Setelah Pompeyus dikalahkan oleh Yulius Kaisar, Antipatros ikut serta dalam upaya penyelamatan Yulius Kaisar yang terkepung di Aleksandria, sehingga diangkat menjadi kepala pemerintahan Yudea dengan hak memungut pajak. Di kemudian hari, Antipatros berhasil mengangkat derajat putra-putranya menjadi kepala-kepala daerah di kawasan Syam. Faselos menjadi Wali Kota Yerusalem, dan Herodes menjadi Wali Negeri Galilea. Setelah Yulius Kaisar tewas terbunuh, Antipatros terpaksa berpihak pada Gayus Kasius Lonjinus yang berseberangan dengan Markus Antonius. Politik Antipatros yang pro-Romawi membuatnya kian lama kian dibenci umat Yahudi dari kalangan yang taat beragama dan tidak dipengaruhi budaya Yunani. Ia tewas akibat termakan racun.
Kepandaian berdiplomasi, kecerdikan berpolitik, dan keberhasilan Antipatros meniti karier di lingkungan istana wangsa Hasmonayim, melapangkan jalan bagi putranya, Herodes Agung, untuk menikahi putri wangsa Hasmonayim yang bernama Miriam, mendekatkan diri pada Roma, dan menjadi Raja Yudea di bawah bayang-bayang Romawi.
Latar belakang
Meskipun para sejarawan beranggapan bahwa kaum keluarga Antipatros beralih keyakinan menjadi pemeluk agama Yahudi pada abad ke-2 SM, ada berbagai macam kisah lain yang beredar di tengah masyarakat menjelang kenaikan putranya ke tampuk kekuasaan.[3] Kisah-kisah ini menunjukkan adanya ketegangan di antara orang Yahudi dan orang Edom kala itu. Nikolaos dari Damaskus, sejarawan istana Herodes, mencatat bahwa para leluhur Herodes adalah orang-orang besar di Yerusalem yang dahulu kala menjadi tawanan Raja Nebukadnezar dan hidup dalam pembuangan di Babel pada abad ke-6 SM.[4]
Catatan semacam ini mendatangkan dua manfaat bagi Herodes. Manakala diizinkan Raja Koresy untuk meninggalkan Babel dan pulang ke Yudea, agaknya ada sebagian umat Yahudi yang memilih untuk tinggal di daerah lain, sehingga catatan ini dapat dijadikan dalih untuk menutupi kenyataan bahwa silsilah Herodes tidak termaktub dalam catatan terperinci mengenai keluarga-keluarga Yahudi yang pulang dari pembuangan.[5] Pernyataan diri sebagai keturunan orang-orang Yahudi dari zaman pembuangan Babel, menumbuhkan rasa percaya masyarakat terhadap seorang antek Romawi yang sudah dipengaruhi budaya Yunani semacam Herodes selaku raja atas orang Yahudi, karena ia sangat dipandang hina oleh masyarakat Yahudi.[6] Dalam ulasannya mengenai catatan ini, Flavius Yosefus mencela penulisnya dengan pernyataan bahwa "Nikolaos menuliskannya demi menyenangkan hati Herodes, dan dengan demikian telah mengorbankan kebenaran.[7]
Flavius Yosefus justru mengemukakan bahwa kaum keluarga Antipatros baru menjadi pemeluk agama Yahudi sewaktu berlangsungnya pemaksaan agama Yahudi oleh Yohanan Hurqanos I, penguasa dari wangsa Hasmonayim yang dipengaruhi ajaran mazhab Saduki. Yohanan Hurqanos mewajibkan orang-orang Edom yang masih sayang pada tanah milik mereka untuk disunat dan mengamalkan adat-istiadat Yahudi.[8] Flavius Yosefus mengakui bahwa Herodes memang "sudah Yahudi sejak lahir" dan Antipatros memang "berasal dari kaum yang sama" dengan orang Yahudi.[9][10] Meskipun demikian, kaum keluarga Antipatros pada akhirnya dibenci oleh banyak orang Yahudi yang memandang mereka sebagai orang-orang keturunan Edom. Pandangan inilah yang dimanfaatkan oleh kaum kerabat wangsa Hasmonayim beserta para pendukungnya untuk menyerang wangsa Herodes. Itulah sebabnya ketika berdebat melawan Herodes, Antigonos dari wangsa Hasmonayim menyebut Herodes "tidak lebih dari seorang yang tertutup, dan orang Edom, yakni peranakan Yahudi" dengan maksud untuk merendahkan martabatnya di mata orang Romawi sebagai pribadi yang tidak layak menjadi raja orang Yahudi, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Flavius Yosefus.[6]
