingga 1921. Sebenarnya, Angkatan LautAmerika Serikat awalnya mempunyai program pembangunan enam kapal penjelajah tempur pada 1916, kapal ini akan diberi nama dari enam fregat pertama Angkatan Laut Amerika Serikat. Namun Traktat Angkatan Laut Washington melarang pembuatan kapal perang besar, sehingga semua konstruksi enam kapal penjelajah tempur Amerika Serikat ini dihentikan pada awal 1922.
Traktat Angkatan Laut Washington hanya memperbolehkan konversi dua kapal induk dari kapal penjelajah tempur kelas Lexington yang sudah dalam proses konstruksi. Rangka kapal yang sudah diletakkan di Camden menjadi Saratoga sementara Lexington dibuat di Quincy, Massachusetts. Rangka kapal yang dikonstruksi untuk USS Constellation, USS Ranger, USS Constitution dan USS United States akhirnya dibatalkan dan dibuang. Perjanjian ini melarang pembuatan kapal dengan bobot 33.000 ton, Saratoga secara resmi memiliki bobot mati tidak lebih dari itu, akan tetapi berat temput penuhnya akan menjadi 43.500 ton. Pembuatan USS Saratoga menghabiskan biaya $43.856.492.59.
Lambung kapal
Saratoga memiliki lambung baja dan dek penerbangannya (yang diperpanjang) memiliki panjang 888 kaki. Lambungnya tidak diubah dari desain aslinya sebagai kapal penjelajah tempur sepanjang 830 kaki, dan menguntungkan Saratoga dalam hal kecepatan dan manuverabilitas. Dek penerbangannya sesuai dengan desain memiliki panjang 874 kaki dan dipatri ke lambung bajanya, ditutupi bagian atasnya dengan papan kayu untuk mengurangi total beratnya. Deknya memiliki lebar 111 kaki 9 inci sementara draft-nya 31kaki. Papan kayunya ditutupi dengan dempul dan kemudian dicat.
Dimensi lambung memungkinkan dibuatnya hangar besar yang terhubung dengan tempat penyimpanan amunisi, semuanya harus tersusun rapi di sekitar turbin dan pendidih. Desain cerobong asap asli diganti untuk membuat cerobong asap dapat diposisikan di sebelah kanan kapal, di belakang superstruktur islan besar. Akan tetapi, desain ini mengakibatkan kapal induk sedikit miring ke kanan.
Dek penerbangannya cukup untuk pengoperasian pesawat, akan tetapi lebarnya hanya memungkinkan satu peluncuran dan pendaratan pesawat dalam sekali waktu. Dengan desain ini, Saratoga dapat mengangkut 90 pesawat, tetapi normalnya hanya membawa 83 pesawat. Untuk memindahkan pesawat dari hangar ke dek penerbangan, dua elevator dek dipasang. Karena dek penerbangannya lebih pendek dari landasan biasanya, peluncuran pesawat dibantu dengan ketapel.
