Cilongok (Sunda: ᮎᮤᮜᮧᮍᮧᮊ᮪) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan Cilongok hanya berjarak 14 Km dari pusat Kabupaten Banyumas. Luas wilayah Kecamatan Cilongok yakni 105,34 km² atau mengisi 7,93% dari total wilayah Kabupaten Banyumas. Jumlah penduduknya pada 2023 tercatat mencapai 131.829 Jiwa terdiri dari 66.895 Laki-laki dan 64.934 Jiwa dengan rasio jenis kelamin 101,55. Hal tersebut membuat Kecamatan Cilongok menempati urutan teratas dengan jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Banyumas. Pusat pemerintahhnya berada di Cilongok.
Batas-batas Wilayah
Secara geografis Kecamatan Cilongok mempunyai batas-batas sebagai berikut:
Nama Kecamatan Cilongok diambil dari salah satu desa dalam kecamatan ini yaitu Desa Cilongok. Pada masa sebelum kemerdekaan sampai dengan tahun 1950an, Desa Cilongok merupakan pusat pemerintahan Kecamatan Cilongok, Kemudian pemerintahan berpindah ke tempat yang di tempati sekarang yaitu sekitar 500 m dari kantor lama di Desa Cilongok tepatnya di Desa Pernasidi RT 03 RT 03 yang berbatasan dengan Desa Cilongok.
Asal usul
Dari sejumlah sumber ada beberapa pendapat tentang asal-usul nama Cilongok. Pertama, menurut Bapak Siyam selaku Kepala Dusun Desa Cilongok yang menceritakan bahwa dahulu kala ada seorang kakek yang bernama kaki Cilongok. Kedua, menurut sesepuh Desa Cilongok yang menceritakan bahwa menurut legenda yang ada dimasyarakat Cilongok berasal dari kata Ci yang artinya air dan Longok yang artinya muncul. Jadi Cilongok itu bermakna mata air yang muncul dari tanah. Dari beberapa sumber juga diperoleh keterangan bahwa Cilongok merupakan perbatasan sebelah timur kerajaan Pajajaran. Dikarenakan tidak adanya penjaga perbatasan sebelah timur kerajaan, maka sang raja membuat sayembara “Barang siapa yang paling kuat maka dia yang akan menjadi penjaga perbatasan”.
Terdengarlah sayembara tersebut oleh tiga bersaudara yaitu Ki Suramerta, Ki Candrageni, dan Ki Jambe Wangi. Ki Suramerta dan Ki Candrageni sangat berambisi untuk memenangkan sayembara tersebut, sedangkan Ki Jambe Wangi tidak terlalu berambisi. Pertarungan antar ketiganya pun tidak bisa terelakan lagi. Mereka bertarung bertarung dibawah makam Ki Suramerta (sekarang). Disana terjadi ledakan hebat membentuk kedung yang mengeluarkan air. Masyarakat yang terkejut dengan ledakan tersebut menengok ke sumber ledakan. Kemudian tempat tersebut dinamakan Cilongok. Kata Cilongok terdiri dari dua kata, yaitu kata Ci dan Longok. Ci berasal dari bahasa Sunda yang berarti air, sedangkan Longok berasal dari bahasa Sunda atau bahasa Jawa yang berarti menengok. Akhirnya sayembara tersebut dimenangkan oleh Ki Jambe Wangi yang kemudian dijuluki Ki Cilongok, sesuai dengan tempat pertarungan tersebut.
