Pardosi (Surat Batak: ᯇᯒ᯲ᯑᯬᯘᯪ) adalah salah satu margaBatak Toba. Leluhur marga Pardosi merupakan keturunan dari Siagian, yakni Raja Mardongan Siagian (sebagai marga Pardosi pertama) yang membuka perkampungan di Habinsaran dan menetap disana.
Etimologi
Nama Pardosi dalam Bahasa Batak Toba secara harfiah merujuk kepada kata par, dos, dan i yang memiliki arti sebagai orang yang menginginkan keadilan. Hal tersebut mengacu kepada:
Kata par dalam Bahasa Batak Toba merupakan prefiks yang dipakai sebagai penekanan,
Kata dos dalam Bahasa Batak Toba memiliki arti; sama (tentang keadilan), serupa jenisnya, merata,
Kata i dalam Bahasa Batak Toba merupakan kata penunjuk yang dipakai sebagai penekanan.
Menurut silsilah garis keturunan Suku Batak (tarombo) dan kisah yang diceritakan turun-temurun dari keturunan Raja Siagian, cicit Pandean Duri yang bernama Raja Mardongan mengalami konflik dengan saudara-saudaranya yang menyebabkan Raja Mardongan pergi meninggalkan kampung halamannya di Balige dan menetap di wilayah Habinsaran, akibat kekesalan terhadap saudaranya, keturunan Raja Mardongan tidak menggunakan marga Siagian, melainkan marga Pardosi.
Raja Mardongan Pardosi merupakan generasi kelima belas dari Siraja Batak.
Dalam perkembangannya, Keturunan Raja Mardongan Siagian Pardosi mengklasifikasikan diri ke dalam lima kelompok:
Keturunan Raja Mardongan Pardosi memiliki hubungan erat dengan marga Siagian sebagai marga induk dan juga marga-marga keturunan Tuan Dibangarna lainnya (Panjaitan, Silitonga, dan Sianipar) dengan memegang teguh ikatan persaudaraan untuk tidak menikah antar satu dengan yang lain. Dikarenakan Raja Siagian yang merupakan induk marga Pardosi adalah anak ketiga dari Tuan Dibangarna, maka seluruh marga Pardosi dianggap lebih muda oleh marga Panjaitan dan Silitonga, dan juga dituakan oleh marga Sianipar. Oleh sebab itu setiap keturunan dari marga Pardosi harus memanggil abang/kakak ketika bertemu dengan marga Panjaitan dan Silitonga dan memanggil adik ketika bertemu dengan marga Sianipar tanpa memperhatikan usia.
Raja Mardongan Pardosi menikah dengan br. Doloksaribu dan br. Naiborhu; melalui pernikahan dengan br. Doloksaribu memperoleh anak sulung yaitu Raja Urang, sedang keempat anak lainnya (Raja Hujur Batu, Raja Pamahar, Raja Ledung, dan Raja Manorsa) diperoleh melalui pernikahan dengan br. Naiborhu. Oleh sebab itu Hulahula (mataniari binsar) dari marga Pardosi kelompok Raja Urang adalah marga Doloksaribu, sedang Hulahula (mataniari binsar) dari marga Pardosi kelompok Raja Hujur Batu, Raja Pamahar, Raja Ledung, dan Raja Manorsa adalah marga Naiborhu.
Tokoh
Beberapa tokoh yang bermarga Pardosi, di antaranya adalah: