Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Reduksionisme

Reduksionisme dapat diartikan sebagai (a) suatu pendekatan untuk memahami sifat dasar hal-hal kompleks dengan menyederhanakannya ke dalam interaksi dari bagian-bagiannya, atau membuat suatu hal menjadi lebih sederhana atau lebih mendasar atau (b) suatu posisi [filsafat filosofis] bahwa sistem yang kompleks tak lain hanyalah penggabungan komponen-komponennya, dan suatu pernyataan tersebut dapat direduksi menjadi pernyataan dari unsur-unsur perseorangan. Hal ini dapat dikatakan sebagai objek,fenomena, penjelasan,teori, dan pengertian.

Reduksionisme secara jelas menggambarkan perspektif pasti dari kausalitas. Dalam kerangka reduksionis, fenomena dapat dijelaskan sepenuhnya dalam hal hubungan antara fenomena yang lebih mendasar lainnya, yang disebut [epifenomena]. Seringkali ada implikasi bahwa epifenomena menggunakan perantara tanpa sebab pada fenomena mendasar yang menjelaskannya.

Reduksionisme tidak menghalangi keberadaan apa yang biasa disebut dengan [fenomena emergen], tetapi hal itu menyiratkan kemampuan untuk memahami fenomena tersebut secara lebih lengkap dalam hal proses dimana mereka terbentuk. Pemahaman reduksionis ini sangat berbeda dari yang biasanya diimplikasikan oleh istilah emergence, yang secara khusus bermaksud bahwa apa yang muncul lebih dari jumlah proses-proses dimana ia muncul.

Reduksionisme religius pada umumnya mencoba untuk menjelaskan agama dengan cara meleburkannya bersama penyebab pandangan non-religius tertentu. Beberapa contoh penjelasan reduksionistik tentang adanya agama: bahwa agama dapat direduksi menjadi konsep kemanusiaan tentang benar dan salah, agama tersebut pada dasarnya merupakan sebuah usaha primitif dalam mengendalikan lingkungan kita, dan agama itu adalah cara untuk menjelaskan keberadaan fisik dunia. Antropolog Edward Burnett Tylor dan James George Frazer mempergunakan beberapa argumen reduksionis religius. Sigmund Freud mempunyai ide bahwa agama tidak lebih dari sebuah ilusi, atau bahkan penyakit kejiwaan, dan Marxis melihat bahwa agama adalah "napas yang tertindas", yang hanya menyediakan "kebahagiaan ilusi rakyat," kedua hal tersebut merupakan pandangan reduksionis agama yang berpengaruh.

Ada tingkatan tertentu pada reduksionisme dalam ilmu sosial, yang sering mencoba untuk menjelaskan keseluruhan wilayah kegiatan sosial sebagai sub-bidang belaka dari bidang mereka sendiri. Sebagai contoh, ekonom Marxis sering mencoba untuk menjelaskan politik sebagai sub-ordinasi ekonomi, dan sosiolog terkadang melihat ekonomi dan politik hanya sebagai sub-bidang dari masyarakat.

Jenis

Reduksionisme Teoretis

Reduksi teoretis adalah proses dimana sebuah teori menyerap teori lainnya. Misalnya, hukum Kepler tentang gerak planet dan teori Galileo tentang gerak pada benda terrestrial, keduanya direduksi menjadi teori Newton tentang mekanika, karena semua kemampuan yang menjelaskan teori lama terkandung dalam teori yang terakhir. Selanjutnya, reduksi dianggap sebagai teori yang lebih bermanfaat karena teori mekanik Newton adalah teori yang lebih umum, teori ini menjelaskan lebih banyak kejadian dibandingkan dengan Teori Kepler ataupun Galileo.

Oleh karena itu, teori reduksionisme merupakan reduksi dari sebuah penjelasan atau teori terhadap teori lain, itu lah yang dimaksud dengan penyerapan dari suatu ide mengenai hal-hal khusus menjadi ide lain.