Antipatros menikahi seorang bangsawati Arab Nebayot yang bernama Kipros, sehingga membuat dirinya disukai orang Arab Nebayot.[11] Pernikahan ini juga membantu mengakrabkan Antipatros dengan Raja Aretas III, yang disebut Flavius Yosefus sebagai "Aretas orang Arab", kerabat Kipros. Sedemikian karibnya kedua orang ini berkawan sampai-sampai Antipatros mempercayakan keselamatan anak-anaknya pada Aretas ketika hendak maju berperang melawan Aristoboulos II, Raja Yudea dari wangsa Hasmonayim. Antipatros dan Kipros menurunkan empat orang putra, yakni Fasael, Herodes, Yusuf, dan Feroas, serta seorang putri yang diberi nama Salome, salah seorang di antara sekian banyak putri wangsa Herodes yang bernama Salome.[12] Antipatros juga memiliki seorang saudara, Falion, yang gugur dalam pertempuran melawan Aristoboulos II di Papiron.[13]
Antipatros menjadi Wali Negeri Edom di bawah pemerintahan Raja Aleksandros Yanai dan Ratu Salome Aleksandra, ayah dan ibu dari Yohanan Hurqanos II dan Aristoboulos II.[1] Flavius Yosefus meriwayatkan bahwa Antipatros adalah orang yang sangat berkuasa di antara orang-orang Edom, kaya raya, dan berasal dari keluarga terpandang.[14] Ditilik dari berbagai macam bantuan yang disumbangkan Antipater kepada Yohanan Hurqanos II, abang Aristoboulos II, maupun kepada bangsa Romawi, sudah jelas Antipatros memiliki kekayaan yang besar, serta kecakapan yang tinggi di bidang politik dan kemiliteran.[15]
Di lingkungan istana Hasmonayim
Herodes mampu meraih tampuk pemerintahan Yudea berkat landasan yang telah dibangun oleh Antipatros melalui tindakan-tindakannya di lingkungan istana wangsa Hasmonayim, para penerus kaum Makabe, yang turun-temurun menjadi pemimpin bangsa Yahudi dengan menjalin hubungan akrab dengan Romawi, bangsa yang kian lama kian melibatkan diri dan mendominasi percaturan politik di kawasan Syam kala itu.
Tak lama sesudah naik takhta menggantikan ibunya selaku penguasa Yudea dan menjadi imam besar agama Yahudi, Yohanan Hurqanos II diserang oleh adiknya dan akhirnya menyerah. Yohanan Hurqanos II bersedia untuk undur diri dari kedudukan selaku pemuka masyarakat.[16] Antipatros, yang agaknya telah menggantikan ayahnya menjadi Wali Negeri Edom, tentu saja khawatir akan dicopot dari jabatannya oleh Raja Aristoboulos II.[1]
Antipatros dikenal sebagai seorang penghasut dan pengacau. Ia memanfaatkan ketidaktegasan Yohanan Hurqanos II untuk mewujudkan ambisinya sendiri.[17] Sesudah Yohanan Hurqanos II turun takhta, Antipatros menghasutnya untuk berjuang merebut kembali jabatannya yang sah melawan adiknya sendiri. Antipatros bahkan mampu meyakinkan Yohanan Hurqanos yang tidak menaruh curiga dan terombang-ambing pendiriannya itu bahwa adiknya berniat menghabisinya.[18] Antipatros mengatur agar Yohanan Hurqanos II berlindung pada pemimpin orang Arab Nebayot, Raja Aretas III, di Petra. Mereka bersama-sama menyerang Aristoboulos II di Yerusalem, sehingga menimbulkan kericuhan besar yang mengusik perhatian Pompeyus, magistratus Republik Romawi atas provinsi di sebelah timur Laut Tengah.[19]
