Paulus dilahirkan pada tanggal 27 Juli 1957 di Manado dari keluarga Minahasa. Ayahnya bernama Estefanus Jeremias dan ibunya bernama Len Bagij.[1] Ia mengawali pendidikannya pada tahun 1964 di sebuah sekolah dasar yang dikelola oleh organisasi Muhammadiyah dan lulus pada tahun 1970. Setelah itu, ia mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Manado hingga tahun 1973. Ia kemudian pindah ke kota Palu di Sulawesi Tengah dan dimasukkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri Palu.[2]
Karier militer awal
Setelah menamatkan pendidikan sekolah menengah atas pada tahun 1976, Paulus mendaftarkan diri dan diterima sebagai siswa AKABRI. Ia lulus dari AKABRI dan dilantik pada tahun 1981.[3] Paulus menjalani kursus singkat dalam bidang infanteri selama beberapa bulan setelah ia dilantik. Ia bergabung dengan kesatuan Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha, sekarang Kopassus) usai menamatkan kursus tersebut[4] dan ditempatkan sebagai komandan salah satu peleton.[5] Kariernya di Kopassus menanjak, mulai dari komandan sub tim, tim, batalyon, dan grup, hingga ia diangkat sebagai Komandan Detasemen Khusus 81 pada tahun 2001.[6]
Dua tahun menjabat sebagai orang nomor satu di Detasemen Khusus 81, Paulus dipindahkan ke luar lingkungan Kopassus. Ia dipindahkan ke Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan di Sumatera Utara dan mengemban jabatan sebagai Asisten Operasi Kepala Staf Daerah Militer (Asops Kasdam) dari tahun 2003 hingga 2005 dan Komandan Resimen Induk Daerah Militer (Danrindam) dari tahun 2005 hingga 2006. Dari Sumatera Utara, Paulus dimutasi kembali ke Jakarta untuk menjabat sebagai Komandan Resor Militer 052/Wijayakrama.[6] Di tengah masa jabatannya, Paulus terpilih menjadi komandan upacara penurunan bendera dalam upacara HUT Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 2006.[7]
Setelah satu tahun bertugas sebagai danrem, pada tanggal 5 Oktober 2007, Paulus dimutasi ke Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat sebagai Direktur Latihan.[8] Paulus menyerahkan jabatan danrem kepada Kolonel Inf. Sonny Widjaja pada tanggal 29 Januari 2008.[9] Sesuai dengan jabatan barunya, Paulus memperoleh kenaikan pangkat menjadi brigadir jenderal.[6]
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus
Pada tanggal 23 Oktober 2009, Panglima TNI mengeluarkan surat keputusan yang mengangkat Paulus sebagai Komandan Jenderal Kopassus, menggantikan Pramono Edhie Wibowo.[10] Jabatan tersebut secara resmi diserahkan kepada Paulus dalam upacara yang dilangsungkan di Markas Komando Kopassus pada tanggal 4 Desember 2009.[11][12] Pangkat Paulus kemudian dinaikkan menjadi mayor jenderal dua minggu setelah serah terima jabatan.[13] Ia menjabat hingga digantikan oleh Wisnu Bawa Tenaya pada tanggal 15 September 2011.[14]
Pencabutan larangan Amerika Serikat
Selang tiga bulan setelah pelantikannya sebagai Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus, Paulus bersama dengan tiga orang perwira tinggi Kopassus lainnya dikirimkan ke Amerika Serikat (AS) untuk bernegosiasi mengenai pencabutan larangan kerjasama antara Amerika Serikat dan Kopassus pada bulan Maret 2010. Larangan tersebut telah berlaku semenjak penerapan Hukum Leahy — yang melarang Amerika Serikat untuk memberikan bantuan kepada satuan militer yang terlibat pelanggaran HAM — pada tahun 1997. Upaya kerjasama ini dikecam oleh sejumlah pihak, seperti Human Rights Watch,KontraS,[15] dan kelompok tertentu di Kongres AS.[16] Hal tersebut disanggah pejabat Departemen Pertahanan (Dephan) AS, yang menyatakan bahwa Kopassus telah membersihkan diri dari para pelanggar HAM.[17] Pada akhirnya, meski larangan kerjasama dicabut,[18][19] sejumlah sanksi AS terhadap Kopassus tetap berlaku dan hingga kini AS tidak pernah menyelenggarakan kerjasama dengan Kopassus.[20]
Pendidikan HAM
