Situs Amarna (umumnya dikenal dengan nama el-Amarna) (bahasa Arab: العمارنة al-‘amārnah) terletak di tepi timur Sungai Nil di governorat Minya, Mesir. Situs Amarna meliputi beberapa desa modern, dan juga situs arkeologi berupa bekas ibu kota yang dibangun oleh firaun Akhenaten dari dinasti ke-18Mesir Kuno (c. 1353 SM).[1]
Wilayah ini diduduki pada masa Kekaisaran Romawi dan Kristen awal. Beberapa struktur dari periode tersebut telah ditemukan dalam penggalian di sebelah selatan kota.[2]
Nama
Nama "Amarna" berasal dari nama suku "Beni Amran" yang hidup di daerah itu dan mendirikan beberapa pemukiman. Nama Mesir kuno tempat ini adalah "Akhetaten".
Egyptologis Inggris, Sir John Gardner Wilkinson, mengunjungi Amarna di Mesir ini dua kali pada tahun 1820-an dan mengidentifikasi sebagai Alabastron,[4] mengikuti deskripsi yang kadang-kadang berkontradiksi dari para penulis zaman Romawi Plinius (On Stones) dan Ptolemaeus (Geography),[5][6] meskipun ia tidak yakin mengenai identifikasi ini dan mengusulkan Kom el-Ahmar (Nekhen) sebagai lokasi alternatif.[7]
Area kota Akhetaten pada dasarnya adalah situs yang belum terjamah, dan di kota inilah Akhetaten dideskripsikan sebagai milik Aten.
"seat of the First Occasion, which he had made for himself that he might rest in it."
"kedudukan Peristiwa Pertama, yang dibuatnya untuk dirinya sendiri supaya ia bisa beristirahat di dalamnya."
Situs dan denah
Terletak di tepi timur sungai Nil, reruntuhan kota terbentang dari utara ke selatan di sepanjang suatu "Jalan Kerajaan" ("Royal Road"), sekarang dinamai "Sikhet es-Sultan".[8][9] Kediaman raja umumnya di sebelah utara, yang dikenal sebagai "Kota Utara" (North City), dengan area pusat administrasi dan agamawi, sedangkan bagian selatan kota merupakan daerah-daerah perumahan.
Kota Utara
Jika mendatangi kota Amarna dari sebelah utara melalui sungai, maka bangunan-bangunan pertama setelah melewati stela perbatasan utara merupakan kompleks North Riverside Palace ("Istana Tepi Sungai Utara"). Bangunan ini terentang sampai di tepi sungai dan kemungkinan merupakan kediaman utama keluarga raja.[10] Di dalam area "Kota Utara" (North City) ini terletak Northern Palace ("Istana Utara"), kediaman utama keluarga raja. Di antara istana ini dan "Kota Tengah" (Central city), Northern Suburb (Daerah Perumahan Utara) awalnya suatu daerah makmur dengan rumah-rumah besar, tetapi ukuran rumah mengecil dan menjadi lebih miskin sebakin jauh dari jalan utama.[9]
Kota Tengah
Kebanyakan bangunan-bangunan seremonial dan administratif penting terletak di "Kota Tengah" (Central City). Di sini terletak Kuil Agung Aten dan Kuil Kecil Aten yang digunakan untuk fungsi agamawi dan di antara keduanya terdapat "Great Royal Palace" (Istana Agung Raja) dan Royal Residence (Kediaman Kerajaan) sebagai kediaman seremonial untuk Raja dan Keluarga Kerajaan, dan terhubung oleh suatu jembatan atau jalan setapak.[11] Di belakang Royal Residence terletak Kantor Korespondensi Firaun, di mana ditemukan kumpulan Surat Amarna were found.[12]
Area ini rupanya yang pertama diselesaikan dan paling sedikit ada dua fase pembangunan.[8]
Kehidupan di Amarna/Akhetaten kuno
Kebanyakan yang diketahui mengenai pendirian kota Amarna didapatkan dari sejumlah stela perbatasan resmi yang terlestarikan (ada 13 yang ditemukan) mengitari batas kota. Banyak stela atau monumen tersebut dipahat pada tebing-tebing di kedua sisi sungai Nil (10 pada sisi timur, 3 pada sisi barat) dan mencatat peristiwa-peristiwa di Akhetaten (Amarna) dari pendirian sampai sesaat sebelum kejatuhannya.[13]
Untuk pindah dari Thebes ke Amarna, Akhenaten membutuhkan dukungan militer. Ay, salah satu penasihat utama Akhenaten, berpengaruh besar di area ini karena ayahnya Yuya pernah menjadi seorang pemimpin militer penting. Lebih lagi, semua orang dalam militer tumbuh bersama, dan merupakan bagian periode paling kaya dan sukses dalam sejarah Mesir di bawah pemerintahan ayah Akhenaten, sehingga kesetiaan di antara pangkat-pangkat sangat kuat dan tidak tergoyahkan. Mungkin yang terpenting, "Raja selalu mengambil setiap kesempatan untuk menghormati militer dalam segala kepangkatan dalam pahatan-pahatan kuil, pertama di Thebes dan kemudian di Amarna."[14]
Kehidupan keagamaan
Reformasi keagamaan Akhenaten umumnya diyakini ke arah semacam monoteisme, yang lebih disederhanakan kepada keadaan monolatrisme. Bukti arkeologi menunnjukkan bahwa sejumlah dewa-dewa lain juga dihormati, bahkan di pusat kultus Aten – jika tidak secara resmi, paling sedikit oleh orang-orang yang hidup dan bekerja di sana.
Penemuan dan penggalian
Dari tahun 2005 sampai 2013, "Amarna Project" telah menggali sebuah pekuburan yang berada di dekat, Pekuburan Selatan untuk para bangsawan.[15]
^Sir John Gardner Wilkinson (1828). Materia hieroglyphica. Malta: privately printed. hlm. 22. Diakses tanggal 26 July 2016.
^Alfred Lucas, John Richard Harris (2011). Ancient Egyptian Materials and Industries (edisi ke-reprint of 4th edition (1962), revised from first (1926)). Mineola, NY: Dover Publications. hlm. 60. ISBN9780486404462. Diakses tanggal 26 July 2016.
^Akhenaten and Tutankhamun, Revolution and Restoration, Silverman, David P; Wegner, Josef W; Jennifer Houser; Copyright 2006 by the University of Pennsylvania Museum of Archaeology and Anthropology.