Air Koryo
Air Koryo (Korea: 고려항공, Hanja: 高麗航空, Alih aksara: Koryŏ Hanggong) adalah sebuah maskapai penerbangan nasional milik pemerintah Korea Utara, berpusat di Sunan-guyŏk, Pyongyang.[1] Berbasis di Bandara Internasional Pyongyang (IATA: FNJ),[2] maskapai ini mengoperasikan layanan terjadwal dan charter internasional ke tujuan di Asia. SejarahMaskapai ini didirikan pada tahun 1950 dengan nama SOKAO (СОКАО, Советско-Корейское авиатранспортное общество, Sovetsko-Koreyskoye aviatransportnoye obshchestvo; 소련-조선항공) sebagai proyek kerjasama (joint-venture) antara Korea Utara dan Uni Soviet untuk menghubungkan Pyongyang dengan Moskow.[3] Namun, maskapai ini berhenti beroperasi tahun 1953 akibat pecahnya Perang Korea. Maskapai ini beroperasi kembali pada tahun 1955[4] dan berada di bawah kendali pemerintah, dengan nama CAAK (Civil Aviation Administration of Korea) atau dalam bahasa Indonesia berarti "Administrasi Penerbangan Sipil Korea". Pada dekade 1950an akhir dan 1960an, armada CAAK terdiri dari Lisunov Li-2, Ilyushin Il-12, Ilyushin Il-14, Antonov An-2, dan Ilyushin Il-18.[5] CAAK memasuki era jet pada tahun 1975, dengan pesawat Tupolev Tu-154 yang digunakan untuk penerbangan ke Praha, Berlin Timur, dan Moskow. Namun, pesawat ini tidak memiliki kemampuan jelajah yang cukup untuk rute-rute tersebut, sehingga perlu transit di Irkutsk dan Novosibirsk. Pada tahun-tahun ini, maskapai ini juga membeli Antonov An-24, Tupolev Tu-134 (kedua pesawat ini dioptimalkan untuk rute domestik) serta Ilyushin Il-62 untuk penerbangan jarak jauh, sehingga mampu terbang non-stop hingga Moskow, dan juga Sofia dan Beograd. EkspansiBerkhirnya Perang Dingin dan runtuhnya komunisme di Eropa Timur berdampak besar kepada maskapai ini, yaitu pengurangan rute internasional dan kesulitan mendapat suku cadang untuk perawatan pesawat-pesawatnya. Tahun 1993, maskapai ini berganti nama dari CAAK menjadi Air Koryo. Pada tahun itu juga, maskapai ini membeli 3 pesawat kargo Ilyushin Il-76, yang digunakan dalam rute-rute kargo ke Tiongkok dan Rusia. Karena masalah keselamatan dan pemeliharaan, Air Koryo dimasukkan ke daftar maskapai penerbangan yang dilarang di Uni Eropa pada Maret 2006. Komisi Eropa menemukan bukti kurangnya keselamatan yang serius di pihak Air Koryo selama inspeksi ramp di Prancis dan Jerman. Air Koryo terus-terusan gagal mengatasi masalah ini selama inspeksi ramp berikutnya yang dilakukan oleh Uni Eropa di bawah program SAFA, yang menunjukkan kekurangan keselamatan sistemik yang mencolok pada operasional Air Koryo.[6] Pada Desember 2007, Air Koryo membeli pesawat Tupolev Tu-204-300 dari Rusia melalui perantara perusahaan asal Kirgizstan, kemudian memesan satu lagi pada Maret 2010 untuk menggantikan armada internasionalnya yang menua. Dengan Tu-204 ini, Air Koryo akan dibolehkan terbang ke Eropa.[7] Pada tahun 2017, selama pemerintahan Kim Jong-un, terdapat tanda-tanda bahwa Air Koryo akan membuka cabang ke sektor komersial di luar penerbangan, menyediakan barang dan jasa yang beragam seperti pompa bensin, taksi, tembakau, minuman ringan, dan daging ayam kalengan.[8] Air Koryo sangat terdampak oleh pandemi COVID-19. Pada 24 Januari 2020, maskapai ini membatalkan beberapa penerbangan ke Tiongkok (ke Makau, Shanghai, dan Shenyang), dan pada 1 Februari membatalkan dua rute internasional yang tersisa ke Beijing dan Vladivostok.[9][10] Penerbangan internasional tetap dibatalkan hingga Agustus 2023, terbang lagi pada 22 Agustus ke Beijing dan pada 25 Agustus ke Vladivostok menggunakan pesawat Tu–204.[11] Pesawat Air Koryo terbang ke Tiongkok untuk mengambil perlengkapan terkait COVID-19.[12] Pada tahun 2024, Air Koryo mulai mengubah logo burung bangaunya setelah Kim Jong-un mengumumkan pada akhir tahun 2023 bahwa Korea Utara tidak lagi menjunjung reunifikasi dengan Korea Selatan. Logo lamanya adalah burung bangau dengan sayap yang menyerupai semenanjung Korea, sedangkan sayap burung bangau pada logo terbaru berupa garis-garis horizontal runcing yang tidak lagi menyerupai semenanjung Korea.[13] DestinasiDestinasi terjadwal Air Koryo hanya meliputi dari Pyongyang ke Beijing, Chongjin, Makau, Samjiyon, Shenyang, dan Vladivostok; destinasi tambahan tidak terdaftar di situs web mereka, tetapi muncul di situs lain sebagai charter atau layanan charter musiman juga disertakan.[14][15][16] Penerbangan charter reguler pertama antara Korea Utara dan Korea Selatan dimulai pada tahun 2003. Penerbangan Air Koryo pertama yang dioperasikan oleh Tu-154 mendarat di Bandara Internasional Incheon, Seoul. Air Koryo mengoperasikan 40 layanan pulang pergi ke Seoul, bersama dengan penerbangan ke Yangyang dan Busan di Korea Selatan.[17] Charter antar-Korea dari Bandara Sondok di Hamhung ke Bandara Yangyang di Korea Selatan dimulai pada tahun 2002.[18] Saat ini, tidak ada penerbangan antar-Korea dikarenakan hukum di kedua negara. Pada tahun 2014, Air Koryo mengoperasikan serangkaian layanan ke Bandara Internasional Seoul Incheon dengan pesawat Tu-204 dan An-148 untuk Asian Games. Air Koryo sempat mengoperasikan kemitraan dengan maskapai Aeroflot (SkyTeam) pada layanan dari Vladivostok dan Pyongyang hingga 2017, kemudian layanan itu ditutup karena sanksi yang baru diberlakukan untuk Korea Utara.[19] ArmadaArmada saat iniPer Juli 2024, Air Koryo mengoperasikan armada berikut ini:[20][21]
Bekas armada dan status yang tidak diketahui
Referensi
Pranala luar
|