Taj As SalatinTaj as Salatin merupakan manuskrip hasil cipta dari kebudayaan Melayu khususnya pada kesultaan Aceh. Manuskrip ini sering disebut juga sebagai cermin didaktis bagi raja, nama lain tersebut tercipta karena isi dari Taj as Salatin yang menghimpun berbagai informasi yang dibutuhkan dalam pemerintahan raja yang ada pada masanya. Taj as Salatin adalah karya yang ditulis oleh Bukhari al-Jauhari (atau al johori) pada tahun 1603 sama seperti beberapa manuskrip lain seperti syair Sufi Bahr an-Nisa (Syair Laut perempuan). Karya ini dimaksudkan sebagai persembahan untuk sultan Aceh yang bertahta pada tahun 1589-1604 yaitu Alauddin Riayat Syah yang dikenal sebagai seorang raja yang memiliki ketertarikan khusus pada ilmu-ilmu tasawuf.[1] Kitab Taj as Salatin dirancang khusus untuk membicarakan masalah struktur politik dan kenegaraan, khususnya mengenai kerajaan-kerajaan Islam. Karena pada zaman tersebut belum banyak pembahasan mengenai politik secara lengkap yang membuat pengarang menciptakan kitab Taj as Salatin.[2] PengarangBukhari al-Jauhari adalah seorang pengarang yang hidup pada zaman pemerintahan Sultan Aceh Alauddin Ri'ayat Syah Sayid al-Mukammil, yang dikenal dengan gelar Syah Alam. Bukhari mendapatkan banyak pujian dari para peneliti naskah, seperti oleh Valentijn (pada Oud en Nleuw Oost-Indien), Werndly (Boekzaal), dan Roorda Van Eysinga yang menerbitkan Taj As Salatin pada bahasa Belanda kompak mengatakan bahwa Bukhari memiliki gaya bahasa yang sangat indah dan baik bahkan yang terbaik untuk mempelajari bahasa Melayu.[3] Bukhari berabisi untuk menjadikan kitab ini sebagai pedoman dalam menata masyarakat adil dan makmur berdasarkan tuntunan dan ajaran Islam. Penilaian Bukhari tersebut berdasarkan kitab Melayu sejenis yang ditulis pada zaman itu belum ada yang menandingi kelengkapan uraiannya mengenai topik atas politik kerajaan. Misalnya kitab Bustan al-Salatin karya Nuruddin al-Raniri yang membicarakan topik politik pemerintahaan kerajaan hanya pada empat bab. Sementara bab lainnya membicarakan masalah yang agak jauh dari topik tersebut.[4] Taj as Salatin adalah karya pertama dan terakhir Bukhari. Tidak terdapat penelitian yang menjabarkan karya yang dihasilkan Bukhari selainTaj As Salatin. Roorda mengatakan bahwa Bukhari pada pembuatan Taj As Salatin mengikuti struktur dari naskah Parsi. Selain itu Hooykas (pada Over Maleise Literature) memiliki tanggapan yang lain mengenai Bukhari, pada bukunya ia mengatakan bahwa Bukhari adalah pengarang yang terpengaruh banyak asepk kebudayaan. Hal tersebut terlihat dari judul Taj As Salatin yang berjudul Arab, berisi Parsi Islam, dengan bahasa Melayu dan diciptakan di Aceh.[3] Bukhari juga mengakui bahwa telah mengutip beberapa kitab yang populer saat itu. Kitab-Kitab tersebut beberapa diantaranya adalah:
Deskripsi NaskahTaj As Salatin merupakan naskah dengan banyak sekali variasi. Tercatat berdasarkan inventaris yang telah dilakukan dapat didata bahwa Taj As Salatin memiliki setidaknya 100 variasi naskah yang terletak di dunia. Isi dari teks Taj As Salatin adalah mengenai falsafah hidup khususnya mengenai pemerintahan, keuangan, klasifikasi raja, dan ilmu-ilmu lain yang berguna untuk raja. Awalnya naskah Taj as Salatin beraksara Jawi dengan bahasa Melayu. Tapi ditemukan juga variasi lain yang menggunakan aksara Jawa dengan bahasa Jawa baru dengan berbagai dialek yang ada. Kondisi naskah yang terdata pada katalog terlihat banyak sekali naskah yang sudah rusak ataupun hilang, tersisa beberapa saja naskah yang ada di Indonesia yang dapat diakses.[5] Ilustrasi ataupun iluminasi jarang ditemukan pada naskah Taj As Salatin, kebanyakan hanya berisi teks. Naskah yang telah terdata pada katalog masih dalam tinjauan, hal tersebut dikarenakan naskah Taj As Salatin adalah salah satu naskah yang memiliki dampak besar yang menyebabkan muncul berbagai gubahan atau bahkan kutipan dari teks Taj As Salatin dengan judul yang berbeda-beda. Oleh karena itu, Tinjauan terhadap naskah Taj As Salatin masih terus berkembang sampai artikel ini dibuat. Lokasi NaskahTaj as Salatin merupakan karya yang sangat terkenal bahkan menjadi salah satu harta karun kebudayaan Melayu. Salinan yang begitu banyak dapat membuktikan bahwa Taj as Salatin menjadi teks yang memiliki pengaruh besar di Nusantara. Hal tersebut dapat dilihat dari munculnya berbagai variasi yang bahkan digubah juga kedalam bahasa lain seperti Jawa pada Serat Tajusalatin. Kepentingan suatu teks dari kebudayaan lain masuk kedalam suatu budaya tentu menunjukan bahwa meskipun berasal dari ideologi yang berbeda, teks Taj As Salatin penuh akan pembelajaran yang dapat meningkatkan mutu pembacanya.[2] Dari studi katalog yang dilakukan pada Katalog induk satu sampai lima ditemukan bahwa naskah Taj As Salatin berada diantaranya pada Perpustakaan Nasional (Jakarta), Musium Sonobudoyo (Yogjakarta) dan Perpustakaan Keraton Yogjakarta. Data tersebut masih bersifat dinamis karena masih banyak naskah yang belum teridentifikasi secara pasti teks apa yang dimiliki. Selain berlokasi di Indonesia beberapa naskahTaj As Salatin juga terdata berada pada koleksi perpustakaan Universitas Leiden Belanda, Perpustakaan Inggris dan tersebar juga di Jerman Barat.[5] Isi teksSecara utuh naskah Taj As Salatin akan memuat setidaknya 24 bab yang disebut fasal pada naskah. 25 Fasal tersebut akan dituliskan dengan sesuai dengan apa yang ada pada naskah Taj As Salatin. Pengambilan fasal ini berdasarkan buku Taj As Salatin yang telah ditransliterasi Khalid Hussain berdasarkan naskah yang ada di Perpustakaan Universitas Leiden Belanda. adapun ke 25 fasal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:[6]
Berdasarkan penjabaran diatas dapat terlihat redaksional bahasa yang berbeda dengan bahasa Melayu sekarang atau bahkan bahasa Indonesia, tapi isi teks yang ada tentu masih sangat relevan dengan kehidupan masa moderen kini. Referensi
|