James I dari Skotlandia
James I dari Skotlandia, (lahir: akhir bulan Juli 1394, wafat: 21 Februari 1437) adalah putra ketiga pasangan Raja dan Permaisuri Skotlandia, Robert III dan Anabella Drummond. Abang James, David Stewart, wafat tanpa sebab yang jelas ketika ditawan Adipati Albany, Robert Stewart, pamannya sendiri. Keselamatan nyawa James kian terasa genting pada musim dingin 1405–1406, sehingga disusunlah rencana untuk mengungsikannya ke Prancis. Pada bulan Februari 1406, James terpaksa diungsikan ke puri Bass Rock di Firth of Forth, setelah rombongan pengawalnya diserang oleh barisan pendukung Earl Douglas Ke-4, Archibald Douglas. James tinggal di puri Bass Rock sampai akhirnya dinaikkan ke atas sebuah kapal yang sedang berlayar menuju Prancis pada pertengahan bulan Maret. Pada tanggal 22 Maret 1406, kapal yang ditumpanginya diserang gerombolan bajak laut Inggris. James ditawan dan diserahkan kepada Raja Inggris, Henry IV. Raja Robert III, yang sakit-sakitan, mangkat pada tanggal 4 April 1406, sehingga James serta merta berganti status menjadi Raja Skotlandia yang baru selagi mendekam sebagai tawanan di Inggris, dan baru bebas 18 tahun kemudian. James mengenyam pendidikan bermutu di lingkungan istana Kerajaan Inggris. Tumbuh besar di lingkungan istana Inggris membuat James lambat laun menghargai metode-metode tata kelola pemerintahan Inggris, dan menaruh hormat kepada Raja Henry V. Agaknya Raja Skotlandia ini dengan sukarela menyertai Raja Henry V berperang di Prancis antara tahun 1420 dan 1421. Sepupu James, Murdoch Stewart, putra Adipati Albany yang ditawan Inggris sejak tahun 1402, dipertukarkan dengan Henry Percy, Earl Northumberland, pada tahun 1416. Pada bulan Februari 1424, tak lama sebelum dibebaskan pada bulan April 1424, James kawin dengan Joan Beaufort, putri Earl Somerset. Kepulangan James tidak disambut hangat oleh rakyat, mengingat James pernah berperang bersama Raja Henry V di Prancis, sehingga pernah pula sesekali bertempur melawan bala tentara Skotlandia. Kaum bangsawan pun kini tidak saja harus menanggung beban kenaikan pajak demi melunasi uang tebusan James, tetapi juga harus menyerahkan anggota keluarga mereka sebagai sandera jaminan. Selain tangkas di bidang olahraga serta menghargai sastra dan musik, James juga bertekad kuat menegakkan hukum dan ketertiban di Skotlandia, tetapi melakukannya secara bertahap dengan penuh perhitungan. Demi mengukuhkan kedudukannya, James melancarkan serangan dadakan terhadap sejumlah bangsawan Skotlandia pada tahun 1425, dimulai dengan menyasar kerabat dekatnya sendiri, keluarga Stewart penguasa Kadipaten Albany, yang berbuntut pada eksekusi mati Adipati Murdoch Stewart dan putra-putranya. Pada tahun 1428, James memerintahkan penahanan Yamtuan Pulau-Pulau, Alexander MacDonald, saat menghadiri sidang Parlemen Skotlandia di Inverness. Earl Douglas Ke-5, Archibald Douglas, ditahan pada tahun 1431, dan Earl March, George Dunbar, ditahan pada tahun 1434. Kesukaran hidup para sandera jaminan di Inggris diabaikan begitu saja, dan uang tebusan yang seharusnya diserahkan malah digunakan untuk mendanai pembangunan Istana Linlithgow berikut proyek-proyek besar lainnya. James gagal menuntaskan aksi pengepungan Puri Roxburgh yang dikuasai Inggris pada bulan Agustus 1436, dan nyaris ditahan oleh Sir Robert Graham saat menghadiri sidang Parlemen Skotlandia. James mangkat dibunuh di Perth pada malam hari tanggal 20-21 Februari 1437, dalam aksi kudeta gagal yang dilakukan pamannya sendiri, Earl Atholl, Walter Stewart. Kendati terluka, Permaisuri Joan berhasil lolos dan berkumpul kembali dengan putranya, yang serta merta berganti status menjadi Raja James II, di Kastel Edinburgh. Pangeran dan Mangkubumi SkotlandiaJames mungkin sekali lahir menjelang akhir bulan Juli 1394 di Biara Dunfermline, 27 tahun setelah perkawinan orang tuanya, Raja Robert III dan Anabella Drummond.[2] Di Dunfermline pula James melewatkan permulaan masa kanak-kanaknya dalam asuhan ibunda.[6] Ibunya wafat pada tahun 1401, saat James baru berumur tujuh tahun. Setahun kemudian, abangnya, David Stewart, Adipati Rothesay, juga wafat sewaktu mendekam sebagawai tawanan di puti Falkland, mungkin sekali dibunuh oleh pamannya sendiri, Robert Stewart, Adipati Albany.[7] Pangeran James, yang kini menggantikan mendiang abangnya selaku Putra Mahkota Kerajaan Skotlandia, adalah satu-satunya penghalang bagi keluarga Stewart Albany untuk mewarisi jabatan Raja Skotlandia.[8] Pada tahun 1402, Adipati Albany bersama sekutu dekatnya dari keluarga Douglas Hitam,[note 1] yakni Archibald, Earl Douglas ke-4, dibebaskan dari segala dakwaan terkait kematian Adipati Rothesay, sehingga memuluskan jalan Adipati Albany untuk ditunjuk kembali menjadi wakil raja. Adipati Albany mengganjar dukungan Earl Douglas dengan mengizinkannya memaklumkan permusuhan terhadap Inggris.[9] Keakraban Adipati Albany dan Earl Douglas berubah drastis pada bulan September 1402, setelah bala tentara mereka dikalahkan Inggris di Homildon, dan sejumlah besar bangsawan terkemuka beserta kawula mereka ditawan, termasuk Earl Douglas sendiri, putra Adipati Albany yang bernama Murdoch, Earl Moray, Earl Angus, dan Earl Orkney. Selain Adipati Rothesay, pada tahun yang sama wafat pula Alexander Leslie yang bergelar Earl Ross, dan Malcolm Drummond yang bergelar Earl Mar. Jabatan-jabatan yang mereka tinggalkan diisi kembali dengan orang-orang yang kurang cakap dan belum pernah berkiprah di gelanggang politik.[10] Antara 1402 sampai 1406, daerah kekuasaan Earl Ross, Earl Moray, dan Earl Mar di kawasan utara wilayah Skotlandia tidak dipimpin orang dewasa, dan tanpa Murdoch Stewart, wakil raja untuk wilayah Skotlandia di sebelah utara Sungai Forth, yang kini mendekam dalam tahanan Inggris, Adipati Albany pun terpaksa membentuk persekutuan dengan saudaranya, Alexander Stewart, Earl Buchan, beserta putra Earl Buchan yang juga bernama Alexander demi meredam ambisi Yamtuan Pulau-Pulau.[11] Ketiadaan Earl Douglas di pangkalan kekuatannya di Lothian dan Mancanegara Skotlandia dimanfaatkan oleh sekutu-sekutu Raja Robert, yakni Henry Sinclair, Earl Orkney dan Sir David Fleming dari Biggar, untuk menonjolkan diri sebagai kekuatan politik utama di wilayah itu.[10] Pada bulan Desember 1404, sang raja menganugerahkan lahan-lahan milik wangsa Stewart di kawasan barat, di Ayrshire, dan di sekitar Firth of Clyde, kepada James sebagai daerah regalitas agar lahan-lahan itu terlindung dari campur tangan asing dan sewaktu-waktu dapat dijadikan pangkalan kekuatan tempur sang pangeran bilamana diperlukan.