James Buchanan
James Buchanan (23 April 1791 – 1 Juni 1868) adalah Presiden Amerika Serikat (1857–1861) yang ke-15.[1] Ia menjabat pada tahun 1857 - 1861.[2] Buchanan berasal dari partai Demokrat dan didampingi oleh wakil presiden John C. Breckinridge.[3] Ia dianggap kontroversial karena mendukung gerakan pro perbudakan di Amerika, yang kemudian memuncak menjadi Perang Saudara Amerika.[4] Pada tahun 1857, kala Buchanan mulai menjabat menjadi Presiden, Amerika Serikat dengan cepat mulai terpecah belah karena masalah perbudakan orang-orang Negro. Untuk menutup perpecahan yang semakin besar itu (yang kemudian pecah menjadi Perang Saudara), Presiden James Buchanan bersandar pada ketetapan Konstitusi, tanpa menyadari bahwa bagian Utara yang anti perbudakan tidak akan menerima keputusan-keputusan konstitusi yang menguntungkan bagian selatan yang pro-perbudakan.[5] Awal KarierJames Buchanan dilahirkan di negara bagian Pensilvania pada 23 April 1791.[1] Orang tuanya termasuk orang yang berada. Buchanan sendiri memiliki bakat sebagai ahli-debat dan mahir dalam bidang hukum. Jenjang kariernya termasuk; lima kali terilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat, menjabat Duta Amerika Serikat di Rusia, menjadi anggota senat selama sepuluh tahun berturut-turut, menjadi menteri luar negeri di bawah Presiden James K. Polk, dan menjadi Duta Amerika untuk Inggris di bawah Presiden Franklin Pierce. Selama ia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, rakyat Amerika menghargainya karena kepandaiannya dalam mengadakan perundingan-perundingan diplomatik, ucapan-ucapannya yang tegas dan moderat di muka umum. Tetapi ia gagal dalam mencapai proyek yang sangat ia inginkan, yaitu menjadikan Kuba masuk dalam wilayah Amerika Serikat dengan jalan pendudukan atau pembelian, suatu rencana yang terus menerus ia usahakan selama ia bergerak dalam bidang politik.[5] Masa KepresidenanSelama pemerintahan Presiden James Buchanan, pertikaian antara bagian Utara dan Selatan mengenai masalah perbudakan terus menerus bertambah rumit. Buchanan tidak memiliki bakat untuk memberikan pimpinan yang kuat padahal masa itu adalah masa yang genting dimana diperlukan tindakan-tindakan yang berani dan tegas guna menyelamatkan negara.[6] Presiden James Buchanan tidak berhasil membendung arus pepecahan negara. Karena sikapnya yang lemah, ragu-ragu, dan kurang tegas, partainya, Partai Demokrat, tidak lagi menaruh kepercayaan padanya, dan pada pemilihan presiden pada 1860, harapannya untuk kembali menjadi calon presiden semakin tipis. Partai Democrat sendiri pecah menjadi sayap utara dan sayap selatan, dan pada konvensi tahun 1860, masing -masing mengajukan calonnya. Karena Partai Demokrat terpecah-belah, calon Partai Republik, yakni Abraham Lincoln menang dalam pemilihan.[7] Selama beberapa bulan menjelang akhir pemerintahannya, saat Amerika Serikat menghadapi masa yang paling berbahaya, Presiden Buchanan ternyata sangat mengecewakan sebagai pemimpin, sikapnya yang lemah, ragu-ragu, dan tidak dapat mengambil keputusan tercermin dari caranya menghadapi masalah-masalah yang sangat penting dengan jalan hukum seperti seorang pengacara. Ia mencemaskan hati orang-orang Selatan, ia tidak sanggup mempertahankan perdamaian, tetapi ia tak bersiap-siap untuk menghadapi perang yang pecah beberapa bulan setelah ia meninggalkan Gedung Putih.[8] Setelah Masa KepresidenanSetelah Abraham Lincoln dilantik menjadi Presiden, James Buchanan kembali ke kampung halamannya di negara Pensilvania, disana ia menulis buku berdasarkan naskah-naskah untuk mempertahankan pemerintahannya. Presiden James Buchanan meninggal dunia pada 1868 dan tidak memiliki keturunan.[9] Ia adalah satu-satunya Presiden Amerika Serikat yang tidak pernah menikah. Ia mengadopsi sepupu perempuannya yang yatim piatu, Harriet Lane, yang selalu mendampinginya saat menghadiri acara acara kenegaraan. Ada kecurigaan di antara sejarahwan bahwa ia seorang homoseksual, tetapi hal ini masih terus diperdebatkan hingga sekarang. Referensi
Lihat pulaWikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: James Buchanan.
|