Mula-mula Pompeyus maupun wakilnya, Markus Emilius Skaurus, berpihak pada Aristoboulos II ketika ia dan abangnya mengajukan perkara perselisihan mereka kepada pemerintah Romawi, namun setelah tiga kali menangani perkara perselisihan mereka, Pompeyus memerintahkan keduanya untuk bersabar menunggu keputusan pemerintah Romawi. Aristoboulos II tidak dapat menahan diri dan mengambil langkah-langkah politik sepihak yang membuat Pompeyus berang dan akhirnya mengangkat Yohanan Hurqanos II menjadi EtnarkesYudea.[20]
Yohanan Hurqanos II terbukti tidak cakap mengepalai pemerintahan, apalagi mengumpulkan pajak. Antipatros berhasil menempatkan diri pada posisi yang sangat berpengaruh, dan menjadi penyelenggara pemerintahan yang sesungguhnya merupakan kewenangan Yohanan Hurqanos II selaku imam besar.[21] Antipatros sadar betul bahwa bangsa Romawi semakin lama semakin berkuasa di Kawasan Syam, dan dengan cerdik memanfaatkannya demi kepentingan pribadinya. Karena setia pada Roma dan dinilinai sebagai seorang negarawan yang dapat diandalkan, ia diberi kewenangan atas Yudea dengan berbagai tanggung jawab dan hak-hak istimewa, termasuk menangani gangguan keamanan dan ketertiban sipil serta urusan pengumpulan pajak.[22]
Menjadi Prokurator Romawi dan bagi-bagi jabatan kepada anak
Dengan kembalinya Yohanan Hurqanos II ke tampuk pemerintahan Yudea, Antipatros menjadi lebih leluasa membangun landasan yang kokoh bagi keluarganya untuk menggapai masa depan yang cerah dengan kepandaiannya membawa diri di tengah-tengah konflik sesetiaan dan pasang surut kekuasaan para petinggi Romawi. Setelah Pompeyus tewas di Mesir dalam usahanya melawanYulius Kaisar, Antipatros menyeberang ke kubu pemenang pada tahun 47 SM, bahkan mampu mengambil hati Yulius Kaisar. Ketika Yulius Kaisar terperangkap dalam istana yang terkepung di Aleksandria, Antipatros datang menyelamatkannya dengan membawa tiga ratus orang prajurit dan bala bantuan dari sejumlah penguasa negara jiran yang menjadi sahabatnya. Karena telah "menunjukkan kegagahberanian", Antipatros dianugerahi kewarganegaraan Romawi oleh Yulius Kaisar, yang juga membebaskannya dari kewajiban membayar pajak, menghujaninya dengan berbagai penghormatan, dan berulang kali menyebutnya sebagai sahabat.[23]
Ketika di kemudian hari diperkarakan oleh putra Aristoboulos II, Antigonos, yang pulang dari penahanan di Roma untuk menuntut diakui sebagai raja Yudea, Antipatros memamerkan bekas-bekas luka pada tubuhnya yang ia dapatkan ketika bertempur di Mesir demi menyelamatkan nyawa Yulius Kaisar. Antipatros membela diri dengan meriwayatkan tindakan-tindakan kepahlawanannya, bukti kesetiaan yang tak tergoyahkan pada bangsa Romawi.[24] Langkahnya ini membuat Yulius Kaisar mengangkatnya menjadi Prokurator Romawi yang pertama atas Yudea.[25] Sebagai warga daerah kekuasaan Prokurator Romawi, orang-orang Yahudi mendapatkan perlindungan khusus dan perlakuan baik dari Roma.[26] Flafius Yosefus meriwayatkan bahwa dengan hak serta kehormatan barunya, Antipatros segera memulai usaha pemugaran tembok kota Yerusalem yang dulu diluluhlantakkan Pompeyus ketika hendak menundukkan Aristoboulos.[27] Ia menegakkan ketertiban dengan cara memberantas gangguan keamanan di Yudea dan mengancam akan menjadi "majikan yang kejam alih-alih wali negeri yang budiman" jika masyarakat berani mendurhaka dan tidak mau ditertibkan. Gejolak di Yudea akhirnya teduh untuk sementara waktu.[28]