[12] Meskipun demikian, pada 1405, James bernaung di bawah perlindungan dan asuhan Uskup Henry Wardlaw dari Saint Andrews di pesisir timur Skotlandia. Earl Douglas semakin gusar ketika Earl Orkney dan Sir David Fleming semakin berani campur tangan dalam urusan pemerintahan daerah perbatasan dan menjalin hubungan baik dengan Inggris.[13] Meskipun pada musim dingin 1405-1406, telah diputuskan untuk memberangkatkan sang pangeran muda ke Prancis agar menjauhkannya dari jangkauan Adipati Albany, waktu keberangkatannya belum juga dipastikan.[14] Pada bulan Februari 1406, Uskup Wardlaw menyerahkan James kepada Orkney dan Fleming yang mengawal sang pangeran melintasi kawasan timur Lothian, daerah kekuasaan Earl Douglas, diiringi sepasukan besar kawula mereka dari Lothian. Para bangsawan pelindung James mungkin telah mengeluarkan persetujuan kerajaan kepada Orkney dan Fleming untuk meluaskan kekuasaan mereka ke daerah kekuasaan Earl Douglas.[15] Tindakan ini menuai perlawanan bersenjata dari James Douglas dari Balvenie yang bersama para kawulanya maju menggempur dan berhasil menewaskan Fleming di suatu tempat bernama Long Hermiston Muir. Orkney dan James berhasil lolos dan membawa James berlindung di Bass Rock, sebuah pulau kecil yang relatif lebih aman di Firth of Forth.[6][16] Mereka bertahan hidup selama sebulan lebih di Bass Rock sebelum akhirnya menumpangi kapal Maryenknyght yang bertolak dari Danzig dengan tujuan Prancis.[17] Pada 22 Maret 1406, kapal yang mereka tumpangi direbut dengan aksi pembajakan oleh sebuah kapal Inggris. Salah seorang pemilik kapal penyerang adalah anggota parlemen merangkap pegawai istana, Hugh Fenn. Akibatnya, James menjadi tawanan Raja Inggris, Henry IV.[18] Raja Robert III sedang berada di Puri Rothesay tatkala menerima warta penangkapan putranya. Tak lama kemudian, pada 4 April 1406, Robert III mangkat dan dimakamkan di biara yang didirikan wangsa Stewart di Paisley.[19][20] Raja dalam tahananJames yang kini berstatus Raja Skotlandia tanpa mahkota, mulai menjalani kurun waktu 18 tahun dalam hidupnya sebagai seorang tawanan, sementara pada saat yang sama Adipati Albany beralih jabatan dari Mangkubumi menjadi Wali Negeri Skotlandia.[21] Adipati Albany merampas lahan-lahan pusaka James serta menahan pendapatan dan tanda-tanda kebesaran yang menjadi haknya. Dalam catatan-catatan kerajaan, James hanya disebut sebagai "putra mendiang raja".[22] James membentuk Rumah Tangga Istana Skotlandia mini yang beranggotakan Henry Sinclair, Earl Orkney, Alexander Seaton, kemenakan Sir David Fleming, dan John Sinclair saudara Earl Orkney setelah Earl Orkney pulang ke Skotlandia. Seiring berjalannya waktu, warga rumah tangga istana James—kini didanai Inggris—berganti dari orang-orang berderajat tinggi menjadi orang-orang yang kurang terpandang.[22] Henry IV memperlakukan James muda dengan baik, dan memberinya pendidikan bermutu. Begitu cukup umur, James dijadikan warga Rumah Tangga Istana Inggris serta diberi kedudukan yang memungkinkannya untuk dapat mengamati cara Henry menjalankan dan mengendalikan pemerintahan.[23] James memanfaatkan kunjungan-kunjungan pribadi dari para bangsawan Skotlandia dan surat-menyurat dengan tokoh-tokoh tertentu untuk mempertahankan visibilitasnya di Kerajaan Skotlandia.[24] Segera sesudah Raja Henry IV mangkat pada 1413, putranya, Henry V, mengakhiri keleluasaan yang telah dinikmati James dengan mengurungnya di Menara London bersama tawanan-tawanan lain dari Skotlandia.[23] Salah seorang di antaranya adalah sepupu James sendiri, Murdoch Stewart, putra Adipati Albany yang ditawan Inggris pada 1402 dalam Pertempuran Bukit Homildon. Mula-mula keduanya ditahan secara terpisah, tetapi kemudian disatukan di Menara London dan di Puri Windsor sejak 1413 sampai Murdoch Stewart dibebaskan pada 1415.[24] Pada 1420, kedudukan James di lingkungan istana Raja Henry V berubah pesat; ia bukan lagi dianggap sebagai seorang tawanan melainkan lebih sebagai seorang tamu.[25] Nilai James di mata Henry V tampak jelas pada 1420, ketika ia mendampingi sang Raja Inggris ke Prancis. Kehadiran James di sisi Henry V dimanfaatkan Inggris untuk mematahkan semangat juang orang-orang Skotlandia yang ikut bertempur di pihak Prancis. Setelah kemenangan Inggris dalam peristiwa pengepungan Melun, sebuah kota kecil di sebelah tenggara kota Paris, prajurit-prajurit Skotlandia dijatuhi hukuman gantung atas dakwaan makar terhadap rajanya.[26] James menghadiri upacara penobatan Catherine dari Valois pada 23 Februari 1421 dan mendapat kehormatan untuk duduk tepat di sebelah kiri sang permaisuri dalam perjamuan penobatan.[25] Pada bulan Maret, Henry V melakukan kunjungan keliling ke kota-kota penting di Inggris sebagai ajang pamer kekuatan tempur, dan dalam kesempatan itu James dilantik menjadi kesatria pada Hari Santo Georgius.[25] Pada bulan Juli, kedua raja kembali berperang bahu-membahu di Prancis. James yang jelas-jelas setuju dengan cara-cara Henry menjalankan kekuasaannya sebagai raja, tampaknya mendukung pula hasrat sang Raja Inggris untuk menduduki takhta Kerajaan Prancis.[6] Henry menunjuk Adipati Bedford dan James menjadi senapati bersama untuk memimpin aksi pengepungan atas kota Dreux pada 18 Juli 1421. Pada 20 Agustus, garnisun yang mempertahankan kota itu akhirnya menyerah.[27] Henry V mangkat akibat penyakit disentri pada 31 Agustus 1422, dan pada bulan September James ikut serta dalam barisan pengantar jenazah sang Raja Inggris dalam perjalan pulang ke London.[6] Dewan Wali Raja Henry VI yang masih kanak-kanak, berniat untuk secepatnya membebaskan James. Pada bulan-bulan pertama tahun 1423, usaha mereka untuk merampungkan urusan pembebasan James ditanggapi secara dingin oleh pemerintah kerajaan Skotlandia yang berada di bawah pengaruh keluarga Stewart Albany dan para pendukungnya.[28] Archibald, Earl Douglas, penguasa kawasan selatan wilayah Skotlandia, adalah seorang politikus yang cerdik dan luwes, bahkan lebih berpengaruh daripada keluarga Stewart Albany. Meskipun terlibat dalam pembunuhan abang James di puri kediaman Adipati Albany pada 1402, Earl Douglas tetap mampu membina hubungan baik dengan James. Sejak 1421, Earl Douglas secara teratur menghubungi James dan akhirnya membentuk persekutuan dengannya. Persekutuan ini kelak sangat berguna pada 1423. Sekalipun Earl Douglas adalah seorang bangsawan terkemuka di Skotlandia, kedudukannya di sepanjang kawasan perbatasan dan di daerah Lothian sedang berada di ujung tanduk—ia tidak saja harus merebut kembali Puri Edinburgh secara paksa dari juru kunci puri yang ia tunjuk sendiri, tetapi juga sedang dibayang-bayangi ancaman maut dari Earl Angus dan Earl March.[29] Sebagai ganti pengakuan James atas kedudukannya di Skotlandia, Earl Douglas mendukung upaya pemulangan James. Lagi pula, hubungan antara Murdoch Stewart, yang menggantikan mendiang ayahnya sebagai Adipati Albany pada 1420, dan Uskup William de Lauder yang ia tunjuk sendiri agak merenggang, mungkin karena terpengaruh oleh pihak-pihak yang berseberangan dengan Murdoch.