Propulsi
Saratoga dilengkapi dengan delapan mesin penggerak listrik turbo General Electric, dua untuk setiap poros penggerak baling-baling. Mereka menghasilkan 180.000 shaft horsepower yang mampu memberikan kecepatan 33,25 knot (61,58 km/h; 38,26 mph),[1] tetapi selama ujicobanya, kapal induk ini dapat mencapai kecepatan 34,99 knot – walaupun tidak diketahi apakah rekor ini terjadi pada saat berat benamannya total atau tidak. Untuk menghasilkan tenaga sebesar itu, kapal ini memiliki 16 buah pendidih White & Foster untuk menghasilkan cukup uap yang diperlukan. Kapal ini dapat berlayar sejauh 10.000 mil laut (19.000 km; 12.000 mi) pada kecepatan 10 knot (19 km/h; 12 mph).[1] Kapal ini dapat mencapai 9.910 nmi (18.350 km; 11.400 mi) pada kecepatan 10,7 knot (19,8 km/h; 12,3 mph) dengan 4.540 ton panjang (4.610 t) minyak.[2]
Persenjataan
Untuk pertahanan dirinya, Saratoga dipersenjatai dengan empat meriam 8 inci, 200mm/kaliber 55 terpasang ganda dan 12 meriam Mk10 5 inci, 130mm/kaliber 25 terpasang tunggal. Persenjataan sekundernya adalah delapan merian kaliber .50 terpasang tunggal. Aransemen ini diharapkan cukup untuk melindungi Saratoga terhadap kapal permukaan musuh, dan saratoga dianggap tidak memerlukan kapal kawal sama sekali. Akan tetapi pada dasarnya, kapal induk tidak desain untuk menghadapi kapal permukaan secara langsung sehingga meriam 8 inci tidaklah solusi praktis. Setelah beberapa pengalaman perang, seluruh platform persejataanya ditinjau dan direvisi. Pertahanan tambahannya termasuk sabuk lapis baja sepanjang garis air dengan ketebalan 5 hingga 7 inci. Untuk melindungi islan, plat baja 3inci digunakan dan di atas roda kemudi dipasangi dengan lerengan lapis baja setebal 4,5 inci.
Kru
Awaknya terdiri dari 2.212 opsir dan personel tamtama ditambah dengan kru penerbangan selama waktu damai, tetapi pada 1942, kapal ini memiliki sekitar 3.300 awak, tidak termasuk para pilotnya. Saratoga mendapatkan awak dan skuadron pesawat baru dan berlayar dari Philadelphia pada 6 Januari 1928 untuk memulai pelayaran "shake down" di Karibia. Saratoga bergabung dengan armada bersama Lexington. Kelas ini menjadi standar pengembangan kapal induk di semua Angkatan Laut di seluruh dunia; Saratoga dan kakaknya bergerak lebih cepat dan membawa lebih banyak pesawat jika dibandingkan dengan kapal induk lainnya pada masa itu, termasuk kapal induk milik Jepang.
Masa pelatihan
Saratoga menghabiskan sebagian besar waktunya bersama armada untuk melakukan latihan yang didesain untuk menguraikan definisi peran kapal induk dalam peprangan di masa yang akan datang. Bersama kakaknya, ia bergabung dengan armada dan berlatih penyerangan ke Terusan Panama dan Pearl harbour. Saratoga membantu pengembangan taktik penyerangan cepat kapal induk yang menggunakan kapal perusak dan kapal penjelajah sebagai pelindung, walaupun tidak berguna bagi kapal tempur yang ada pada saat itu karena terbukti terlalu lamban untuk angkatan bergerak. Pejabat Angkatan Laut mengerti bahwa kapal induk merupakan target msush yang paling berhaga, sehingga pelatihan terus dilakukan untuk mengembangkan taktik dalam melindungi kapal induk.
Antara 1931 hingga 1941 Saratoga berpangkalan di San Diego Naval Base di California. Perumahan di sisi pelabuhan mengijinkan keluarga pelaut untuk tinggal di sekitar pelabuhan. Bahan bakar dan peralatan logistik disimpan di dok sebelahnya. Untuk overhaul normal, Saratoga akan berlayar ke Bremerton Navy Yard di Washington. Saratoga berada di perairan Hawaii hingga 1933 ketika Jepang mulai menyerang kapal di perairan China. Saratoga kembali ke Karibia untuk pelatihan pada 1934 dan kembali ke Pasifik melalui Terusan Panama untuk permasalahan Armada di area tersebut selama 1935. Kapal ini kembali ke San Diego dan kembali berlatih di perairan Hawaii pada 1938 dan selama Fleet Problem XIX; dia melancarkan serangan kejutan ke Pearl Harbor sebagai latihan pada 100 mil dari Oahu dan ternyata armada di Pearl Harbor sama sekali tidak siap. Ironisnya pelajaran ini dengan cepat terlupakan.