Sebagai tindak lanjut dari sejumlah kontroversi yang meliputinya, Paulus memprakarsai sejumlah penyuluhan dan pendidikan bagi anggota Kopassus terkait dengan hak asasi manusia dan hukum-hukum kemanusiaan lainnya. Penyuluhan-penyuluhan tersebut dilakukan dengan melibatkan Badan Pembinaan Hukum TNI secara reguler[21] dan menggandeng lembaga-lembaga lain seperti Komite Internasional Palang Merah (ICRC),[22]Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM),[23] Universitas Oslo, dan kantor hukum.[24] Paulus menyatakan bahwa konsep HAM telah dimasukkan ke dalam materi pendidikan Kopassus dan bahwa Kopassus sedang berbenah diri terkait dengan HAM.[25]
Upaya pendidikan HAM yang dilakukan oleh Paulus diapresiasi oleh Komnas HAM, yang menyatakan bahwa ada kemajuan dalam penegakan HAM di lingkungan Kopassus. Menurut Wakil Ketua Komnas HAM Yoseph Adi Prasetyo, pada masa kepemimpinan Paulus, Kopassus menjadi salah satu institusi dengan laporan kasus HAM paling sedikit. Kendati demikian, Prasetyo juga menyebutkan bahwa sejumlah kasus pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Kopassus belum dapat diselesaikan pada masanya.[21][26]
Panglima Daerah Militer I/Bukit Barisan
Usai berkiprah sebagai orang nomor satu di Kopassus, Panglima TNI memindahkan Paulus kembali ke Sumatera Utara untuk menjabat sebagai Panglima Daerah Militer I/Bukit Barisan (Pangdam Bukit Barisan) pada tanggal 6 September 2011.[27] Paulus secara resmi menggantikan pejabat lama, Leonardus J.P. Siegers, lima belas hari kemudian pada tanggal 21 September.[28]
Di akhir masa jabatannya, pada awal tahun 2013, Markas Besar Angkatan Darat mengirimkan bantuan alutsista untuk memperkuat Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan. Paulus menerima bantuan berupa sejumlah panser APS Anoa-2, truk penarik meriam 105 mm buatan Korea, ambulans Mitsubishi Strada Triton, dan Jeep Toyota Fortuner.[31]
Komandan Kodiklat TNI AD
Kurang lebih dua tahun setelah berkiprah sebagai orang nomor satu di Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan, Paulus dipromosikan menjadi Komandan Komando Pembina Doktrin, Pendidikan dan Latihan Angkatan Darat (Dankodiklat TNI AD) pada tanggal 20 Mei 2013.[32] Paulus kemudian dilantik sebagai Dankodiklat TNI AD pada tanggal 3 Juni[33] dan ia menyerahkan jabatan lamanya sebagai pangdam seminggu kemudian.[34].[35]
Paulus diserahkan tanggungjawab untuk memimpin pengamanan dalam Konferensi Tingkat Tinggi APEC 2013 (KTT APEC 2013). Sebelumnya, ketika menjabat sebagai pangdam, Paulus telah memimpin simulasi pengamanan KTT APEC 2013 di Medan pada bulan April 2013.[36]
Organisasi olahraga
Ketika menjabat sebagai Komandan Satuan-81 Penanggulangan Teroris, Paulus dipercaya untuk mengorganisasi kompetisi dalam Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI).[37] Ia kemudian diberikan tanggung jawab untuk mengetuai panitia Kejuaraan Panjat Tebing Asia ke-10 yang digelar di Plaza Timur Gelora Bung Karno Senayan pada tanggal 27-28 Oktober 2001. Dalam kompetisi ini, kontingen Indonesia yang didukung oleh FPTI berhasil memenangkan kejuaraan nomor kecepatan.[38]
Paulus kembali terlibat dalam organisasi olahraga setelah Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia dibekukan oleh Menteri Pemuda dan OlahragaImam Nahrawi pada tanggal 17 April 2015.[39] Imam juga menginstruksikan pembentukan sebuah tim transisi "yang mengambil alih hak dan kewenangan PSSI sampai dengan terbentuknya kepengurusaan PSSI".[40] Meskipun awalnya nama Moeldoko santer diberitakan sebagai wakil militer dalam tim tersebut, Moeldoko menunjuk Paulus untuk mewakili militer dalam tim transisi tersebut.[41] Susunan tim transisi diumumkan oleh Imam pada tanggal 8 April 2015[42] dan Paulus kemudian terpilih sebagai wakil ketua tim transisi dalam rapat yang diselenggarakan enam hari setelahnya.[43] Tim ini dibubarkan setelah PSSI kembali diaktifkan pada tanggal 11 Mei 2015.[44]
Karier politik
Partai Golkar
Setelah pensiun dari militer, Paulus bergabung dengan Partai Golkar pada tahun 2016 dan diangkat sebagai Ketua Koordinator Bidang Kajian Strategis enam bulan setelahnya.[45] Ia juga sempat ditunjuk sebagai pelaksana tugas Ketua DPD Golkar Lampung pada bulan September 2016, menggantikan M. Alzier Dianis Thabranie yang diberhentikan.[46]