[30] Agaknya tekanan dari pihak-pihak pendukung pemulangan James berhasil memaksa Murdoch untuk menyetujui penyelenggaraan sidang umum pada bulan Agustus 1423 yang memutuskan untuk mengirim perutusan ke Inggris guna merundingkan syarat-syarat pemulangan James.[31] Hubungan James dengan wangsa Lancaster berubah pada bulan Februari 1423, tatkala ia mempersunting Joan Beaufort, sepupu Raja Henry VI, kemenakan Thomas Beaufort, Adipati Exeter dan Henry Beaufort, Uskup Winchester.[32] Surat perjanjian uang tebusan sebesar 40.000 Sterling (dikurangi jumlah maskawin dari pihak mempelai perempuan sebesar 10.000 Mark) disepakati di Durham pada 28 Maret 1424 dan dibubuhi mohor pribadi James.[6] Raja dan permaisuri diarak oleh para bangsawan Inggris dan Skotlandia sampai ke Biara Melrose pada 5 April. Kedatangan mereka disongsong oleh Adipati Albany yang menyerahkan cap mohor Gubernur Skotlandia kepada raja.[33][34] Masa pemerintahanTindakan-tindakan perdanaSepanjang abad ke-15, raja-raja Skotlandia harus menanggung dampak dari terbatasnya pendapatan pemerintah, tidak terkecuali James. Pemerintahan Adipati Albany selaku wali raja pun terkendala oleh masalah yang sama. Robert Steward terpaksa menunggak pembayaran upah pegawai kerajaan pada masa pemerintahannya.[35] Bagi kaum bangsawan, perlindungan kerajaan atas diri mereka sepenuhnya terhenti semenjak James ditawan Inggris; beberapa bentuk kedekatan politik antara pemerintah kerajaan dan pihak-pihak tertentu telah tercipta di luar tatanan resmi semenjak Adipati Albany mengizinkan segelintir bangsawan—misalnya Earl Douglas dan saudaranya, James—untuk menarik dana dari kas pabean.[36] Dalam situasi politik seperti inilah upacara penobatan James diselenggarakan di Scone pada 21 Mei 1424. Disaksikan segenap anggota parlemen dari Tiga Golongan Kawula Negara, James melantik delapan belas bangsawan terkemuka menjadi kesatria, termasuk Alexander Stewart, putra Murdoch; kemungkinan besar pelantikan ini dilakukan dengan maksud menumbuhkan kesetiaan kepada pemerintah kerajaan di kalangan para tokoh politik.[37] Parlemen yang bersidang untuk membahas pendanaan uang tebusan itu mendengarkan pernyataan James yang menegaskan kedudukan dan kewibawaannya selaku raja. James memastikan agar undang-undang yang dirancang untuk meningkatkan pendapatan pemerintah dapat diloloskan oleh parlemen dengan cara membatalkan segala bentuk perlindungan kerajaan yang pernah dianugerahkan oleh raja-raja dan wali-wali raja terdahulu kepada kaum bangsawan Skotlandia. Dampak langsung dari kebijakan James ini sangat dirasakan oleh Earl Douglas dan Earl Mar, karena hak mereka untuk menarik dana dalam jumlah besar dari kas pabean juga dibatalkan.[38] Meskipun demikian, James masih bergantung pada dukungan kaum bangsawan—terutama Earl Douglas—sehingga mula-mula bersikap kurang tegas dalam menerapkan kebijakan-kebijakannya.[6] Orang pertama yang dikecualikan dari sikap kurang tegas ini adalah Walter Stewart, putra Adipati Albany. Walter, pewaris gelar Earl Lennox, secara terbuka memberontak melawan ayahnya pada 1423 karena tidak bersedia melepas gelar Earl Lennox kepada adiknya, Alexander Stewart. Ia juga menentang keengganan ayahnya untuk merampungkan urusan pemulangan James ke Skotlandia.[39] Atas perintah James, Walter ditangkap pada 13 Mei 1424 dan ditahan di Bass Rock—keputusan ini diambil demi kepentingan Murdoch maupun James kala itu.[40] Mungkin James merasa belum mampu menentang seluruh anggota keluarga Stewart Albany ketika saudara Murdoch, John Stewart, Earl Buchan, dan Archibald, Earl Douglas ke-4, masih bertempur di pihak Dauphin melawan Inggris di Prancis.[41] Earl Buchan, seorang senapati berkaliber internasional, membawa sepasukan besar bala tentara Skotlandia, namun akhirnya gugur bersama Earl Douglas dalam Pertempuran Verneuil pada bulan Agustus 1424, meninggalkan bala tentara Skotlandia tercerai-berai tanpa pemimpin. Hilangnya dua saudara dan kekuatan tempur yang begitu besar membuat Murdoch Stewart tidak lagi terlindung dalam percaturan politik Skotlandia.[39][42] Raja yang lalim dan tamakGugurnya Earl Douglas di Verneuill telah melemahkan kedudukan putranya, Archibald, Earl Douglas ke-5. Pada 12 Oktober 1424, James melakukan pertemuan dengan Archibald di Biara Melrose, agaknya untuk menyepakati penunjukan John Fogo, seorang rahib di biara Melrose, menjadi abas biara itu.[43] Pertemuan ini mungkin pula dilakukan dengan maksud untuk memperlihatkan penerimaan kerajaan secara resmi atas Earl Douglas yang baru, akan tetapi peristiwa ini mengisyaratkan bahwa perimbangan kekuasaan telah bergeser dari Puak Douglas Hitam ke pihak pemerintah kerajaan dan bangsawan-bangsawan lain. Sekutu-sekutu penting Earl Douglas telah gugur di Prancis, dan beberapa dari ahli waris mereka telah menjalin persekutuan atas dasar pertalian darah dengan bangsawan-bangsawan yang dulu menjadi saingan mereka. Pada saat yang sama, kesetiaan rakyat di daerah-daerah Lothian pada Earl Douglas semakin mengendur, dan dengan lepasnya Puri Edinburgh dari penguasaannya, situasi pun menjadi sangat mendukung bagi James untuk mengukuhkan kedudukannya sebagai raja.[44] Meskipun demikian, James tetap mempertahankan dukungan dari Puak Douglas Hitam dengan mengizinkan Archibald untuk memaklumkan permusuhan terhadap Adipati Albany beserta keluarganya. James masih menyimpan dendam kesumat terhadap Adipati Murdoch Stewart akibat peristiwa-peristiwa di masa lampau—Adipati Robert Stewart bertanggung jawab atas kematian David, abang James, selain itu Robert dan Murdoch tidak bersungguh-sungguh dalam mengupayakan pembebasan James, sehingga wajar jika James curiga bahwa mereka berniat merampas jabatan Raja Skotlandia.[45] Tanah-tanah peninggalan Earl Buchan tidak serta-merta jatuh ke tangan Keluarga Stewart Albany, tetapi disita oleh pemerintah kerajaan. Ayah mertua Adipati Albany, Duncan, Earl Lennox, dijebloskan ke dalam penjara, dan pada bulan Desember, sekutu utama Adipati Albany, Alexander Stewart, Earl Mar I, menuntaskan segala permasalahan yang mengganjal hubungan baik dengan raja.[6] Sidang parlemen pada bulan Maret 1425 diwarnai perdebatan sengit yang berujung pada penahanan Murdoch Stewart, istrinya Isabella, dan putranya Alexander. Walter, putra sulung Adipati Albany, sudah lebih dahulu mendekam dalam penjara, sementara James, putra bungsu Adipati Albany yang terkenal dengan julukan James Si Gemuk, telah melarikan diri ke Lennox.[39] James Si Gemuk memimpin rakyat daerah Lennox dan Argyll dalam suatu pemberontakan terbuka melawan pemerintah kerajaan, tetapi tindakannya itu justru dijadikan sang raja sebagai bukti atas dakwaan makar yang dituduhkan pada keluarga Stewarts Albany.