Pada 6 Januari1941 Saratoga memasuki Bremerton Navy Yard untuk modernisasi. Dek penerbangannya diperlebar dan bagian depannya dibentuk ulang. Sebuah blister torpedo ditambahkan pada sisi kanan kapal. Kapal ini dipasangi dengan sistem radar RCA CXAM-1 generasi pertama yang telah dikembangkan. Radar ini tidak hanya dapat mendeteksi jarak pesawat yang datang, tetapi juga ketinggian dan jumlah pesawat di grup penerbangan. Hingga titik ini, kebanyakan kapal permukaan dapat mendeteksi satu pesawat pada jarak 50 mil, beberapa pada jarak 100 mil. Kapal permukaan besar dapat dideteksi pada jarak 15 mil. Reparasi Saratoga selesai pada April 1941 dan dia tetap berada diperairan Hawaii hingga reparasi dok kering yang sudah dijadwalkan pada November 1941 di Puget Sound, Bremerton Navy Yard. Saratoga pun kembali ke San Diego pada 7 Desember 1941.
Saratoga menerima berita serangan kejutan Jepang di Pearl dan dia dengan cepat dimuati dengan perlengkapan, amunisi dan bom ekstra bersama dengan awak tambahan. Tujuan serangan Jepang adalah untuk menyerang kapal induk yang berada di dok, tetapi gagal karena pada saat itu tidak ada kapal induk yang berada di sana. Sabagai tambahan, tempat penyimpanan bahan bakar tidak tersentuh oleh serangan Jepang. Walaupun serangan tersebut menyebabkan kerugian besar bagi armada Pasifik, Jepang tidak membahayakan aset vital Amerika Serikat, yakni kapal induk mereka.
Masa tugas
Saratoga berlayar pada 8 Desember dengan skuadron udara Marinir, tetapi rutenya dialihkan untuk membantu Pulau Wake yang diserang oleh Jepang. Kembali ke Pearl, kapal kargo Tangier yang diisi dengan suplai dan pasukan, dan armada oilier Neches telah disiapkan. Mereka bergabung dengan kapal perusak dan menuju Wake. Saratoga berlabuh di Pearl pada 15 Desember dan setelah pengisian bahan bakar, dia kembali berlayar pada hari yang sama. Karena lebih cepat dari kapal kargo dan oilier, Saratoga berhasil menyusul konvoi ini pada 17 Desember dan semua menuju ke Pulau Wake. Akan tetapi, konvoi kembalu melambat karena kapal perusak membutuhkan pengisian bahan bakar. Pada 21 Desember, berita sampai ke Pearl bahwa pesawat Jepang menyerang pulau secara masal dan pasukan sudah mendarat di pantai, sehingga Saratoga dan konvoinya diperintahkan untuk kembali ke Hawaii, dan pulau Wake jatuh pada hari berikutnya.
Naval Operations membuat Saratoga tetap berada di perairan Hawaii dalam antisipasi serangan lain dari Jepang ke Pearl Harbor, yang ternyata tidak terjadi. Dia diperintahkan untuk bergabung dengan Enterprise dan kembali ke laut. Sealama pelayaran pada 11 Januari 1942, Saratoga terdeteksi oleh kapal selam Jepang I-6 yang dikomandoi oleh Letkol Inaba yang menembakkan 3 torpedo Tipe 89 dari jarak 4,700 yard, menghantam pertengahan sisi kiri kapal. Tiga ruang pendidih dibanjiri dengan lebih dari 1.000 galon air dan mengakibatkan tewasnya enam pemadam kebakaran. Kapal menjadi miring ke kanan karena berat yang hilang di sisi kiri. Dengan menggunakan pompa untuk menstabilkan kapal, awak berhasil membuat kapal ini menuju ke Pearl Harbor dengan kecepatan 16 knot. Di pelabuhan, meriam 8-inci-nya dilepas karena terbukti tidak berguna melawan pesawat.