Reduksionisme Metodologis

Reduksionisme metodologis adalah sebuah posisi yang merupakan strategi ilmiah terbaik dalam upaya untuk menyederhanakan penjelasan menjadi entitas terkecil yang mungkin. Jadi, reduksionisme metodologis akan berteguh bahwa penjelasan atomik dari titik didih suatu zat lebih baik daripada penjelasan kimia, dan bahwa sebuah penjelasan tentang partikel yang bahkan lebih kecil akan menjadi penjelasan yang lebih baik sekalipun.

Oleh karena itu, reduksionisme metodologis adalah posisi yang menyatakan bahwa semua teori-teori ilmiah dapat atau harus direduksi menjadi teori super tunggal melalui proses reduksi teoretis.

Reduksionisme Ontologis

Reduksionisme ontologis adalah keyakinan bahwa realita terdiri dari jumlah minimum dari beberapa jenis entitas atau substansi. Penjelasan ini umumnya bersifat metafisika dan merupakan bentuk paling umum dari monisme, dalam pengaruh klaim semua objek, ciri-ciri dan kejadian dapat direduksi menjadi sebuah substansi tunggal. (Seorang dualis yang merupakan seorang reduksionis ontologis percaya bahwa segala sesuatu dapat direduksi menjadi 2 substansi – sebagai contoh, seorang dualis dapat mengklaim bahwa realita tersusun dari “unsur” dan “jiwa”.)

Nancey Murphy telah mengklaim bahwa ada 2 macam reduksionisme ontologis: jenis pertama adalah yang menyangkal bahwa keseluruhan adalah sesuatu yang lebih daripada bagian-bagiannya; kedua, tesis yang lebih kuat dari reduksionisme atomis bahwa keseluruhan tidak “benar-benar nyata”. Dia mengakui bahwa frase “benar-benar nyata” tampaknya tidak masuk akal tetapi walaupun demikian dia telah mencoba untuk menjelaskan perbedaan di antara keduanya yang dianggap benar.

Reduksionisme dan Ilmu Pengetahuan

Pemikiran dan metode reduksionis membentuk dasar untuk banyak ilmu pengetahuan modern yang berkembang pesat, meliputi fisika, kimia, biologi sel. Mekanika klasik dalam hal tertentu dapat dilihat sebagai sebuah kerangka reduksionis dan mekanika statistik dapat dilihat sebagai sebuah rekonsiliasi dari hukum termodinamika yang makroskopik dengan pendekatan reduksionis dari penjelasan ciri-ciri makroskopik dalam istilah komponen mikroskopik.

Dalam ilmu pengetahuan, reduksionisme berarti cakupan/bahasan suatu ilmu pengetahuan yang didasarkan pada bagian yang mempunyai skala cakupan/bahasan atau unit organisasi yang lebih kecil. Biasanya bahwa pondasi dari ilmu kimia didasarkan pada ilmu fisika dan mikrobiologi sebagai sumbernya, pernyataan-pernyataan serupa menjadi kontroversial ketika suatu anggapan yang tidak tepat dikemukakan oleh seorang cendekiawan. Sebagai contoh, tuntutan bahwa ilmu sosiologi didasarkan pada ilmu psikologi, atau bahwa ilmu ekonomi didasarkan pada ilmu sosiologi dan ilmu psikologi akan banyak dijumpai. Anggapan tersebut sulit untuk dibenarkan, sekalipun ada banyak hubungan yang jelas antara cakupan/bahasannya (misalnya, sebagian besar mengakui bahwa ilmu psikologi dapat mempengaruhi dan menginformasikan ilmu ekonomi). Batas penggunaan prinsip reduksionisme berasal dari sifat yang muncul pada sistem yang kompleks, yang biasanya berada pada tingkatan tertentu dalam suatu organisasi. Sebagai contoh, aspek tertentu dari psikologi evolusioner dan sosiobiologi ditolak oleh beberapa orang yang menuntut bahwa sistem yang kompleks sudah menjadi sifat yang tidak dapat direduksi dan bahwa pendekatan holistik dibutuhkan untuk memahaminya.