[46] Murdoch Stewart dan putra-putranya, Walter dan Alexander, bersama Duncan, Earl Lennox, ditahan di Puri Stirling, menunggu untuk diadili dalam sebuah sidang istimewa parlemen pada 18 Mei. Dewan juri beranggotakan tujuh Earl dan empat belas bangsawan biasa dibentuk untuk mendengarkan bukti-bukti dakwaan keterlibatan para terdakwa dalam peristiwa pemberontakan di Lennox. Keempat terdakwa pria diputuskan bersalah dan dijatuhi hukuman mati. Walter diputuskan bersalah pada 24 Mei, sementara ketiga terdakwa pria lainnya diputuskan bersalah pada 25 Mei dan langsung dieksekusi mati dengan cara dipancung 'di depan puri'.[47] James menyingkap sisi bengis dan tamaknya dengan membinasakan kerabat dekatnya, keluarga Stewart Albany, penguasa tiga daerah, yakni Fife, Menteith, dan Lennox yang kemudian disita oleh pemerintah kerajaan.[48] Penyelidikan yang dilakukan James pada 1424 terhadap pembagian lahan dan bangunan milik kerajaan semenjak masa pemerintahan Raja Robert I mengungkap berbagai kejanggalan hukum dalam sejumlah transaksi, sehingga penguasaan atas daerah Mar, March, dan Strathearn, serta penguasaan puak Black Douglas atas daerah Selkirk dan daerah Wigtown dianggap bermasalah. Pemerintah kerajaan menyita seluruh daerah Strathearn pada 1427 dan daerah March pada 1435.[49] Daerah Mar disita pada 1435, setelah Earl Marl wafat tanpa ahli waris pusaka, yang juga berarti bahwa penguasaan atas daerah Garioch dan daerah Badenoch turut beralih kepada pemerintah kerajaan.[50] James berusaha meningkatkan jumlah pendapatannya melalui penetapan pajak dan berhasil membujuk parlemen untuk meloloskan sebuah undang-undang pada 1424 yang mengatur tentang pemungutan pajak demi melunasi uang tebusan. Berkat penerapan undang-undang ini, pemerintah kerajaan berhasil menghimpun dana sebesar £26.000, namun hanya £12.000 yang dikirim James ke Inggris.[51] Pada 1429, James sepenuhnya menghentikan pembayaran uang tebusan dan menggunakan dana yang tersisa untuk membeli meriam-meriam dan barang-barang mewah dari Flandria.[52] Setelah Puri Linlithgow terbakar pada 1425, sisa dana juga digunakan dalam proyek pembangunan Istana Linlithgow yang menyerap sekitar sepersepuluh dari pendapatan kerajaan dan dikerjakan sampai dengan kemangkatan James pada 1437.[53][54] Hubungan dengan GerejaJames tidak saja memaksakan kehendaknya terhadap kaum bangsawan tetapi juga atas Gereja. Ia menyesali kemurahan hati Raja David I terhadap Gereja yang kelak terbukti menyusahkan para penggantinya. Ia menjuluki pendahulunya itu sebagai "sair sanct to the croun" (santo penguras harta kerajaan).[55] James juga beranggapan bahwa lembaga-lembaga kebiaraan pada khususnya memerlukan perbaikan dan harus kembali menjadi paguyuban-paguyuban yang diatur dengan ketat. Salah satu keputusan James sehubungan dengan hal ini adalah membentuk suatu majelis abas penilik, dan menindaklanjuti keputusan ini dengan mendirikan sebuah biara Kartusian di kota Perth sebagai tolok ukur dalam tata kelola bagi biara-biara lain di Skotlandia.[56] Ia juga berusaha mempengaruhi sikap Gereja terhadap kebijakan-kebijakannya dengan cara mengatur agar para rohaniwan yang mendukungnya ditunjuk menduduki takhta Keuskupan Dunblane, Keuskupan Dunkeld, Keuskupan Glasgow, dan Keuskupan Moray.[57] Pada bulan Maret 1425, parlemen mengeluarkan maklumat kepada semua uskup agar memerintahkan rohaniwan-rohaniwan mereka untuk mendoakan keselamatan raja beserta keluarganya; setahun kemudian, parlemen mempertegas maklumat ini dengan desakan agar doa-doa bagi keselamatan raja beserta keluarganya diucapkan dalam setiap perayaan misa dengan ancaman denda dan teguran keras.[58] Parlemen juga mengundangkan agar setiap orang di Skotlandia harus 'diperintah menurut hukum-hukum raja dan statuta-statuta negeri ini semata-mata'. Berdasarkan aturan ini, pada 1426 diberlakukan undang-undang yang membatasi gerak-gerik para prelatus dengan meregulasi keperluan kunjungan ke Curia Romana maupun kesanggupan mereka untuk membeli jabatan gerejawi tambahan selama kunjungan itu.[59] Dalam sidang parlemen pada bulan Juli 1427, jelas terbukti bahwa pemberlakuan statuta itu dimaksudkan untuk mengurangi kuasa yurisdiksi gerejawi.[60] Pada 25 Juli 1431, penyelenggaraan konsili Gereja dibuka di Basel, tetapi sidang paripurna pertamanya baru terselenggara pada 14 Desember. Kala itu, Paus Eugenius IV sedang berselisih pendapat dengan para peserta konsili. Bukan Sri Paus melainkan para peserta konsililah yang meminta James untuk mengutus perwakilan dari Gereja Skotlandia. Dua orang wakil Gereja Skotlandia—Abas Thomas Livingston dari Dundrenanan dan John de Winchester, kanon dari Moray sekaligus seorang abdi Raja James—diketahui hadir dalam sidang konsili pada bulan November dan Desember 1432.[61] Pada 1433, James menunjuk dua uskup, dua abas, dan empat petinggi untuk menghadiri sidang konsili, kali ini untuk menanggapi panggilan Sri Paus. Dua puluh delapan rohaniwan Gereja Skotlandia diketahui menghadiri sidang konsili itu dalam rentang waktu 1434 sampai 1437, tetapi mayoritas rohaniwan berjabatan tinggi hanya mengutus wakil mereka kecuali Uskup John Cameron dari Glasgow, Uskup John de Crannach dari Brechin, dan Abas Patrick Wotherspoon dari Holyrood yang hadir secara pribadi.[62] Di tengah-tengah jalannya sidang konsili Basel, Paus Eugenius menginstruksikan legatusnya, Uskup Antonio Altan dari Urbino, untuk menemui Raja James guna membicarakan kontroversi undang-undang anti-barratry yang dikeluarkannya pada 1426.[63][64] Uskup Urbino tiba di Skotlandia pada Desember 1436 dan tampaknya telah terjadi rekonsiliasi antara James dan legatus Sri Paus pada pertengahan Februari 1437, tetapi peristiwa pembunuhan James pada 21 Februari menghalangi legatus Sri Paus untuk merampungkan misinya.[65] Permasalahan daerah Tanah TinggiPada bulan Juli 1428, James menyelenggarakan sidang umum di Perth dalam rangka mencari dana ekspedisi penyerangan ke daerah Tanah Tinggi melawan Yamtuan Pulau-Pulau yang semimandiri. Sidang umum mula-mula menolak memberikan dana kepada James—meskipun ia didukung oleh Earl Mar dan Earl Atholl yang sangat berkuasa—namun akhirnya mengabulkan keinginannya. Meskipun James agaknya tidak bermaksud melancarkan serangan besar-besaran terhadap orang-orang Gael di kawasan utara Skotlandia, ia memutuskan untuk mengerahkan kekuatan tempur yang cukup besar untuk memperkukuh wibawa kerajaan.[66] Di hadapan sidang umum James berkata:[67]