Setelah perbaikan kecil di Pearl Harbor, Saratoga berlayar ke Bremerton Navy Yard untuk perbaikan permanen. Menjadi jelas bahwa Saratoga membutuhkan tambahan proteksi anti-pesawat, sehingga 12 meriam Mk10 5 inci, 130mm kaliber 25 ditambahkan dan dua senapan mesin 1,1 inci terpasang quadruple diganti 5 meriam 5 inci kaliber 38 bersama dengan 9 x senapan anti-pesawat Bofors 40mm. Sebagai tambahan 5 x meriam anti pesawat 20 mm terpasang quadruple dan senapan anti pesawat 20 mm tunggal dipasang.
Saratoga meninggalkan Washington dan tiba di San Diego pada akhir Mei 1942 untuk memulai pelatihan kelompok pilot baru untuk lepas landas dan mendarat di atas kapal induk. Saratoga menerima informasi kekhawatiran akan adanya pertempuran di Midway. Kapal induk ini mulai memuat suplay dan persenjataan, dan kemudian menunggu kapal pengawalnya terbentuk. Pada 1 Juni, kapal ini berlayar menuju Pearl Harbor dan sampai pada 7 Juni untuk pengisian bahan bakar. Dia terlambat untuk Pertempuran Midway yang telah terjadi pada 6-7 Juni 1942. USS Hornet dan Enterprise membutuhkan penggantian pesawat, sehingga Saratoga memindahkan 34 pesawat dan beberapa airmen-nya pada 11 Juni dan kembali ke Pearl. Saratoga mengambil tambahan pesawat dan mengangkutnya ke Pulau Midway untuk mendukung pertahanannya.
Saratoga dipilih sebagai kapal bendera oleh Laksamana Muda F.J. Fletcher dan menjadi satu-satunya kapal iduk yang ditugaskan untuk mendukung operasi militer Guadalkanal yang akan terjadi. Kepulauan Fiji dipilih sebagai area penggelaran pasukan dan menyediakan tempat untuk pelatihan di pantai bagi pasukan dan pesawat dari kapal induk. Pesawat Saratoga membuka serangan di Guadalkanal padapukul 05.00 7 Agustus 1942. Pesawatnya mengebom dan memberondong pantai di sepanjang landasan pacu yang sedang dibangun. Pesawat Saratoga menembak jatuh sejumlah pesawat Jepang, menjauhkan musuh dari kapal induk. Admiral Fletcher menarik kapal induk untuk pengisian bahan bakar di Solomon. Malam harinya, pasukan Angkatan Laut Jepang menyerang armada di Guadalkanal dan menenggelamkan empat cruiser Angkatan Laut Amerika Serikat, sementara sisanya mundur, meninggalkan Marinir terdampar di Guadalkanal tanpa suplay yang dijadwalkan akan dikirim. Saratoga diam di Solomon melakukan apapun yang dapat dilakukan dan selanjutnya didukung oleh Enterprise.
Pertempuran berkembang dalam 12 jam, Angkatan Laut Jepang menguasai malam hari, menyerang Guadalkanal semaunya. Selama siang hari, Angkatan Laut Amerika Serikat dengan Saratoga dan Enterprise didukung oleh pengawalnya, melakukan patroli udara dan laut, mencari pesawat dan kapal Jepang untuk diserang. Pada 23 Agustus 1942, pesawat pembom tukik dan pesawat torpedo milik Saratoga menenggelamkan kapal induk Jepang Ryūjō dan merusakkan pengangkut pesawat laut Chitose. Pesawat Jepang mati-matian mencari Saratoga, tetapi mereka hanya menemukan Enterprise, dan sedikit merusakannya dalam beberapa serangan. Pesawat dari Amerika meluncurkan lagi dan menemukan pengangkutan pasukan menuju Guadalkanal. Dengan tenggelamnya Ryūjō, kekuatan udara musuh di wilayah itu berkurang sehingga Sekutu berhasil memukul mundur pengangkutan itu.