Beberapa reduksionis yang teguh percaya bahwa ilmu pengetahuan harus menjadi disiplin ilmu yang “murni” berdasarkan biologi genetika, dan pada studi yang sistematis dari suatu budaya (lihat konsep Richard Dawkins tentang meme). Dalam bukunya The Blind Watchmaker, Richard Dawkins memperkenalkan istilah "reduksionisme hirarkis" untuk menggambarkan pandangan bahwa sistem yang kompleks dapat digambarkan dengan hierarki organisasi, masing-masing dapat digambarkan dengan objek satu tingkat ke bawah dalam hierarki. Dia memberikan contoh sebuah komputer, yang secara tingkatan reduksionisme dapat dijelaskan dengan baik dalam hal pengoperasian hard drive, prosesor, dan memori, tetapi tidak pada tingkat gerbang DAN ATAU, atau bahkan pada tingkat yang lebih rendah dari elektron dalam media semikonduktor.

Pendapat lain menyatakan bahwa penggunaan yang tidak tepat dari reduksionisme membatasi pemahaman kita tentang sistem yang kompleks. Secara khusus, ekolog Robert Ulanowicz mengatakan bahwa ilmu pengetahuan harus mengembangkan teknik untuk mempelajari cara-cara di mana skala yang lebih besar dari organisasi mempengaruhi yang lebih kecil, dan juga cara-cara di mana gelung umpan balik menciptakan struktur pada tingkat yang telah ditentukan, secara independen dari rincian pada tingkat yang lebih rendah dari organisasi. Dia menganjurkan (dan menggunakan) teori informasi sebagai kerangka kerja untuk mempelajari kecenderungan dalam sistem yang lazim. Ulanowicz menerangkan sifat kritikisme ini dari reduksionisme kepada filsuf Karl Popper dan ahli biologi Robert Rosen.

Reduksionisme dalam Matematika

Dalam matematika, reduksionisme dapat diartikan sebagai filosofi bahwa semua matematika dapat (atau harus) dibangun di atas dasar yang sama, yaitu teori himpunan aksiomatik biasanya. Ernst Zermelo adalah salah satu pendukung utama dari pandangan ini, dia juga mengembangkan banyak teori himpunan aksiomatik. Hal ini telah dikemukakan bahwa metode yang berlaku secara umum dari pembenaran aksioma matematika dengan kegunaannya dalam praktik umum dapat berpotensi merusak program reduksionis Zermelo.

Sebagai alternatif pada teori himpunan, yang lain berpendapat untuk teori kategori sebagai dasar untuk aspek-aspek tertentu dalam matematika.

Reduksionisme Ontologis

Reduksionisme ontologis merupakan suatu anggapan bahwa segala sesuatu yang ada terbuat dari sejumlah kecil zat dasar yang berperilaku secara biasa (bandingkan dengan monisme). Reduksionisme ontologis menyangkal gagasan munculnya ontologis, dan mengklaim bahwa kemunculannya merupakan fenomena epistemologis yang hanya ada melalui analisis atau deskripsi dari suatu sistem, dan tidak ada pada tingkat dasar.

Reduksionisme ontologis mengambil dua bentuk yang berbeda: reduksionisme ontologis tanda dan reduksionisme ontologis tipe. Reduksionisme ontologis tanda adalah gagasan bahwa setiap hal yang ada adalah sebuah gabungan hal. Untuk hal-hal yang dapat dipahami, dikatakan bahwa setiap hal yang dapat dipahami merupakan jumlah hal pada tingkat kompleksitas yang lebih kecil. Reduksi ontologis tanda dari hal-hal biologis menuju hal-hal kimia secara umum diterima. Reduksionisme ontologis tipe adalah gagasan bahwa setiap tipe hal merupakan jumlah dari tipe hal, dan bahwa setiap tipe hal yang dapat dipahami adalah jumlah tipe hal pada tingkat kompleksitas yang lebih rendah. Reduksi ontologis tipe dari hal-hal biologis menuju hal-hal kimia sering ditolak.

Michael Ruse telah mengkritik reduksionisme sebagai suatu argumentasi yang tidak layak melawan vitalisme.

Reduksionisme dalam Linguistik

Reduksionisme linguistik adalah gagasan bahwa segala sesuatu dapat dijelaskan dalam bahasa dengan sejumlah konsep inti yang terbatas dan kombinasi dari konsep tersebut.