Pada waktu inilah Antipatros mengambil langkah penting yang menentukan perjalanan nasib anak cucunya, yakni mengangkat putra-putranya menjadi wali negeri. Fasael dijadikan Wali Negeri Yerusalem, dan Herodes dijadikan Wali Negeri Galilea, daerah di sebelah utara Samaria yang diapit oleh Danau Galilea dan Laut Tengah. Herodes dengan segera mengamankan Galilea dari rongrongan orang-orang yang dijuluki sejarawan istananya dengan sebutan "para penyamun", meskipun mungkin saja mereka adalah orang-orang yang berjuang melawan penjajahan Romawi. Sepak terjang Herodes akhirnya memunculkan berbagai macam gugatan terhadap dirinya dari dewan Sanhedrin.[21]
Pembunuhan dan tinggalan sejarah
Sesudah Yulius Kaisar tewas terbunuh, Antipatros terpaksa harus bersekutu dengan Gayus Kasius Lonjinus yang berseberangan dengan Markus Antonius. Setibanya di Suriah dalam rangka menghimpun bala tentara, Gayus Kasius Lonjinus mulai menuntut upeti yang sangat mencekik leher. Ketidaksanggupan beberapa kota untuk membayar upeti kepada pemerintah Romawi membuat seluruh warga dan pamong prajanya dijual sebagai budak belian.[29] Gayus Kasius Lonjinus menuntut upeti senilai tujuh ratus talenta dari negeri Yudea, sehingga Antipatros membagi beban upeti kepada kedua putranya. Malkos, salah seorang bangsawan yang diberi tugas mengumpulkan upeti, mempermalukan Antipatros dan membangkitkan murka Gayus Kasius Lonjinus karena tidak lekas-lekas menuntaskan pengumpulan upeti,[30] namun diselamatkan dari ancaman hukuman mati oleh Antipatros, yang mampu meredakan murka Gayus Kasisus Lonjinus dengan persembahan seratus talenta dari pundi-pundi pribadinya.[31]
Meskipun Antipatros menyelamatkan nyawa Malkos untuk kedua kalinya dari ancaman hukuman penguasa lain, Malkos tetap memandang rendah dan berusaha membinasakan Antipatros. Flavius Yosefus menyajikan dua alasan yang saling bertentangan, alasan yang pertama adalah keinginan untuk menyelamatkan Yohanan Huqanos II dari ancaman Herodes yang kian meningkat,[32] dan alasan yang kedua adalah niat untuk memakzulkan Yohanes Hurqanos II dengan cepat dan mengambil alih kekuasaan bagi dirinya sendiri.[33] Setelah berulang kali gagal membunuh Antipatros, Malkos akhirnya berhasil menyuap salah seorang juru minuman Yohanan Hurqanos II untuk meracun dan menewaskan Antipatros.[34]
Sepak terjang Antipatros selaku pialang kekuasaan di antara wangsa Hasmonayim, bangsa Arab, dan bangsa Romawi memicu timbulnya dinamika-dinamika dramatis dan perubahan-perubahan pesat dalam sejarah bangsa Yahudi. Keluwesan berdiplomasi dan kecerdikan berpolitik Antipatros menghasilkan wangsa Herodes; ia melapangkan jalan bagi putranya, Herodes Agung, yang menikahi Miriam, putri wangsa Hasmonayim,[35] untuk mendapatkan kepercayaan dari Roma, menyerobot takhta Yudea, dan menjadi Raja Yudea dengan dukungan Romawi.
Iosephus, Flavius. William Whistom, penerjemah. (2003) The Works of Josephus: Complete and Unabridged, Updated Edition (cetakan ke-17). The Antiquities of the Jews. The Wars of the Jews. Peabody, MA: Hendrickson Publishers. ISBN1-56563-167-6
Gissin, Mikhail (2014). "The Dusk of Judea and the Dawn of a New Dynasty." Harpswell, ME: Brunswick Press. ISBN978-1-4997-1350-3.
Hayes, John H., and Sara R. Mandell (1998). "The Jewish People in Classical Antiquity." Louisville, Kentucky: Westminster John Knox Press. ISBN0-664-25727-5.
Richardson, Peter (1996). "Herod: king of the Jews and friend of the Romans." Columbia, SC: University of South Carolina Press. ISBN1570031363.
Eisenman, Robert, 1997. James, the Brother of Jesus. Latar belakang politik di Yudea.