James mengumpulkan para penghulu puak-puak Gael dari kawasan utara dan barat di Inverness dengan dalih untuk menghadiri sidang parlemen yang diselenggarakan di kota itu. Kurang lebih 50 orang di antara para hadirin ditahan atas perintah raja, termasuk Alexander, Yamtuan Pulau-Pulau ke-3, beserta ibunya, Mariota, Countess Ross, sekitar 24 Agustus.[68] Beberapa di antaranya dieksekusi mati, tetapi selebihnya, kecuali Alexander dan ibunya, segera dibebaskan. Selama Alexander ditahan, James berusaha memecah-belah Klan Dòmhnall—Paman Alexander, John Mór, dihasut oleh orang suruhan raja untuk merebut jabatan penghulu klan, tetapi penolakannya untuk merundingkan apa pun dengan sang raja selama kemenakannya masih ditahan berujung pada upaya penangkapan dan kematiannya.[69] Kebutuhan sang raja akan sekutu di kawasan barat dan utara Skotlandia mendorongnya untuk bersikap lunak terhadap Alexander sambil berharap Yamtuan Pulau-Pulau itu akan setia mengabdi pada kerajaan, sehingga ia memutuskan untuk membebaskan Alexander. Kemungkinan besar akibat tekanan dari Donald Balloch, putra John Mór, dan Alasdair Carrach dari Lochaber, kerabat-kerabat dekatnya, Alexander memimpin pasukan pemberontak menyerang puri dan kota Inverness pada musim semi 1429.[70] Krisis bertambah rumit ketika Yamtuan Pulau-Pulau memberangkatkan sebuah armada misi menjemput James Si Gemuk dari Ulster "untuk mengantarnya pulang ke rumah sehingga ia dapat menjadi raja". Niat James untuk membentuk persekutuan dengan Ulster O'Donnells dari Tyreconnell melawan puak MacDonald mengakibatkan pihak Inggris mulai mencurigai motif-motif sang Raja Skotlandia sehingga mereka sendiri akhirnya berusaha untuk membawa James Si Gemuk ke Inggris.[71] Sebelum sempat berperan aktif, James Si Gemuk wafat secara tiba-tiba sehingga James berpeluang untuk mempersiapkan serangan besar-besaran terhadap Yamtuan Pulau-Pulau.[72] Bala tentara kedua belah pihak berhadap-hadapan pada 21 Juni di Lochaber. Alexander yang dikhianati Klan Chattan (Puak MacKintosh) dan Klan Cameron dikalahkan secara telak dan melarikan diri, kemungkinan besar ke Islay. Meskipun demikian, James tetap terus menggempur daerah kekuasaan Yamtuan Pulau-Pulau dengan merebut Puri Dingwall dan Puri Urquhart pada bulan Juli.[73] Sang raja baru pulang setelah sepasukan tentara yang diperlengkapi artileri dikerahkan ke daerah kekuasaan Yamtuan Pulau-Pulau. Alexander mungkin mulai sadar akan kelemahan posisinya dan mencoba merundingkan syarat-syarat penyerahan diri, namun James menuntut penyerahan diri tanpa syarat dan berhasil mendapatkannya.[74] Sejak bulan Agustus 1429, James mendelegasikan kewenangan raja kepada Alexander Stewart, Earl Mar, untuk memelihara perdamaian di kawasan utara dan barat Skotlandia.[75] Yamtuan Pulau-Pulau kembali memberontak pada bulan September 1431, dan mampu mengalahkan pasukan kerajaan sebanyak dua kali. Pasukan Earl Mar dikalahkan di Inverlochy dan pasukan Angus Moray dikalahkan dalam sebuah pertempuran sengit dekat Tongue di Caithness.[76] Kekalahan-kekalahan ini merupakan pukulan berat bagi James dan berdampak buruk bagi kredibilitasnya.[77] Pada 1431, sebelum pemberontakan September, James menahan dua kemenakannya, John Kennedy dari Carrick dan Archibald, Earl Douglas, mungkin akibat pertikaian antara John Kennedy dan pamannya, Thomas Kennedy, yang mungkin pula melibatkan Earl Douglas.[78] Penahanan Earl Douglas menimbulkan ketegangan di seluruh Skotlandia sehingga James berusaha menentramkan keadaan dengan membebaskan Earl Douglas pada 29 September – agaknya James memberikan pembebasan bersyarat kepada Earl Douglas demi kesuksesan sidang parlemen yang akan segera diselenggarakan di Perth. Dalam sidang di Perth, James mendesak parlemen agar mengucurkan dana tambahan untuk memerangi Yamtuan Pulau-Pulau.[77] Meskipun demikian, parlemen tidak bersedia mengucurkan dana tanpa syarat – James diizinkan menerima hasil pengumpulan pajak yang ditetapkan oleh parlemen untuk mendanai perang melawan daerah Tanah Tinggi, tetapi kendali penuh atas pemungutannya tetap berada di tangan parlemen.[79] Syarat-syarat yang ditetapkan parlemen untuk pajak itu menyiratkan adanya penentangan keras terhadap konflik lebih lanjut di kawasan utara Skotlandia, dan mungkin merupakan faktor yang menyebabkan perubahan sikap James pada 22 Oktober, dengan "mengampuni kesalahan masing-masing earl, dari Douglas dan dari Ross (yakni Alexander, Yamtuan Pulau-Pulau)". Bagi Earl Douglas, pengampunan ini adalah pengakuan resmi kerajaan atas pembebasan dirinya yang telah dilakukan tiga minggu sebelumnya, namun bagi Alexander, tindakan ini adalah perubahan total dari sikap politik kerajaan terhadap Yamtuan Pulau-Pulau. Empat kali perang musim panas melawan Yamtuan Pulau-Pulau secara resmi berakhir dengan penolakan parlemen untuk mengabulkan permintaan James.[79] Kebijakan luar negeriPembebasan James pada 1424 tidak membuka lembaran baru dalam hubungan antara Skotlandia dan Inggris. James tidak menjadi raja yang patuh sesuai harapan Inggris, ia malah menjadi seorang kepala monarki Eropa yang penuh rasa percaya diri dan berwawasan merdeka.[80] Perkara-perkara penting yang dipermasalahkan kedua kerajaan ini hanyalah pelunasan uang tebusan yang menjadi salah satu syarat pembebasan James, dan kesepakatan gencatan senjata yang akan segera berakhir pada 1430. Pada 1428, setelah terdesak di medan tempur, Charles VII dari Prancis mengutus dutanya, Regnault dari Chartres, Uskup Agung Rheims, ke Skotlandia untuk membujuk James memperbaharui perjanjian Auld Alliance (bahasa Prancis: Vieille Alliance, persekutuan lama)—syarat-syaratnya antara lain menjodohkan Putri Margaret dengan Louis, Dauphin Prancis, dan penyerahan Provinsi Saintonge sebagai hadiah kepada James.[81] Perjanjian ini akhirnya diratifikasi pada bulan Oktober 1428 oleh Charles dan James. Berkat rencana perjodohan putrinya dengan keluarga kerajaan Prancis, dan wilayah kekuasaan baru di Prancis, wibawa James pun terangkat di pentas politik Eropa.[82] Masa berlaku perjanjian persekutuan dengan Prancis sudah hampir berakhir selepas pertempuran Verneuil, dan pembaharuannya pada 1428 tidak mengubah isinya—James mengambil sikap tidak berpihak terhadap Inggris, Prancis, dan Bourgogne, namun pada saat yang sama membuka hubungan diplomasi dengan Aragon, Austria, Kastila, Denmark, Milano, Napoli, dan Vatikan.[83] Secara umum hubungan Skotlandia–Inggris relatif bersahabat, dan perpanjangan gencatan senjata antara kedua kerajaan sampai dengan 1436 memberi keleluasaan bagi Inggris untuk melancarkan perang penaklukan di Prancis, sementara janji-janji pada Prancis yang dibuat pada 1428 untuk mengerahkan bala tentara Skotlandia guna membantu Charles VII dan menjodohkan putri sulung James dengan putra raja Prancis, Louis, tidak kunjung terealisasi. James harus menjaga keseimbangan dalam menyikapi gejolak politik di Eropa, karena sekutu penting Inggris, Adipati Bourgogne, juga berkuasa atas Negeri-Negeri Dataran Rendah, mitra dagang utama Skotlandia kala itu, sehingga James tidak menggembar-gemborkan keberpihakannya pada Prancis.