Beberapa sekolah menengah negeri dan swasta yang ada di Kecamatan Cilongok adalah sebagai berikut:
SMK Ma'arif NU Cilongok
MA Ma'arif NU Cilongok
MA Darussalam Cilongok
SMA Muhammadiyah Boarding School Zam-zam Cilongok
SMPN 1 Cilongok
SMPN 2 Cilongok
SMP Ma'arif NU Cilongok
SMP PGRI 1 Cilongok
SMP PGRI 2 Cilongok
SMP Alam Al-Aqwiya Cilongok
SMP Muhammadiyah Cilongok
SMP Ma'had Darussaadah Cilongok
MTs Ma'arif 1 NU Cilongok
MTs Ma'arif 2 NU Cilongok
MTs Darusalam Cilongok
MTs Ma'arif Biroyatul Huda Cilongok
MTs Ma'arif NU 3 Cilongok
MTs Annajah Cilongok
Potensi
1.Gula Kelapa
Produksi gula kelapa banyak terdapat di Kecamatan Cilongok. Sebagian besar mata pencaharian warga Kecamatan Cilongok adalah penderes kelapa dengan kemampuan produksi sebesar 27.942 ton gula per tahun. Dengan teknik pengolahan dan teknologi sederhana warisan turun-temurun nenek moyang menjadikan gula merah hasil produksi Kecamatan Cilongok ini memiliki ciri khas dan kualitas produk yang tinggi. Dalam skala yang lebih kecil, produksi gula kelapa juga terdapat di 22 kecamatan lain di Kabupaten Banyumas. Kapasitas produksi keseluruhan di Kabupaten Banyumas mencapai 58.754 ton per tahun, dengan jumlah unit usaha 30.207, tersebar di 23 kecamatan. Dengan bentuk cetak alumunium (50 gram) dan gula kristal/semut, gula kelapa produksi Banyumas khususnya dari Kecamatan Kebasen telah diekspor ke berbagai negara: Singapura (lewat Cirebon), Arab Saudi (lewat Surabaya), Amerika Serikat (lewat jakarta), Belanda (lewat Bandung) dan Korea (lewat Bandung). Volume ekspor mencapai 40-45 ton per tahun.[2]
2. Curug Cipendok
Kecamatan Cilongok bagian utara yang berada dilereng selatan Gunung Slamet membuat wilayahnya kaya akan potensi wisata alam berupa air terjun atau Curug. Salah satu air terjun yang sudah terkenal di penjuru nusantara adalah Curug Cipendok di Desa KarangTengah. Curug Cipendok adalah air terjun dengan ketinggian 92 meter yang terletak di lereng Gunung Slamet. Curug Cipendok mempunyai daya tarik tersendiri, karena lingkungan masih betul-betul alami. Kesunyian juga masih sangat terasa, sebab belum banyak pelancong yang datang menikmati keindahan alamnya. Hawa di sekitarnya sejuk dan sepanjang jalan menuju ke sana terdapat area perkebunan. Di sekitar wilayahnya terdapat bumi perkemahan dan sebuah telaga yang bernama Telaga Pucung. Tersedia tempat parkir, tempat istirahat, arena bermain anak-anak seperti ayunan dan kamar mandi. Dilokasi curug ini terdapat menara pandang yang dapat melihat pemandangan kota Purwokerto apabila cuaca sedang cerah. Juga sepanjang jalan menuju lokasi, banyak warung yang menjajakan mendoan, susu murni dan makanan kecil.
3. Gua Lawa
Potensi wisata yang belum digarap adalah Gua Lawa di Desa Panusupan. Untuk mencapai lokasi Gua Lawa bisa diakses menggunakan sepeda motor dan mobil. Medan yang dilalui untuk mencapai goa yang berada di RT 06 RW 06 itu juga tak sulit. Gua itu diperkirakan memiliki kedalaman lorong sekitar 15 meter dari arah pintu batu di sebelah Timur, dan sekitar 15 meter dari pintu sebelah barat. Gua masih tampak alami karena berhias bebatuan cadas yang bergaris. Berdasarkan cerita turun temurun dari warga sekitar menyebutkan kalau gua tersebut berkaitan dengan Babad Kamandaka. Diyakini oleh warga, gua itu memiliki panjang yang luar biasa sampai menembus ke desa lain yang berada di sekitar gua. Kawasan Gua Lawa bersih dan terang. Masyarakat masih menguri-nguri dengan membersihkan dedaunan maupun sampah yang ada di dalam maupun di sekitar gua.[3]
4. Tahu dan Kerupuk Tahu Kalisari
Desa Kalisari di Kecamatan Cilongok sudah lama dikenal sebagai penghasil tahu. Banyak warganya yang berwirausaha memproduksi makanan khas Indonesia ini. Sebagai desa sentra industri rumahan tahu, Desa Kalisari mempunyai sekitar tiga ratusan perajin tahu. Dalam waktu sehari sedikitnya 8 ton kedelai diolah oleh para perajin tahu desa setempat. Tahu telah menjadi bagian dari kehidupan dan penghidupan warga desa setempat sejak dulu. Pemasaran tahu Desa Kalisari mencapai seluruh wilayah Kabupaten Banyumas bahkan sampaike Kabupaten Brebes bagian selatan. Belum lama ini warga Desa Kalisari memanfaatkan limbah tahu menjadi olahan camilan renyah yaitu Kerupuk Ampas Tahu atau yang memiliki nama Okara.
Dengan Latar belakang nya Gunung Slamet
Keindahan
Serta kenyamanan Alam dengan hamparan Alam nya di utara Cilongok dengan Pegunungan serta kelihatan sinar matahari terbit.menjadi daya tarik Wisatawan yang berkunjung tempat ini menjadikan obyek wisata di Kabupaten banyumas dan sekitarnya berasal dari kata Kum bahasa jawa Kungkum artinya direndam akarnya terendam Lumpur dan air dan Pepe yang artinya dijemur seperti jemur daun nya warna coklat kering itu wisatawan
Di hari akhir pekan atau pun liburan sekolah banyak datang kesini meskipun Belum ada rambu penujuk Jalan kesini kebanyakan pake Gmaps
^Pawenang, Panggih (September 2022). Kecamatan Cilongok dalam Angka 2022. Banyumas: BPS Kabupaten Banyumas. hlm. 5.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)