Dua tahun setelah bergabung dengan Partai Golkar, Paulus ditunjuk oleh Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Golkar pada tanggal 22 Januari 2018, menggantikan Idrus Marham yang menjadi Menteri Sosial.[47] Paulus kembali ditunjuk sebagai sekretaris jenderal setahun kemudian dalam Musyawarah Nasional Partai Golkar yang diadakan pada awal bulan Desember 2019.[48]
Penunjukan Paulus sebagai sekjen dipertanyakan oleh sejumlah pihak. Paulus baru bergabung dengan Partai Golkar selama dua tahun, sedangkan peraturan internal Partai Golkar mensyaratkan bahwa kepengurusan partai Golkar hanya dapat dipegang oleh anggota yang sudah bergabung selama lima tahun.[49] Dugaan lainnya yang muncul pada saat itu adalah Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, menekan Airlangga untuk menujuk Paulus yang notabene merupakan bawahannya saat bertugas di Detasemen Khusus 81.[4] Terhadap dugaan ini, Airlangga menyatakan bahwa Lodewijk sudah menjadi pengurus pada periode sebelumnya sehingga pengangkatannya sebagai sekjen tidak ada masalah dan ia tidak ditekan oleh pihak manapun dalam penunjukan sekretaris jenderal.[49]
Anggota dan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat
Paulus dicalonkan sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dari daerah pemilihan Lampung I pada dalam pemilihan umum legislatif Indonesia 2019.[50] Paulus, bersama dengan sejumlah petinggi partai lainnya, disebut-sebut sebagai calon kuat karena partainya memiliki basis massa yang besar.[51] Ia akhirnya terpilih dan dilantik sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 1 Oktober 2019.[52] Di Dewan Perwakilan Rakyat, Paulus duduk dalam Komisi I, yang memiliki lingkup tugas di bidang pertahanan, luar negeri, komunikasi dan informatika, dan intelijen.[53]
Nama Paulus mulai mencuat sebagai calon Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat setelah Azis Syamsuddin ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi karena kasus korupsi pada tanggal 25 September 2021.[54] Pada awalnya, Adies Kadir dicalonkan sebagai pengganti Azis,[55] namun ia menyarankan pimpinan Golkar untuk memilih Kahar Muzakir atau Paulus alih-alih dirinya.[56] Paulus secara resmi diumumkan sebagai pengganti Azis oleh Ketua DPR Puan Maharani dalam konferensi pers pada tanggal 29 September 2021.[57] Lodewijk kemudian dilantik sehari setelah penunjukkannya.[58]
Kehidupan pribadi
Keluarga
Paulus menikah dengan Meria Agustina dan memiliki dua anak.[5][59] Anak pertamanya, Raihan Akbar Pratama, lahir pada bulan November 1998, sedangkan anak keduanya, Rafi Farhan Perkasa, lahir pada bulan Februari 2001.[1] Ia menikah dua tahun setelah berpindah agama.[60]
Agama
Paulus dibaptis sebagai seorang Kristen Protestan ketika ia lahir. Selang beberapa tahun setelah berkarier di militer dan memperoleh pangkat mayor, Paulus berpindah agama dari Kristen Protestan ke Islam. Sebelum ia berpindah agama, usulan awal Paulus untuk berpindah agama ditentang oleh ibunya, yang menganggapnya tidak memiliki pendirian dan tidak tegas. Dalam sebuah kegiatan wawancara pada Januari 2019 di Lampung, Paulus juga menyatakan bahwa keputusannya untuk meninggalkan agama Kristen Protestan berpotensi menghambat kariernya, mengingat komandannya pada saat itu, Luhut Binsar Panjaitan, merupakan penganut agama tersebut. Paulus kemudian menyatakan bahwa kepindahannya dari agama Kristen Protestan tidak membuat kariernya terhambat.[60] Paulus kemudian menunaikan ibadah haji, yang merupakan salah satu kewajiban penganut agama Islam, ketika ia menjabat sebagai Panglima Daerah Militer I/Bukit Barisan pada bulan Oktober 2012.[61]
^ abcd"Riwayat Hidup Singkat"(PDF). Komando Pendidikan dan Latihan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. November 2014. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 4 Oktober 2021. Diakses tanggal 4 Oktober 2021.