[84] Gencatan senjata dengan Inggris berakhir pada bulan Mei 1436, tetapi persepsi James terkait konflik Inggris-Prancis ikut berubah seiring perubahan aliansi kubu-kubu yang sedang berperang. Gagalnya perundingan damai antara Inggris dan Prancis pada 1435 justru mengakibatnya terbentuknya persekutuan Bourgogne-Prancis, dan mendorong Prancis menagih janji Skotlandia untuk melibatkan diri dalam perang serta mengawinkan Putri Margaret dengan Dauphin.[85] Pada musim semi 1436, Putri Margaret berangkat ke Prancis, dan pada bulan Agustus, Skotlandia ikut berperang. James memimpin sepasukan besar prajurit Skotlandia maju mengepung daerah kantong Inggris, Puri Roxburgh.[6] Perang ini kelak terbukti penting. Kitab Pluscarden meriwayatkan tentang timbulnya "perpecahan yang tercela dan perselisihan yang sangat tidak patut terjadi, akibat dari dengki" di lingkungan perkemahan prajurit Skotlandia. Menurut sejarawan Michael Brown, sebuah sumber dari masa itu menyebutkan bahwa James menunjuk sepupunya yang masih muda dan belum berpengalaman, Robert Stewart dari Atholl, sebagai senapati, bukannya para bangsawan penguasa daerah-daerah di tapal batas wilayah kerajaan (Marchia) yang sudah berpengalaman tempur, yakni Earl Douglas dan Earl Angus. Menurut Brown, kedua earl memiliki kepentingan-kepentingan pribadi dan dampak dari pasukan besar yang menghabiskan sumber daya setempat mungkin telah menimbulkan kegusaran dan kebencian masyarakat di daerah itu. Ketika para prelatus militan dari York dan Durham bersama dengan Earl Northumberland memimpin pasukan-pasukan mereka menuju wilayah perbatasan untuk menggagalkan pengepungan Puri Roxburgh, orang-orang Skotlandia pun lekas-lekas mundur — sebuah kronik yang ditulis setahun kemudian meriwayatkan bahwa 'orang-orang Skotlandia melarikan diri secara memilukan dan memalukan' — tetapi yang pasti, dampak dari kekalahan serta cara kekalahan itu menimpa pihak Skotlandia, ditambah pula dengan kerugian besar akibat kehilangan artileri yang mahal-mahal, menjadi pukulan besar bagi James, baik terhadap kebijakan luar negerinya maupun terhadap wewenangnya di dalam negeri sendiri.[86][87] PembunuhanLatar belakangWalter Stewart adalah putra bungsu dan satu-satunya putra mendiang Robert II yang tidak dianugerahi jabatan earl semasa hidup ayahnya.[88][note 2] Abang Walter, David, Earl Strathearn dan Caithness, telah mangkat sebelum putrinya, Euphemia, pertama kali tercatat sebagai Countess Strathearn pada 5 Maret 1389.[89] Walter yang kini mengasuh kemenakannya, mengepalai pemerintahan Strathearn selama satu setengah dasawarsa selanjutnya dan selama jangka waktu itu membantu abangnya, Robert, Earl Fife dan Pelindung Skotlandia, dengan memaksakan hukum dan ketertiban atas abangnya yang lain, Alexander, Lord Badenoch—ia sekali lagi mendukung Robert (setelah menjadi Adipati Albany) melawan kemenakan mereka, David, Adipati Rothesay pada 1402.[90] Adipati Albany agaknya menjodohkan Euphemia dengan salah satu orang dekatnya, Patrick Graham, dan dengan demikian mengakhiri campur tangan Walter dalam pemerintahan Strathearn. Adipati Robert, yang mungkin hendak mengganti kerugian akibat lepasnya Strathearn, menjadikan Walter sebagai Earl Atholl dan Lord Methven.[90][91] Pada 1413, Graham terbunuh dalam pertikaian dengan seorang bawahan utamanya, John Drummond. Kerabat John Drummond dekat dengan Earl Atholl, dan keputusan Earl Athol untuk kembali campur tangan dalam urusan pemerintahan Strathearn selaku wali dari putra Graham sekalipun ditentang oleh Adipati Albany mengisyaratkan kemungkinan keterlibatan Atholl dalam pembunuhan James. Dendam kesumat antara Adipati Albany dan Earl Atholl mendorong James untuk mendekatkan diri dengan pamannya, Earl Atholl, sekembalinya ke Skotlandia pada 1424.[92] Earl Atholl ikut serta dalam sidang assize (dewan juri) pada 24/25 Mei 1425 yang mengadili dan memutuskan para pemuka keluarga Stewart Albany telah bersalah melakukan pemberontakan—eksekusi mati pun segera menyusul.[47] James menganugerahi Earl Atholl jabatan Sheriff Perth dan jabatan justicier (penegak hukum) serta kekuasaan atas Kabupaten Strathearn, tetapi kekuasaan atas Kabupaten Strathearn hanya berupa sewa seumur hidup—tindakan ini mengukuhkan pembatasan wewenang Earl Walter yang telah ditetapkan oleh Adipati Albany sekaligus membenarkan campur tangannya dalam urusan penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Strathearn.[93] Putra sulung Earl Atholl, David, telah dijadikan salah satu sandera yang dikirim ke Inggris untuk memenuhi syarat pembebasan James dan wafat di negeri itu, sementara putra bungsunya, Alan, gugur ketika betempur di pihak raja dalam Pertempuran Inverlochy pada 1431.[note 3] Putra David, Robert, kini menjadi ahli waris pusaka Earl Atholl dan kedua-duanya adalah ahli waris takhta Kerajaan Skotlandia sesudah Pangeran James.[90] James terus-menerus bermurah hati terhadap Earl Atholl dan menunjuk cucunya, Robert, menjadi juru demung pribadinya. Akan tetapi pada 1437, setelah beberapa kali dikecewakan James, Earl Atholl dan Robert mungkin mulai mencurigai tindakan-tindakan sang raja sebagai gelagat akan melakukan akuisisi lebih lanjut atas kekayaan Earl Atholl. Kekuasaan Earl Atholl atas Kabupaten Strathearn yang makmur itu tidak cukup kuat, dan baik dirinya maupun Robert sepenuhnya sadar bahwa wilayah Kabupaten Strathearn akan diambil alih oleh pemerintah kerajaan sepeninggalnya kelak. Ini berarti Robert kelak hanya menguasai Kabupaten Caithness dan Kabupaten Atholl yang relatif miskin, tidak lebih dari keseluruhan wilayah kekuasaan Earl Walter antara 1406 sampai 1416.[94] Penarikan mundur pasukan Skotlandia dari Roxburgh membuat wibawa sang raja di mata rakyatnya, kecakapan militernya, dan kemampuan diplomasinya dipertanyakan orang. Meskipun demikian, ia tetap bersikeras untuk terus memerangi Inggris.[95] Hanya dua bulan setelah bernasib sial di Roxburgh, James menyelenggarakan sidang umum pada Oktober 1436 guna membahas kelanjutan pendanaan perang melalui pemungutan pajak tambahan.[96] Seluruh wakil rakyat yang hadir menyuarakan penolakan terhadap pajak tambahan melalui juru bicara mereka, Sir Robert Graham, mantan kesatria pengawal Adipati Albany yang kini mengabdi pada Earl Atholl. Pada peserta sidang umum kemudian menyaksikan upaya gagal Graham untuk melakukan penahanan atas diri raja yang mengakibatkan sang kesatria dijebloskan ke dalam penjara dan selanjutnya dihukum buang, akan tetapi James tidak mencurigai tindakan Graham sebagai bagian dari ancaman yang lebih besar.