Penyakit ini pertama kali ditemukan di Pantai Gading pada tahun 1942 dan kini telah menyebar ke berbagai belahan Afrika dan Asia, serta sejumlah negara Eropa. Negara-negara Asia dan Eropa yang melaporkan kasus pertama PPR di wilayahnya dalam beberapa tahun terakhir yaitu Georgia dan Mongolia (2016),[2][3]Bulgaria (2018),[4] serta Thailand (2021).[5]
Tanda klinis
Pada umumnya, masa inkubasi PPR adalah 4–6 hari, tetapi dapat berkisar antara 3–10 hari.[6] Untuk keperluan perdagangan, WOAH menetapkan masa inkubasi PPR selama 21 hari.[7]
Tanda klinis PPR bervariasi dari ringan sampai berat. Pada kasus perakut, hewan mengalami demam tinggi dan kematian mendadak. Pada bentuk akut, hewan terinfeksi akan demam selama 3–5 hari serta mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan kesadaran. Muncul cairan dari mata dan hidung yang bersifat serosa dan lama-kelamaan menjadi mukopurulen. Leleran ini dapat keluar selama dua pekan hingga menutupi hidung. Sekitar empat hari sejak demam, gusi akan menjadi kemerahan dan akan muncul erosi dangkal di bagian mulut yang biasanya tertutup bintik abu-abu kecil yang berbau busuk dan menjadi nekrosis. Mulut hewan terasa nyeri sehingga mereka menjadi enggan untuk makan. Mereka juga mengalami hipersalivasi. Pneumonia dapat terjadi, sedangkan batuk, ronki pleura, serta pernapasan perut dapat teramati. Selain itu, banyak hewan juga menunjukkan diare berat yang terkadang berbau busuk dan bercampur darah.[6][8]
Pada kasus berat, tingkat morbiditas dapat mencapai 100% dengan tingkat kematian kasus yang tinggi. Namun, angka kesakitan dan angka kematian bisa jauh lebih rendah pada wabah yang ringan.[6]
Diagnosis
Spesimen untuk pengujian laboratorium adalah sampel darah atau usap cairan konjungtiva, cairan hidung, mukosa pipi, atau mukosa rektum dari hewan yang sedang berada dalam fase akut penyakit. Metode yang digunakan untuk menegakkan diagnosis PPR adalah reaksi berantai polimerase transkipsi-balik dan immunocaptureELISA. Selain itu isolasi virus dengan kultur jaringan dan imunodifusi gel agar (AGID) juga dapat digunakan.[9][10]
Penanganan
Tidak ada terapi spesifik untuk mengobati PPR. Antibiotika dan terapi suportif dapat diberikan untuk mengatasi infeksi sekunder.[11] Sementara itu, vaksin aktif yang dilemahkan telah tersedia untuk mencegah penyakit ini.[12]
Spickler, Anna Rovid (2015), Peste des Petits Ruminants(PDF), CFSPH Technical Disease Fact Sheets, The Center for Food Security and Public Health, Iowa State University