Dinasti ini dapat ditelusuri keturunannya dari dinasti ke-24. Psamtik I diyakini adalah keturunan dari Bakenrenef, dan setelah penyerangan tentara Asyur pada zaman pemerintahan Taharqa dan Tantamani, ia diakui sebagai raja tunggal atas seluruh Mesir. Ketika kekaisaran Asyur disibukkan dengan perang saudara dan revolusi terhadap tahta kerajaan, Psamtik memutuskan hubungan dengan orang Asyur dan mengikat hubungan dengan Gyges, raja Lydia, serta menyewa tentara bayaran dari Caria dan Yunani untuk menahan serangan Asyur.[butuh rujukan]
Dengan jatuhnya kota Niniwe pada tahun 612 SM serta hancurnya kekaisaran Asyur, Psamtik dan para penerusnya berupaya mengembalikan kekuasaan Mesir di Timur Dekat, tetapi dipukul mundur oleh tentara Babel di bawah pimpinan Nebukadnezar II. Dengan bantuan tentara bayaran Yunani, Hofra dapat menahan upaya Babel untuk menguasai Mesir. Namun akhirnya orang Persia berhasil menguasai Mesir, dan raja Persia, Cambyses II, menawan Psamtik III serta membawanya dalam keadaan dirantai ke kota Susa.[butuh rujukan]
Penguasa
Manetho, sejarawan Mesir kuno, memulai dinasti ini dengan:
Ammeris the Nubian, 12 (atau 18) tahun
Stephinates, 7 tahun
Nechepsos, 6 tahun
Necho, 8 tahun.
Ketika raja Nubia, Shabaka, mengalahkan Bakenrenef, putra Tefnakht, rupanya ia mengangkat seorang panglima Nubia sebagai gubernur di kota Sais. Orang ini diyakini bernama Ammeris. Stephinates kemungkinan adalah keturunan Bakenrenef. Dalam catatan sejarah, ia sering kali disebut sebagai Tefnakht II. Nechepsos telah diidentifikasi dengan seorang raja setempat bernama Nekauba (678–672 SM). Raja Necho dalam catatan Manetho adalah Nekho I (Necho I) (672–664 SM), di mana Manetho mencatatnya memerintah selama 8 tahun.[2] Necho terbunuh dalam suatu pertempuran melawan raja Nubia, Tanutamun. Psamtik I lari ke Niniwe – ibu kota kekaisaran Asyur – dan kembali ke Mesir ketika Asyurbanipal mengalahkan Tanutamun serta memukulnya mundur ke selatan.[1] Para sarjana modern memulai dinasti ke-26 dengan pemerintahan Psamtik I.[1][2]
Herodotus menulis bahwa ketika Cambyses II menyerang Mesir dan menyadari tidak bisa menghukum Amasis hidup-hidup, maka ia menyuruh membongkar kubur Amasis, menajiskan mayatnya dan membakarnya habis.
Sextus Julius Africanus menyatakan dalam versi salinannya yang dianggap akurat atas karya Manetho, Epitome, bahwa dinasti ke-26 terdiri dari 9 firaun, dimulai dari "Stephinates" (Tefnakht II) dan bearkhir dengan Psamtik III. Africanus juga mencatat bahwa Psamtik I dan Nekho I masing-masing memerintah 54 dan 8 tahun.