Dua hari kemudian saat berpatroli, Saratoga terhantam sebuah torpedo di sepanjang blister sisi kanan, torpedo ini diluncurkan oleh kapal selam I-26 . Hantaman torpedo ini hanya mengakibatkan kerusakan kecil di lambung dan banjir dapat dilokalisasi di satu ruangan dengan tanpa kehilangan nyawa. Akan tetapi, sistem elektrik turbonya mengalami kerusakan karena hubungan arus pendek dan membuat mesin Saratoga mati di lautan. Admiral Fletcher memutuskan untuk menerbangkan sebagian besar pesawatnya ke Guadalkanal sementara kapal induk sendiri ditarik oleh Cruiser CA-36 ke Tongatabu untuk perbaikan kecil dan kemudian ke Pearl Harbor pada 21 September 1942. Sementara kapal induk ini tidak dapat bertugas, pesawatnya yang mendarat di Guadalkanal tetap melanjutkan pertempuran.
Sara menyelesaikan perbaikannya dan berlayar ke wilayah Fiji, tiba pada 5 Desember 1942, dan beroperasi di Solomon Timur untuk 12 bukan ke depan. Pada Juli 1943, Saratoga bergabung dengan kapal induk Inggris HMS Victorious. Pada 1 November kapal induk ini mmebantu pendaratan pasukan di Bougainville. Bersama dengan pendaratan, ada misi sekunder untuk menghancurkan lapangan udara AD Jepang di Pulau Buka. Pada 2 November Rear Admiral Sherman menerima berita perkembangan Angkatan Laut Jepang di Rabaul yang dapat mengancam Sekutu. Sebuah rencana dibuat untuk menyerang benteng di Rabaul yang dianggap sebagai pangkalan Jepang di Pasifik dengan pertahanan terkuat kedua setelah Truk. Penyerangan Rabaul akan menjadi pertunjukan bagi Angkatan Laut dan AD bersama dengan kapal dari negara Selandia Baru dan Australia. Gugus Tugas (TF) 38, dengan Saratoga berpengawal Princeton, bergerak menuju jarak jangkau serangan ke Rabaul pada 5 November. Dengan menggunakan cuaca buruk sebagai pelindung, Saratoga meluncurkan 90 pesawat pada jarak sekitar 100mil dari target diluar zona target. Pesawat ini menghindari radar Jepang dan secara terbuka mulai membuka serangan di pelabuhan.
Enam cruiser dan tiga kapal perusak dibom dan rusak. Bomber tukik Dauntless menjatuhkan bom 500-lb pada Atago tanpa ada hantaman langsung. Akan tetapi, bom yang sedikit meleset ini justru menghasilkan kerusakan berat dan menyebabkan kematian Kapten kapal dan 22 awak. Mogami juga terhantam oleh sebuah bom 500 lb dan terlihat terbakar, tercatat 19 awak tewas. Maya terkena sebuah bom dan menyebabkan kerusakan serius didekat ruang mesin dan 70 awak tewas. Agano mengalami sedikit kerusakan akibat terkena sebuah bom 500 lb, merusak sebuah meriam dan membunuh seorang awak. Takao terkena hantaman langsung dua bom 500 lb yang mengakibatkan kerusakan parah dan tewasnya 23 awak. Chikuma diserang beberapa pesawat yang mengakibatkan kerusakan mesin. Serangan kejutan ini berhasil dan banyak kapal perang Jepang yang meninggalkan Rabaul ke Truk untuk perbaikan. Selanjutnya, 5th Army Air Force yang berada di Green Island, barat laut Bougainville, juga menyerang Rabaul tidak lama setelah serangan Saratoga. General Kenney mengirimkan 27 pesawat pembom berat B-24 Liberator bersama dengan 58 pesawat tempur kawal P-38.
Sebagai usaha menghancurkan Rabaul agar tidak menjadi pangkalan besar Jepang, pada 11 November, Angkatan Laut Amerika Serikat mengrimkan tambahan kapal termasuk USS Independence, USS Essex dan USS Bunker Hill. Task Force 38 dengan Saratoga meluncurkan ratusan pesawat untuk menyerang fasilitas perkapalan dan pelabuhan Rabaul. Agano terkena torpedo dan menjadi miring. Angkatan darat Jepang meluncurkan sekitar 120 pesawat untuk pertahanan dan mencari keberadaan kapal induk Amerika Serikat, dengan 35 pesawat hilang pada prosesnya. Hasil dari pertempuran ini, enam kapal penjelajah Jepang rusak berat dan 52 pesawat dihancurkan. Angkatan Laut Amerika Serikat kehilangan 10 pesawat dari kapal induk dan 17 bomber dari pangkalan darat. Saratoga menjadi kapal utama pada pertempuran ini.
