Menurut silsilah garis keturunan orang Batak (tarombo), Raja Marsundung Simanjuntak adalah generasi ketujuh dari Si Raja Batak dan anak kedua dari Tuan Somanimbil.[2]
Raja Marsundung Simanjuntak memiliki dua istri, yaitu:
Keturunan Raja Marsundung memiliki hubungan erat dengan marga-marga keturunan Tuan Somanimbil lainnya; ketiga marga tersebut (Siahaan, Simanjuntak, dan Hutagaol) memegang teguh ikatan persaudaraan untuk tidak menikah antar satu dengan yang lain. Dikarenakan Raja Marsundung (Simanjuntak) merupakan anak kedua dari Tuan Somanimbil, maka seluruh marga Simanjuntak dianggap lebih muda oleh marga Siahaan, dan juga dituakan oleh marga Hutagaol. Oleh sebab itu setiap keturunan dari marga Simanjuntak harus memanggil abang/kakak ketika bertemu dengan marga Siahaan dan memanggil adik ketika bertemu dengan marga Hutagaol tanpa memperhatikan usia.
Raja Marsundung menikah dengan Taripar Laut boru Hasibuan dan Sobosihon boru Sihotang, oleh sebab itu Hulahula (mataniari binsar) dari marga Simanjuntak turunan Parsuratan adalah marga Hasibuan, sedang bagi Marga Simanjuntak turunan Mardaup, Sitombuk, dan Hutabulu adalah marga Sihotang.
Raja Marsundung menikah dengan Taripar Laut boru Hasibuan, lalu melahirkan dua orang anak, yakni Parsuratan dan Si Boru Pareme. Raja Marsundung lalu menikah lagi ke Sobosihon boru Sihotang karena istrinya yang pertama meninggal. Lalu si boru Sihotang melahirkan lima anak: Mardaup, Sitombuk, Hutabulu, Si Boru Hagohan Naindo, dan Si Boru Naompon. Tulangnya Parsuratan (saudara laki-laki dari ibu) melihat bahwa Parsuratan tidak diperlakukan sama oleh si boru Sihotang, maka dibawanyalah Parsuratan oleh Tulangnya ke tempat Tulangnya. Si boru Sihotang mengajarkan ke Mardaup, Sitombuk, dan Hutabulu supaya 'jangan pernah mau bergabung dengan Parsuratan'. Hal ini mengakibatkan munculnya istilah Simanjuntak Parjolo (Parsuratan) dan Simanjuntak Parpudi (Mardaup, Sitombuk, Hutabulu), sertaterdapat juga masalah tentang kerbau (horbo jolo dan horbo pudi). Perkumpulan Parsuratan dinamakan Persatuan Parsuratan, sedangkan perkumpulan Mardaup, Sitombuk, dan Hutabulu dinamakan Persatuan Simanjuntak Sitolu Sada Ina (PSSSI).
Sampai sekarang, perkataan si boru Sihotang masih dikatakan dari generasi ke generasi Mardaup, Sitombuk, dan Hutabulu. Namun, sekarang sudah ada beberapa Simanjuntak Mardaup, Sitombuk, dan Hutabulu yang tidak mempermasalahkan hal tersebut, karena mau bagaimanapun, Parsuratan, Mardaup, Sitombuk, dan Hutabulu tetaplah saudara kandung yang tidak bisa dipisahkan.
Tokoh
Beberapa tokoh yang bermarga Simanjuntak, di antaranya adalah: