He Xiangning (Hanzi: 何香凝; Wade–Giles: Ho Hsiang-ning; 27 Juni 1878 – 1 September 1972) adalah seorang revolusioner, feminis, pelukis, dan penyair Tiongkok.[1] Bersama dengan suaminya Liao Zhongkai, ia menjadi salah satu anggota terawal dari gerakan revolusioner Sun Yat-senTongmenghui. Sebagai Menteri Urusan Perempuan dalam pemerintahan Nasionalis Sun di Guangzhou (Kanton), ia memperjuangkan kesetaraan hak asasi wanita dan mengadakan pawai pertama di China untuk Hari Wanita Internasional pada 1924. Setelah pembunuhan suaminya pada 1925 dan Chiang Kai-shekpenganiayaan kaum Komunis pada 1927, ia cuti dari politik partai selama dua tahun, namun aktif bekerja untuk menyelenggarakan pemberontakan melawan invasi Jepang ke China.
He Xiangning merupakan seorang pelukis terkenal dari Sekolah seni rupa Tionghoa Lingnan dan menjabat sebagai Ketua Ikatan Artis Tiongkok pada 1960an. Museum Seni Rupa He Xiangning Nasional dibuka di Shenzhen pada 1997, dan lukisan-lukisannya muncul pada perangko-perangko Tiongkok.
Kehidupan awal
Pada 27 Juni 1878,[2] He Xiangning lahir dengan nama He Jian (何諫, juga He Ruijian 何瑞諫), dalam sebuah keluarga kaya di Hong Kong. Ayahnya, He Binghuan (何炳桓), berasal dari Nanhai, Provinsi Guangdong, memulai bisnis perdagangan teh yang sukses dan berinvestasi dalam real estate.[1][3] Ia dibujuk oleh ayahnya untuk dididik bersama dengan saudara-saudaranya, dan menjadi pelajar dilijen dari usia muda.[1]
Menjadi seorang feminis sejak masih muda,[4] He Xiangning menolak ajakan ayahnya untuk mengikatkan kaki sesuai kebiasaan Tionghoa tradisional. Karena "kaki besar"nya, pada Oktober 1897, ia dilamar untuk menikahi Liao Zhongkai, seorang Tionghoa kelahiran Amerika yang tidak ingin memiliki seorang istri dengan kaki yang diikat.[1] Meskipun menikah, He dan Liao pada umumnya berbagi kecintaan untuk pengetahuan dan seni rupa, dan perasaan untuk keselamatan China.[1] Ia secara finansial mendukung keputusan suaminya untuk belajar di Jepang, menggunakan modal pribadinya dan menjual perhiasaannya untuk mendapatkan 3,000 dolar perak. Liao datang ke Jepang pada November 1902, dan ia menyusulnya dua bulan kemudian. Ia belajar di sekolah persiapan untuk Sekolah Normal Wanita Tokyo.[1]
Revolusi
Saat di Tokyo, He dan Liao bertemu revolusioner Tiongkok Sun Yat-sen pada 1903. Mereka menjadi dua anggota terawal gerakan revoluioner anti-Qing Sun Tongmenghui, dan Huang Xing mengajarkan merekan untuk menggunakan senapan dalam persiapan revolusi tersebut. Ia meminjam sebuah rumah sebagai sebuah front untuk operasi rahasia Tongmenghui.[1]
Setelah kembali ke Hong Kong untuk melahirkan putrinya Liao Mengxing, ia meninggalkan putrinya dengan keluarganya, dan kembali ke Tokyo. Ia belajar melukis di Sekolah Seni Rupa Wanita Tokyo[3] dengan artis kekaisaran Tanaka (田中賴章), dan membantu karya propaganda Tongmenghui, termasuk merancang dan menjahit bendera dan lambang. Pada 1908, ia melahirkan putranya Liao Chengzhi.[1]
Ia dan Liao Zhongkai kembali ke Hong Kong pada 1911,[1] tahunnya Revolusi Xinhai. Ia bertemu dengan Soong Ching-ling, yang kelak menjadi istri Sun Yat-sen, pada 1913. Mereka mengikuti kepemimpinan Sun dalam memberontak melawan Jenderal Yuan Shikai yang mengkhianati revolusi tersebut, namun terpaksa kembali ke Jepang untuk mengasingkan diri pada 1914.[1][3]
Keluarga
He Xiangning dan Liao Zhongkai memiliki dua anak. Putri mereka, Liao Mengxing, merupakan seorang penerjemah terkenal yang dapat berbahasa Jepang, Inggris dan Prancis. Putra mereka, Liao Chengzhi, menjabat sebagai anggota Politburo, Wakil Ketua Kongres Rakyat Nasional, dan dirancang untuk menjadi Wakil Presiden China sebelum kematian mendadaknya pada 1983. Putri Liao Chengzhi, Liao Hui, merupakan Direktur Kantor Urusan Hong Kong dan Makau dan Wakil Ketua KKPRT.[2]
^ ab"廖承志和他的母亲何香凝" (dalam bahasa Tionghoa). Kongres Rakyat Nasional China. September 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-05. Diakses tanggal 2016-03-08.Parameter |trans_title= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)