Setelah Rabaul, Saratoga dan cruiser Princeton dilepas dari Task Force 38 dan ditugaskan sebagai "Relief Carrier Group" untuk penyerangan di Gilberts. Target serangan pertamanya adala pulau Nauru pada 19 November 1943. Kapal induk ini juga melakukan pengamanan pada kapal Liberty yang mengangkut pasukan ke Makin dan Tarawa. Saratoga telah berada di Pasifik selama setahun dan membutuhkan overhaul. Selanjutnya, dia tiba di San Francisco pada Desember 1943. Cerobong asapnya diperendah 15 kaki untuk membantu mengurangi bayangan profil dan mengurangi gangguan pandangan bagi pesawat. Bridge dibuka untuk pemandangan luar dan tambahan 16 meriam Bofor terpasang quadruple dipasang. Sehingga total terdapat 25 meriam Bofor terpasang quadruple. Tripod asli digantikan dengan tiang tunggal dengan radar RK-1 baru. Enam bulan kemudian, dia menerima tambagan radar untuk deteksi pesawat yang duoasang di cerobong dan dua ketapel hidraulis untuk menggantikan ketapel flywheel. Juga blister torpedo di sebelah kiri dipasang.
Meninggalkan San Francisco, Saratoga tiba di Pearl pada 7 Januari 1944 dan mulai jadwal pelatihan termasuk bagi awak baru. Tidak lama kemudian, Angkatan Laut menugaskan Saratoga untuk bergabung dengan dua kapal induk kecil, USS Langley dan USS Princeton, untuk memberikan kekuatan udara besar menuju kepulauan Marshall. Armada kapal induk ini memiliki 180 pesawat dan menyerang pulau Wotie dan Taroa selama 72 jam dan kemudian menyerang pulau utama Eniwetok selama lima hari, dan pada akhirnya melindungi pendaratan pantai pada 17 Januari . Marinir mendapatkan beberapa kesulitan di sini dan armada kapal induk melakukan Patroli Udara Tempur (CAP-Combat Air Patrol) hingga 28 Februari.
Penghargaan
American Defense Service Medal dengan jepitan "Fleet"
Asiatic-Pacific Campaign Medal dengan 8 bintang jasa
Anderson, Richard M.; Baker, Arthur D. III (1977). "CV-2 Lex and CV-3 Sara". Warship International. Toledo, OH: International Naval Research Organization. XIV (4): 291–328. ISSN0043-0374.
Brown, J. D. (2009). Carrier Operations in World War II. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN978-1-59114-108-2.
Fry, John (1996). USS Saratoga CV-3: An Illustrated History of the Legendary Aircraft Carrier 1927–1946. Atglen, Pennsylvania: Schiffer Publishing. ISBN0-7643-0089-X.
Lundstrom, John B. (2005). The First Team: Pacific Naval Air Combat from Pearl Harbor to Midway. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN1-59114-471-X.
Lundstrom, John B. (1994). The First Team and the Guadalcanal Campaign. Annapolis, Maryland: Naval Institute Press. ISBN1-55750-526-8.
Nofi, Albert A. (2010). To Train the Fleet for War: The U.S. Navy Fleet Problems. Naval War College Historical Monograph. 18. Newport, Rhode Island: Naval War College Press. ISBN978-1-884733-69-7.
Polmar, Norman; Genda, Minoru (2006). Aircraft Carriers: A History of Carrier Aviation and Its Influence on World Events. Volume 1, 1909–1945. Washington, D.C.: Potomac Books. ISBN1-57488-663-0.