[97] Pada Januari 1437, Earl Atholl untuk kesekian kalinya disepelekan di wilayah kekuasaannya sendiri ketika James membatalkan keputusan kapitel Katedral Dunkeld dan menganti calon uskup yang mereka nominasikan dengan kemenakan sekaligus pendukung setianya, James Kennedy.[94] Persekongkolan dan pembunuhanReaksi penolakan terhadap raja dalam sidang umum membuat Earl Atholl menyadari bahwa James tidak saja sedang mengalami kesulitan tetapi juga mengalami penurunan wibawa politik, dan mungkin merupakan faktor yang membuatnya yakin bahwa kematian James dengan mudah dapat diatur.[98] Earl Atholl telah melihat bagaimana tindakan nekat dari dua orang abangnya pada waktu yang berbeda telah membuat mereka berhasil mengambil alih kekuasaan atas Kerajaan Skotlandia, dan selaku kerabat terdekat James yang sudah dewasa, sang earl tentunya telah mempertimbangkan bahwa suatu intervensi yang dilakukan dengan penuh keberanian dari dirinya kali ini mungkin saja akan sama berhasilnya.[99][note 4] Kebinasaan keluarga Stewart Albany pada 1425 tampaknya telah memainkan peranan penting dalam persekongkolan melawan raja. Hukuman mati dan penyitaan lahan-lahan mereka juga berdampak terhadap nasib kawula mereka yang mengelola dan menggantungkan hidup pada lahan-lahan itu. Ketiadaan pengayom ini dimanfaatkan oleh Earl Atholl dengan menampung dan mempekerjakan banyak mantan kawula Stewart Albany yang masih menyimpan dendam atas kematian tuan-tuan mereka. Para kawula ini antara lain adalah Sir Robert Graham baru tiga bulan sebelumnya melakukan upaya penangkapan terhadap raja dalam sidang umum di Perth, serta adik-beradik Christopher dan Robert Chambers.[100] Bahkan sekalipun Robert Chambers adalah anggota Rumah Tangga Istana, ikatan lama dengan keluarga Stewart Albany masih jauh lebih kuat.[101] Sidang umum kembali diselenggarakan di jantung wilayah Atholl di Perth pada 4 Februari 1437, dan komplotan pembunuh berkesempatan untuk menjalankan rencana mereka karena raja beserta permaisuri masih terus menginap di biara Blackfriars di kota itu.[102] Pada malam hari, tanggal 20 Februari 1437, raja dan permaisuri sedang berada di kamar masing-masing dan terpisah dari sebagian besar abdi mereka.[96][103] Cucu sekaligus ahli waris pusaka Earl Atholl, Robert Stewart, kepala rumah tangga istana raja, memasukkan anggota komplotannya—diduga sekitar tiga puluh orang—dipimpin Robert Graham dan adik-beradik Chambers ke dalam gedung biara.[96][103] James mendengar seruan peringatan datangnya bahaya sehingga sempat bersembunyi dalam gorong-gorong biara, tetapi karena mulut gorong-gorong telah disumbat untuk mencegah hilangnya bola-bola tenis,[104] James pun terperangkap dan akhirnya terbunuh.[105] KesudahanPara pembunuh berhasil melaksanakan rencana utama mereka membunuh raja, namun permaisuri berhasil luput setelah sempat dilukai. Yang paling penting, putra James yang baru berusia enam tahun dan kini berstatus sebagai Raja James II sepeninggal ayahnya, sudah diamankan dari jangkauan Earl Atholl berkat pemberhentian sahabat Earl Atholl, John Spens, dari jabatannya selaku pengawal James.[105] Nama Spens menghilang dari catatan istana sesudah peristiwa pembunuhan, tetapi realokasi jabatan-jabatan dan tanah-tanahnya segera sesudah peristiwa pembunuhan menyiratkan keterlibatannya dalam peristiwa itu. Namun dalam suasana kisruh selepas peristiwa pembunuhan, tampaknya upaya permaisuri untuk menjadi wali raja tidak mendapat dukungan. Tidak ada peninggalan dokumen yang menyiratkan adanya rasa ngeri maupun kutukan masyarakat terhadap para pembunuh. Seandainya permaisuri ikut terbunuh dan Earl Atholl menguasai sang raja yang masih belia itu, mungkin saja kudeta yang dirancangnya akan berhasil.[106] Sekelompok kecil pendukung permaisuri, termasuk Earl Angus dan William Crichton, memastikan James tetap berada di penguasaannya. Langkah para pendukungnya ini memperkukuh posisi permaisuri namun Earl Atholl masih memiliki pengikut. Pada minggu pertama bulan Maret tidak ada satu pun pihak yang lebih unggul, sehingga Uskup Urbino, utusan Sri Paus, memprakarsai sebuah sidang umum untuk mengusahakan perdamaian.
Meskipun demikian, pada pertengahan Maret mungkin sekali Earl Angus dan William Crichton telah melakukan gerakan melawan Earl Atholl. Dan mungkin pula Earl Atholl telah menghimpun kekuatan tempur untuk melawan penyerbuan ke pusat daerah kekuasaannya—pada 7 Maret permaisuri dan sidang umum mengimbau Burgess (pamong praja) Perth untuk melawan kekuatan tempur feloune traitors (para pengkhianat yang zalim).[108] Posisi Earl Atholl dan para pendukung setianya baru tegoyahkan sesudah ahli warisnya, Robert Stewart, tertangkap dan, menurut catatan Shirley, mengakui keterlibatannya dalam pembunuhan raja.[109] Walter dipenjarakan oleh Earl Angus dan kemudian ditahan di Tolbooth Edinburgh, tempat ia diadili dan dihukum pancung pada 26 Maret 1437, sehari sesudah penobatan James II.[110] Kepala komplotan pembunuh, Sir Robert Graham, ditangkap oleh mantan sekutu-sekutu Earl Atholl dan diadili dalam salah satu sesi sidang umum di Puri Stirling dan kemudian dieksekusi mati tak lama sesudah 9 April.[111] Usaha Permaisuri Joan untuk menjadi wali raja agaknya terhenti pada sidang umum Juni 1437 ketika Archibald, Earl Douglas ke-5, ditunjuk menjadi Letnan Jenderal Kerajaan Skotlandia.[112] Jantung mendiang Raja James yang telah dibalsam mungkin telah dibawa dalam perjalanan ziarah ke Tanah Suci setelah jenazahnya disemayamkan di Biara Kartusian Perth, karena Gulungan Exchequer Skotlandia tahun 1443 memuat catatan pembayaran £90 untuk mengganti ongkos-ongkos yang telah dikeluarkan oleh seorang kesatria Ordo Santo Yohanes untuk mengantarkannya kembali ke Biara Kartusian Perth dari Pulau Rodos.[113][114] Historiografi
James adalah pribadi yang penuh pertentangan. Sekalipun menjadi tawanan di Inggris ia tetap dapat mengenyam pendidikan yang bermutu dan bertumbuh menjadi orang yang berbudaya, menjadi seorang penyair, musikus yang piawai, dan terampil dalam berbagai cabang olahraga.[116] Walter Bower, Abas Biara Inchcolm, mencatat bahwa kemampuan James di bidang musik—'bukan sekadar kemampuan seorang amatir yang antusias belaka' melainkan sudah setaraf ahli musik, 'Orfeus yang lain.' Ia piawai memainkan organ, genderang, seruling, dan kecapi.[115] Kesanggupan James berolahraga gulat, lempar martil, panahan, dan adu ganjur juga dicatat oleh Bower. Ia juga mencatat bahwa James memiliki 'semangat yang menggebu-gebu' dalam 'menggubah dan menulis karya sastra', karya tulisnya yang paling terkenal adalah gubahan syair asmara Kingis Quair (Hikayat Raja). Bower mengumpamakan sang raja laksana 'sepintu menara, seekor singa, seberkas cahaya, sebutir permata, sebatang pilar, dan seorang pemimpin' yang adalah 'raja kita, sang pemberi hukum' yang membasmi 'pencurian, tipu-daya, dan perampokan'.[117]
