Pada nama Vietnam ini, nama keluarga-nya adalah Nguyễn, namun seringkali disederhanakan menjadi Nguyen dalam teks bahasa Inggris. Menurut kebiasaan Vietnam, tokoh ini dipanggil dengan nama pemberian-nya Kỳ.
Nguyễn Cao Kỳ (listenⓘ; 8 September 1930 – 23 Juli 2011)[1][2] adalah seorang perwira militer dan politisi Vietnam Selatan (Republik Vietnam / RVN) yang menjabat sebagai kepala Angkatan Udara Republik Vietnam pada tahun 1960-an, sebelum memimpin negara tersebut sebagai perdana menteri dalam junta militer dari tahun 1965 hingga 1967. Kemudian, hingga pensiun dari karir politik pada tahun 1971, ia menjabat sebagai wakil presiden dengan saingan berat nya, Jenderal Nguyễn Văn Thiệu, dalam administrasi sipil nominal.[3]
Lahir di Vietnam bagian utara, Kỳ bergabung dengan Tentara Nasional Vietnam di Negara Vietnam yang didukung Prancis dan mulai sebagai perwira infanteri sebelum Prancis mengirimnya untuk pelatihan pilot. Setelah Prancis mundur dari Vietnam dan negara itu dipartisi, Kỳ naik pangkat pada Angkatan Udara Republik Vietnam dan alhasil menjadi pemimpinnya. Pada November 1963, Kỳ berpartisipasi dalam kudeta yang menggulingkan presiden Ngô Đình Diệm yang mengakibatkan eksekusi mati terhadap Diệm.
Pada tahun 1964 Kỳ sangat menonjol dalam politik junta, dianggap sebagai bagian dari sekelompok perwira muda yang agresif yang dijuluki "Turki Muda". Selama dua tahun berikutnya, upaya kudeta berulang kali terjadi, banyak di antaranya berhasil, dan Kỳ adalah pemain kunci dalam mendukung atau mengalahkan mereka. Pada bulan September 1964, ia membantu menghentikan upaya kudeta oleh Jenderal Lâm Văn Phát dan Dương Văn Đức melawan Nguyễn Khánh, dan pada bulan Februari berikutnya dia menggagalkan upaya lain oleh Phát dan Phạm Ngọc Thảo. Taktik favoritnya dalam situasi seperti itu adalah mengirim jet tempur ke udara dan mengancam serangan udara berskala besar, dan mengingat reputasinya sebagai orang yang tidak sabaran, ia sering mendadapatkan gencatan yang diinginkan. Setelah upaya terakhir, ia juga memaksa Khánh yang lemah ke pengasingan dan akhirnya mengambil posisi terdepan di junta pada pertengahan 1965 dengan menjadi perdana menteri, sementara Jenderal Thiệu menjadi boneka kepala negara. Selama masa jabatannya, ia menjadi terkenal karena sikapnya yang flamboyan, main perempuan, dan perilaku berisiko dan kurang ajar. sikap ini sangat mengkhawatirkan sekutu Vietnam Selatan, Amerika Serikat dan membuat marah publik Vietnam, yang menganggapnya sebagai "koboi" dan "hooligan". ia tidak terlalu peduli dengan hubungan masyarakat, dan kadang-kadang secara terbuka mengancam akan membunuh pembangkang dan lawan politik serta meratakan bagian unit Vietnam Utara dan Vietnam Selatan yang dipimpin oleh perwira saingan dengan pengeboman, meskipun tidak ada yang terwujud.
Namun demikian, Kỳ dan Thiệu mampu mengakhiri siklus kudeta, dan Amerika mendukung rezim mereka. Pada tahun 1966 Kỳ memutuskan untuk menyingkirkan Jenderal Nguyễn Chánh Thi, perwira lain di junta yang dianggap sebagai saingan terbesarnya, dari peran komando. Ini memprovokasi kerusuhan besar, khususnya di Vietnam Selatan, di mana beberapa unit bergabung dengan aktivis Buddha yang mendukung Thi dan memusuhi Kỳ dalam menentang pemerintahan junta. Demonstrasi dan kerusuhan skala besar selama tiga bulan melumpuhkan beberapa bagian negara, dan setelah banyak manuver dan beberapa pertempuran militer, pasukan Kỳ akhirnya menghentikan pemberontakan, dan Thi diasingkan, memperkuat cengkeraman kekuasaannya.
Pada tahun 1967, transisi ke pemerintahan yang terpilih dijadwalkan, dan setelah perebutan kekuasaan di dalam militer, Thiệu mencalonkan diri sebagai presiden dengan Kỳ sebagai pasangannya — keduanya menginginkan jabatan tertinggi. Untuk memungkinkan keduanya bekerja sama, rekan perwira mereka telah setuju untuk memiliki badan militer yang dikendalikan oleh kebijakan bentuk Kỳ di belakang layar. Pemilihan itu dicurangi untuk memastikan bahwa tiket militer Thiệu dan Kỳ akan menang, dan kekuasaan eksekutif yang kuat berarti bahwa junta, pada dasarnya, masih berkuasa. Ketegangan kepemimpinan terus berlanjut, dan Thiệu menang, mengesampingkan pendukung Kỳ dari pos militer dan kabinet utama. Thiệu kemudian mengesahkan undang-undang untuk membatasi kelayakan pencalonan untuk pemilihan 1971, melarang hampir semua calon lawan; Kỳ dan yang lainnya mengundurkan diri karena jelas bahwa pemungutan suara itu palsu; Thiệu memenangkan lebih dari 90 persen suara dan pemilihan tidak terbantahkan, sementara Kỳ pensiun. Dengan jatuhnya Saigon, Kỳ melarikan diri ke Amerika Serikat. disana, ia terus mengkritik komunisme dan Thiệu, dan Pemerintah Komunis lah yang mencegahnya untuk kembali ke vietnam. Namun, pada tahun 2004, ia menjadi pemimpin Vietnam Selatan pertama yang kembali, menyerukan rekonsiliasi antara komunis dan anti-komunis.[4]
Penniman, Howard R. (1972). Elections in South Vietnam. Washington, D.C.: American Enterprise Institute for Public Policy Research.
Shaplen, Robert (1966). The Lost Revolution: Vietnam 1945–1965. London: André Deutsch.
Topmiller, Robert J. (2006). The Lotus Unleashed: The Buddhist Peace Movement in South Vietnam, 1964–1966. Lexington, Kentucky: University Press of Kentucky. ISBN0-8131-9166-1.