Batas-Batas Reduksionisme

Suatu hal yang bertentangan dengan pendekatan reduksionis adalah holisme atau emergentisme. Holisme adalah sebuah gagasan yang menyatakan bahwa suatu benda dapat memiliki sifat, (sifat-sifat yang muncul), sebagai suatu keseluruhan yang tidak dapat dijelaskan dari sejumlah komponennya (tidak dapat ditemukan dalam komponen terkecil suatu materi). Prinsip holisme telah diringkas secara singkat oleh Aristoteles dalam sebuah Metafisika: "Keseluruhan itu lebih dari sejumlah komponennya". Sebuah istilah greedy reductionism yang diciptakan oleh Daniel Dennett, digunakan untuk mengkritik penggunaan reduksionisme yang tidak semestinya. Penulis lain menggunakan bahasa yang berbeda saat menjelaskan hal yang sama.

Dalam Ilmu Filsafat

Konsep hubungan sebab akibat mengemukakan suatu alternatif bagi reduksionisme yang terdapat dalam filsafat. Pandangan ini dikembangkan dan dieksplorasi oleh Peter Bøgh Andersen, Claus Emmeche, Niels Ole Finnemann, Peder Voetmann Christiansen, dan yang lainnya. Para filsuf tersebut mengeksplorasi cara-cara di mana orang dapat berbicara tentang fenomena pada tingkat organisasi yang lebih besar yang mengerahkan pengaruh kausalitas pada tingkat skala kecil, dan menemukan bahwa beberapa, tetapi tidak semua jenis diusulkan dalam hubungan sebab akibat yang kompatibel dengan ilmu pengetahuan. Secara khusus, mereka menemukan kendala yang merupakan salah satu cara di mana hubungan sebab akibat dapat beroperasi. Gagasan kausalitas sebagai kendala juga telah dieksplorasi sebagai cara untuk menjelaskan konsep-konsep ilmiah seperti pengorganisasian diri, seleksi alam, adaptasi, dan pengendalian.

Dalam Ilmu Pengetahuan

Fenomena seperti kemunculan dan pekerjaan dalam bidang teori sistem yang kompleks menimbulkan batas reduksionisme. Stuart Kauffman adalah salah satu pendukung sudut pandang ini.

Kemunculan sangat terkait dengan nonlinieritas. Batas-batas dari penerapan reduksionisme menjadi sangat jelas pada tingkat organisasi dengan jumlah kompleksitas yang lebih tinggi, termasuk budaya, jaringan saraf, ekosistem, dan sistem lain yang terbentuk dari penggabungan sejumlah besar komponen yang saling berinteraksi. Pemecahan simetri adalah sebuah contoh dari fenomena emergen. Pemenang Nobel P. W. Anderson menggunakan ide ini pada tahun 1972 dalam tulisan ilmiahnya, 'Lebih itu berbeda' untuk mengungkapkan beberapa keterbatasan reduksionisme. Keterbatasan reduksionisme dijelaskan sebagai berikut. Ilmu-ilmu dapat diatur secara kasar dan linier dalam suatu hierarki seperti fisika partikel, fisika tubuh, kimia, biologi molekuler, biologi sel, fisiologi, psikologi dan ilmu sosial. Entitas dasar dari salah satu ilmu pengetahuan mematuhi hukum-hukum dari ilmu pengetahuan yang mendahuluinya dalam hierarki bagian atas. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa satu ilmu hanyalah versi terapan ilmu yang mendahului itu. Mengutip dari artikel, "Pada setiap tahap, dengan semua hukum baru, konsep dan generalisasi itu diperlukan, kebutuhan inspirasi dan kreativitas hanya sebesar sebuah gelar/tingkatan seperti pada sebelumnya. Psikologi tidak diterapkan dalam ilmu biologi, begitupun biologi juga tidak diterapkan dalam ilmu kimia."

Disiplin ilmu seperti cybernetics dan teori sistem sangat penting dalam pandangan non-reduksionis yang menggambarkan ilmu pengetahuan, kadang-kadang menjelaskan fenomena pada tingkat tertentu yang lebih tinggi, dalam arti, kebalikan dari pendekatan reduksionis.