Abas Bower juga mencatat bahwa sang raja sanggup menikam tembus tangan seorang kerabat dekat demi menciptakan gangguan dalam sidang majelis istana. Abas Bower secara umum mendukung James tetapi, bersama sejumlah tokoh lain, menyesali kematian anggota-anggota keluarga Stewart Albany, serta menyatakan kerisauannya melihat ketamakan James akan wilayah dan kekayaan. Meskipun tidak panjang lebar menguraikan aspek-aspek negatif dari watak James, Abas Bower menyinggung tentang kerisauan orang, bahkan orang-orang dekat raja sendiri, terhadap rezim James yang kejam.[6][118] Catatan John Shirley mengenai peristiwa-peristiwa yang mengakibatkan pembunuhan atas diri James dalam kronik The Dethe of the Kynge of Scotis (Mangkatnya Raja Orang Skot) menyajikan suatu narasi yang akurat mengenai perpolitikan Skotlandia dan tentunya bersumber dari saksi-saksi mata tepercaya. The Dethe menggambarkan James sebagai orang yang 'lalim', yang bertindak menuruti rasa dendam, dan yang 'serakah . . . than for anny laweful cawse'. Shirley sepaham dengan Bower sehubungan dengan hal-ihwal keluarga Stewart Albany ketika ia menulis tentang bangsawan-bangsawan Albany 'yang kematiannya amat disesali dan diratapi rakyat negeri itu'.[119] Hampir seabad kemudian, dua orang panitera, John Mair dan Hector Boece, menggunakan catatan-catatan peninggalan Bower sebagai sumber utama narasi dalam kronik yang mereka susun. Mereka menggambarkan James sebagai perwujudan dari monarki yang baik. Mair memuji-muji James dengan menulis bahwa '...memang jauh lebih berakhlak melampaui ayah, kakek, dan kakek buyutnya, tidak pula akan saya berikan kehormatan melebihi James kepada siapa pun dari Wangsa Stewart' sementara Boece dalam nada yang sama menyebut James sebagai maist vertuous Prince that evir was afoir his days (penguasa paling berakhlak melebihi para pendahulunya).[120] Pada abad ke-16, para sejarawan mula-mula dari kedua ujung spektrum kerohanian yang berlawanan, George Buchanan dan Uskup John Lesley, sama-sama berpandangan baik mengenai masa pemerintahan James namun terpaksa harus pula mengakui riwayat keagresifan sang raja.[120]
Karya tulis abad ke-20 yang pertama mengenai sejarah James I disusun oleh E.W.M. Balfour-Melville pada 1936. Karya tulis ini melanjutkan tema James selaku penegak hukum dan ketertiban yang tegas, dan dalam pemaparannya tentang proses peradilan dan eksekusi atas Adipati Albany Balfour-Melville menulis bahwa 'Sang Raja telah membuktikan bahwa derajat yang tinggi tidak dapat dijadikan pembelaan atas dakwaan pelanggaran hukum; pemerintah kerajaan diperkaya dengan pendapatan daerah Fife, Menteith, dan Lennox'.[121] Balfour-Melville beranggapan bahwa James adalah seorang pereka undang-undang dan 'tokoh pembaru' penghasil undang-undang yang tidak saja bertujuan meninggikan posisi raja tetapi juga meninggikan posisi parlemen.[122] Michael Lynch memaparkan bahwa citra James yang positif itu tercipta begitu ia mangkat, tatkala Uskup Urbino dengan takzim mengecup luka-luka pada jenazah James dan mempermaklumkan bahwa James adalah seorang martir. Puji-pujian para panitera Skotlandia pro-James dan juga beberapa sejarawan modern menurut 'menemukan sosok raja yang perkasa untuk disanjung-sanjung' seharusnya tidak meredupkan kuasa parlemen untuk membatasi sepak terjang sang raja ataupun mengecilkan konfrontasi yang terjadi antara James dan parlemen yang lebih berwibawa.[123] Stephen Boardman berpandangan bahwa ketika mangkat James telah berhasil menghancurkan pengekangan terhadap pelaksanaan kuasa raja yang berakar pada 'ketetapan kerajaan' dari Robert II.[124] Christine McGladdery berpendapat bahwa pandangan-pandangan yang berbeda mengenai James adalah hasil dari 'persaingan propaganda selepas peristiwa pembunuhan'. Bagi pihak yang bersukacita dengan kemangkatan sang raja, James adalah seorang tiran yang tanpa dasar dengan ganas menyerang kaum bangsawan, menyita secara paksa lahan-lahan dan bangunan-bangunan mereka, dan yang 'gagal memberikan keadilan kepada rakyatnya'. McGladdery juga menyajikan sudut pandang yang berbeda bahwa sang raja dianggap memberikan 'kepemimpinan yang kukuh melawan kesewenang-wenangan para pembesar daerah' dan bahwa peristiwa pembunuhan itu 'adalah suatu malapetaka bagi rakyat Skotlandia, karena selepas peristiwa itu mereka harus hidup dalam kekalutan akibat pertarungan antarfaksi selama bertahun-tahun'. McGladdery meneruskan bahwa James menjadi suri teladan bagi raja-raja wangsa Stewart sesudahnya berkat keberhasilannya menempatkan 'Skotlandia pada posisi yang kukuh di pentas Eropa'.[105] Michael Brown menggambarkan James sebagai seorang 'politikus yang lihai, agresif, dan oportunistis' dengan niat utama membentuk suatu monarki yang berwibawa dan bebas dari konfrontasi-konfrontasi yang merongrong pemerintahan ayahnya.[6] Ia menggambarkan watak James sebagai 'mampu melakukan intervensi-intervensi jangka pendek yang sangat efektif' tetapi gagal mencapai posisi kekuasaan tanpa batas. Brown menulis bahwa James mulai berkuasa sesudah 'lima puluh tahun lamanya raja-raja tampak seperti pembesar-pembesar daerah dan pembesar-pembesar daerah bertingkah seperti raja-raja' serta berhasil mengubah sepenuhnya tampilan luar dan sasaran-sasaran monarki Skotlandia. Kebijakannya membatasi kuasa dan wibawa para pembesar daerah, yang kelak dilanjutkan oleh putranya, James II, berhasil menekan kaum bangsawan sehingga lebih patuh.[125] Alexander Grant menafikan reputasi James sebagai 'pemberi hukum' dan menjelaskan bahwa hampir semua undang-undang yang dihasilkan oleh sang raja hanyalah hasil reka-ulang belaka atas hukum-hukum yang dihasilkan oleh para pendahulunya, serta menyimpulkan bahwasanya 'gagasan bahwa kepulangan James ke Skotlandia pada 1424 menandai titik balik dalam sejarah perkembangan Hukum Skotlandia agaknya terlalu berlebihan'.[126] Ketika James mangkat, satu-satunya wangsa pembesar daerah yang tersisa adalah wangsa Douglas dan, menurut Grant, penurunan jumlah wangsa pembesar daerah ini merupakan perubahan terbesar yang terjadi di kalangan bangsawan Skotlandia dan 'sejauh itu merupakan konsekuensi terpenting dari masa pemerintahan James'.[127] Perkawinan dan keturunanPada 12 Februari 1424 di London, James kawin dengan Joan Beaufort, putri John Beaufort, Earl Somerset pertama dan Margaret Holland. Perkawinan ini membuahkan 8 orang anak:
Silsilah
James I dalam karya fiksiSosok James I telah dijadikan tokoh dalam sandiwara-sandiwara, novel-novel sejarah, dan cerita-cerita pendek, di antaranya adalah:[128]
Keterangan
Referensi
Sumber
Pranala luar
|