Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Sextus Julius Africanus

Sextus Julius Africanus (~160 – ~240) adalah seorang pengelana dan sejarawan Kristen Romawi yang hidup pada akhir abad ke-2 dan awal abad ke-3 M. Ia memberi pengaruh penting pada Eusebius, pada semua penulis sejarah gereja di antara para Bapa gereja dan pada seluruh kelompok penulis tawarikh Yunani.

Biografi

Suidas menyatakan bahwa Julius adalah seorang "filsuf Libya", sementara Gelzer menganggapnya keturunan Romawi.[1] Julius menyebut dirinya penduduk asli Yerusalem – yang menurut sejumlah sarjana merupakan tempat kelahirannya[2] – dan hidup di kota di dekatnya, Emmaus. Tawarikhnya mengindikasikan pengenalannya akan topografi Palestina kuno.[3]

Hanya sediit mengenai hidupnya yang diketahui pasti, termasuk tarikhnya. Satu tradisi menempatkannya pada masa pemerintahan Kaisar Gordianus III (238–244), yang lain pada masa Severus Alexander (222–235). Tampaknya ia mengenal Abgar VIII, Raja Kristen dari Edessa (176–213).

Julius mungkin bertugas di bawah Septimius Severus melawan orang Osrhoenia pada tahun 195. Ia pergi kepada suatu kedutaan kaisar Severus Alexander meminta restorasi Emmaus, yang telah hancur. Misinya berhasil, dan Emmaus kemudian dikenal sebagai Nicopolis.

Julius berkelana ke Yunani dan Roma serta ke Aleksandria untuk belajar, tertarik dengan ketenaran sekolah kateketikalnya, kemungkinan sekitar tahun 215.[4] Ia mengenal bahasa Yunani (yaitu yang dipakainya untuk menulis), Latin, dan Ibrani. Suatu waktu dalam hidupnya ia pernah menjadi tentara dan pernah menjadi orang yang bukan Kristen, tetapi ia menulis semua karyanya setelah menjadi orang Kristen.

Apakah Julius Africanus seorang pendeta atau awam masih diperdebatkan. Tillemont berargumen dari sebutan Julius kepada pastor Origen sebagai "saudara terkasih" bahwa Julius tentunya juga seorang pendeta[5] tetapi Gelzer menunjukkan bahwa argumen semacam itu tidak konklusif.[6] Pernyataan-pernyataan yang menyebutnya sebagai seorang uskup tampaknya hanya muncul pada abad ke-4.

Karya

Julius menulis sejarah dunia (Chronographiai, dalam lima buku) dari Penciptaan sampai tahun 221 M, menurut perhitungannya, meliputi 5723 tahun. Ia menghitung periode antara Penciptaan dan Yesus mencakup 5500 tahun, menempatkan Inkarnasi pada hari pertama AM 5501 (pada kalender modern 25 Maret 1 SM), menurut Venance Grumel, La Chronologie (1958). Metode perhitungan ini mendorong beberapa era Penciptaan digunakan pada tulisan-tulisan Yunani di Laut Tengah bagian timur, yang semuanya menempatkan Penciptaan dalam satu dekade sekitar tahun 5500 SM.

Karya sejarah itu, yang mempunyai tujuan apogetika, tidak ditemukan lagi, tetapi banyak salinan dari tulisan ini muncul dalam Chronicon karya Eusebius, yang menggunakan secara ekstensif dalam mengkompilasi daftar episkopal awal. Ada pula fragmen-fragmen yang didapati pada tulisan George Syncellus, Cedrenus dan Chronicon Paschale. Eusebius mengutip sejumlah bagian dari suratnya kepada seorang bernama Aristides,[7] merekonsiliasi apa yang tampaknya diskrepansi antara Injil Matius dan Injil Lukas mengenai Silsilah Yesus Kristus dengan suatu rujukan kepada hukum perkawinan levirat Yahudi, yang mengharuskan seseorang untuk menikahi janda abangnya yang meninggal, jika pasangan itu belum mempunyai keturunan. Suratnya yang tegas dan keras kepada Origen mempertanyakan otoritas bagian Kitab Daniel yang bercerita tentang Susana, dan jawaban Origen yang bertele-tele dan tidak kritis, keduanya masih ada.[8]

Africanus diragukan sebagai penulis suatu karya ensiklopedia berjudul Kestoi (Κέστος, "bersulam", "embroidered"), mengurus hal-hal yang berkaitan dengan pertanian, sejarah alam, sains militer, dan sebagainya, karena isinya lebih bersifat sekuler dan sering terlalu mudah percaya. August Neander berpendapat bahwa karya ini ditulis oleh Africanus sebelum ia memusatkan perhatian pada topik agamawi. Suatu fragmen Kestoi diketemukan di antara naskah-naskah papirus Oxyrhynchus.[9] Menurut New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge, Kestoi "tampaknya dimaksudkan sebagai semacam ensiklopedia sains material dengan cabang-cabang matematika dan teknik kognitis, tetapi memuat bagian besar hal-hal yang sekadar untuk ingin tahu, remeh atau ajaib, yang membuat Julius sebagai pengarang dipertanyakan. Di antara bagian-bagian yang dipublikasikan adalah bagian-bagian mengenai pertanian, liturgi, taktik dan kedokteran (termasuk praktik kedokteran hewan)."

Eksegesis Nubuatan

Hanya bagian-bagian tulisannya yang terlestarikan, yang menarik dan berguna sebagai data awal. Mengenai nubuat dalam Daniel 8, ia merujuk kepada penafsiran baku "domba jantan" dan "kambing jantan" masing-masing sebagai lambang Kerajaan Persia dan Yunani. Kemudian ia menafsirkan 2300 hari sebagai perlambang 2300 bulan atau 185 tahun, yang diterapkannya pada masa sejak direbutnya Yerusalem oleh raja Nebukadnezar sampai tahun ke-20 pemerintahan raja Artahsasta. Tampaknya ia sendirian dalam penafsiran ini.

Africanus memulai masa tujuh puluh minggu dalam Daniel 9 pada tahun ke-20 pemerintahan raja Artahsasta, yaitu pada masa diselenggarakannya Olympiad 83, tahun 4, (444 SM) dan berakhir pada masa Olympiad 202, tahun 2 (31 M) dengan keseluruhan 475 tahun solar inklusif. Ia menyetarakan 475 tahun solar dengan 490 tahun lunar tanpa koreksi.[10]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Gelzer 1898, hlm. 4f.
  2. ^ Martin Wallraff (ed.), Iulius Africanus: Chronographiae. The Extant Fragments, reviewed by Hagith Sivan (Bryn Mawr Classical Review)
  3. ^ Gelzer 1898, hlm. 10.
  4. ^ Gelzer 1898, hlm. 11.
  5. ^ Louis-Sébastien Le Nain de Tillemont, Mémoires pour servir à l'histoire ecclésiastique, III, Paris, 1693, 254
  6. ^ Gelzer 1898, hlm. 9.
  7. ^ Chisholm 1911 cites: Hist. Ecc. i. 7; vi. 31
  8. ^ Chisholm 1911.
  9. ^ Chisholm 1911 cites: Grenfell and Hunt, iii. 36 ff.
  10. ^ Froom 1950, hlm. 279-281.

Pustaka

Atribusi
Kembali kehalaman sebelumnya