Stasiun ini termasuk ke dalam kategori stasiun baru di jalur lintas Manggarai–Jakarta Kota saat dijadikan jalur layang, dikarenakan saat jalur ini masih berada di bawah (menapak di tanah), stasiun ini belum ada.
Sejarah
Pada Februari 1988, diadakan proyek jalur layang lintas Manggarai–Jakarta Kota, yang menghabiskan dana sebesar Rp432,5 milliar.
Pada 5 Juni 1992, Presiden Soeharto beserta Ibu Tien dan jajaran pemerintahan lainnya meresmikan jalur layang ini dengan naik KRL Rheostatik kelas eksekutif dari Stasiun Gambir menuju ke Stasiun Kota. Pada saat diresmikan, belum sepenuhnya pembangunan jalur layang ini telah selesai, hingga akhirnya bisa beroperasi penuh setahun kemudian.[3][4]
Bangunan dan tata letak
Bangunan stasiun ini sudah bergaya modern, dengan sentuhan panel-panel berwarna pink fanta yang sampai hari ini masih dipertahankan dan tidak pernah diubah catnya, hanya tiang peronnya saja yang diubah warnanya menjadi merah kesumba.[4]
Berbeda dengan stasiun lainnya yang terletak di jalur layang Manggarai–Jakarta Kota yang mempunyai tiga lantai, stasiun ini hanya mempunyai dua lantai. Alasannya, stasiun ini dibangun pada jalur yang akan menurun dan menapak ke tanah hingga berakhir di Stasiun Jakarta Kota.
Masih di area stasiun ini juga terdapat sisa 1 buah jembatan KA lama peninggalan dari jalur lintas Manggarai–Kota saat masih menapak di tanah, sisa jembatan ini sekarang beralih fungsi menjadi jalan untuk warga. Sebelumnya, terdapat 2 buah jembatan, namun jembatan yang satunya lagi sudah dibongkar kerana lahannya akan dipakai untuk pembangunan fondasi peron layang, dan hanya tinggal menyisakan 1 jembatan saja.
Pada tahun 2019–2020, dipasang sebuah wesel persimpangan baru yang berlokasi sekitar 50–70 meter ke arah selatan dari stasiun ini, serta juga dilakukan modifikasi listrik aliran atas (LAA) untuk jalur pada pada wesel ini.