Kehendak Bebas dan Agama

Filsuf di era pencerahan bekerja untuk melindungi kehendak bebas manusia dari reduksionisme. Descartes memisahkan antara kebebasan yang bersifat duniawi dengan kebebasan jiwa. Filsuf Jerman memperkenalkan konsep alam “noumenal” yang tidak diatur oleh hukum-hukum deterministik alam “fenomenal”, di mana setiap peristiwa sepenuhnya ditentukan oleh hubungan sebab-akibat. Perumusan yang paling berpengaruh adalah oleh Immanuel Kant, yang membedakan antara kerangka deterministik kausal pikiran alam dunia, alam fenomenal, dan alam noumenal termasuk kehendak bebas. Untuk melindungi teologi dari reduksionisme, abad ke-19 pasca-pencerahan, para teologis Jerman telah bergerak ke arah baru, yang dipimpin oleh Friedrich Schleiermacher dan Albrecht Ritschl. Mereka mengambil pendekatan Romantis dari akar keagamaan yang menyangkut ketenangan batin dan jiwa manusia, sehingga perasaan seseorang lebih peka dalam hal-hal kerohanian seperti agama.

Manfaat Reduksi

Reduksi ontologis mengurangi jumlah primitif ontologis yang ada dalam ilmu ontologi. Hal ini menyederhanakan sebuah filosofi, karena setiap primitif ontologis menuntut penjelasan khusus untuk keberadaannya. Misalnya, jika seseorang mempertahankan bahwa kehidupan bukanlah sifat fisik, maka seseorang harus memberikan penjelasan terpisah mengapa beberapa objek memilikinya dan mengapa yang lain tidak, proses semacam ini dapat berubah menjadi cukup rumit. Tambahan, seseorang harus membuktikan bahwa primitif sebenarnya layak, dan tidak lebih baik jika didefinisikan sebagai varian dari sesuatu yang lain yang lebih mendasar. Misalnya, akan sulit untuk mempertahankan planet sebagai sesuatu yang primitif, dan mungkin akan lebih baik untuk memperlakukannya sebagai badan besar lain yang tak hidup, yang merupakan contoh dari reduksionisme.

Di sisi lain, kelebihan reduksionisme bisa menyebabkan penyederhanaan yang berlebihan. Misalnya, ada perbedaan yang nyata antara kehidupan hewan dan kehidupan tumbuhan, hewan mempunyai kekuatan namun tumbuhan kurang, seperti sensasi, gerak secara aktif, dan dapat dikatakan emosi. Pengurangan kedua hal tersebut untuk sesuatu hal yang sama dapat kemudian membingungkan pemikiran yang melibatkan baik hewan maupun tumbuhan. Reduksionisme dapat menghapus perbedaan yang penting, khususnya dalam bidang filsafat yang lebih abstrak, seperti moralitas atau ilmu agama. Sekarang, tidak semua perbedaan dianggap penting. Memperlakukan orang hitam dan putih dengan sama biasanya akan dibenarkan, di luar pengobatan, sejarah, atau studi kultural, misalnya. Hal ini karena mudah untuk menyatakan bahwa tidak ada perbedaan intrinsik antara keduanya, meskipun mungkin jelas ada perbedaan ekstrinsik, seperti tradisi dan budaya. Dalam kasus seperti ini, di mana perbedaan antara kedua hal tidak relevan dengan topik, mereka dapat diperlakukan sebagai sesuatu yang sama.

Alternatif untuk Reduksionisme

Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan sistem berfikir telah melengkapi metode-metode untuk mengatasi perkara-perkara dalam suatu pandangan holistik dibandingkan cara reduksionis, dan banyak ilmuan yang melakukan pendekatan pada pekerjaannya dalam suatu paradigma holistik. Ketika banyak istilah digunakan dalam konteks ilmiah, holisme dan reduksionisme mula-mula mengarah pada berbagai macam model atau teori-teori yang menawarkan penjelasan yang berlaku pada dunia; metode ilmiah dari pemutarbalikkan hipotesis, pemeriksaan data empiris yang melawan teori, sebagian besar tidak berubah, namun pendekatan menuntun pada teori-teori yang dipandang. Konflik antara reduksionisme dan holisme pada ilmu pengetahuan bukan hal umum—bagaimanapun juga suatu pendekatan holistik ataupun reduksionisme layak berada pada konteks pembelajaran suatu sistem khusus atau fenomena.

Dalam banyak kasus (seperti teori kinetika gas), diberikan sebuah pemahaman yang baik dari komponen-komponen suatu sistem, salah satunya dapat memprediksikan semua sifat yang paling penting dari sistem secara keseluruhan. Dalam kasus lain, mencoba melakukan hal ini mengarah pada sebuah kekeliruan dari komposisi. Dalam sistem itu, sifat-sifat yang bermunculan dari sistem tersebut sudah hampir tidak mungkin untuk memprediksi pengetahuan tentang bagian-bagian dari sistem. Teori Kompleksitas mempelajari sistem-sistem tersebut.

Alfred North Whitehead mengatur pemikiran metafisiknya dalam pertentangan terhadap reduksionisme. Ia menyebut teknik ini sebagai 'kesalahan dari kenyataan yang salah tempat'. Rencananya berangkat untuk membingkai pemahaman rasional, pemahaman tentang hal-hal umum, yang berasal dari realita kita.

Strategi reduksionis atau metode penyederhanaan dalam disiplin ilmu berisiko mengabaikan atau meniadakan kesadaran yang sudah ada. Teori kekacauan, konsep entropi dalam studi kimia, dan prinsip ketidakpastian Heisenberg dalam fisika partikel, semua menunjukkan bahwa pengetahuan dan kognisi dunia menjadi lebih kompleks karena tingkat kesadaran itu meningkat. Para ilmuwan yang menggunakan metode reduksionis sering mengambil pendekatan yang bertentangan dengan kontribusi sebelumnya dalam konteks ilmu pengetahuan dalam rangka untuk membenarkan sebuah teori baru, kadang-kadang tidak perlu untuk membantah teori yang sudah ada dalam memberikan wawasan baru. Membuktikan teori yang tidak valid dan membuktikan asumsi baru menjadi kenyataan yang benar harus berlangsung berdasarkan kemampuannya sendiri. Teori-teori ilmiah yang setengah valid dan setengah tidak valid dapat sepenuhnya ditolak dengan reduksionisme, sedangkan dengan paradigma holistik seperti additivisme, seseorang dapat menambahkan setengah-bagian untuk memperbarui asumsi. Seorang reduksionis akan kecil kemungkinannya untuk melihat teori saat ini tidak valid sebagai kontribusi yang berlaku dalam konteks di mana mereka diamati, digunakan dan disajikan, mengingat bahwa teori kompleksitas lebih dari hal tersebut.

Sven Erik Jorgensen, seorang ahli ekologi, memaparkan baik dari segi teori maupun dari sisi argumen pratik untuk suatu pendekatan holistik dalam beberapa cakupan ilmu pengetahuan, terutama ekologi. Ia mengatakan bahwa banyak sistem yang terlalu kompleks sehingga tidak akan mungkin untuk menjelaskan semua secara detail. Menarik sebuah analogi Hukum Ketidakpastian Heisenberg dalam ilmu fisika, ia mengatakan bahwa banyak sesuatu yang menarik dan relevan dengan fenomena ekologi yang tidak dapat ditiru dalam kondisi laboratorium, dan dengan demikian tidak dapat diukur atau diamati tanpa mempengaruhi dan mengubah sistem dalam berbagai cara. Ia juga menunjukan pentingnya keterkaitan dalam sistem biologi. Menurut pandangannya, ilmu pengetahuan hanya akan berkembang dengan cara menguraikan pertanyaan yang belum terjawab dan menggunakan model yang tidak berusaha untuk menjelaskan semuanya dalam tingkat hierarki yang lebih kecil dari organisasi, tetapi menggunakan model dari skala sistem itu sendiri dengan mempertimbangkan beberapa (tetapi tidak semua) faktor dari kedua tingkatan, baik yang lebih tinggi atau lebih rendah di dalam hierarki.

Kembali kehalaman sebelumnya