Ia berumur dua puluh lima tahun pada waktu ia menjadi raja dan dua puluh sembilan tahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya ialah Abi, anak Zakharia. (TB)[7]
"29 tahun lamanya": menurut kronologi Thiele,[4] berdasarkan "metode tahun naik tahta", pada bulan September 729 SM Hizkia bin Ahas menjadi "raja bersama" Yehuda dengan ayahnya.[5][8][9] Hizkia kemudian menjadi raja sendirian sesaat sebelum hari ke-1 bulan Nisan 715 SM,[6] sampai matinya antara September 687 dan September 686 SM ("686 SM").[5]
Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan. (TB)[11]
"Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia (Yesus) harus ditinggikan (=ditaruh pada sebuah tiang; disalibkan), supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal."[12]
Ayat 5
Ia percaya kepada TUHAN, Allah Israel, dan di antara semua raja-raja Yehuda, baik yang sesudah dia maupun yang sebelumnya, tidak ada lagi yang sama seperti dia. (TB)[13]
Raja Hizkia dianggap sebagai salah seorang raja terbesar Yehuda karena kepercayaan dan ketergantungannya pada Allah. Hizkia sangat mempercayai Allah, memelihara perintah-perintah Allah (ayat 2 Raja–raja 18:3–6), dan mendorong umat itu untuk meninggalkan dosa dan kembali kepada Allah (2 Tawarikh 30:6–9). Pada permulaan pemerintahannya ia memperbaiki dan menyucikan Bait Suci, memulihkan para imam dan suku Lewi kepada pelayanannya dan menegakkan perayaan Paskah kembali (2 Tawarikh 29:3; 2 Tawarikh 30:5). Dengan penuh semangat ia berusaha untuk membinasakan semua mezbah berhala dan bukit pengorbanan di Yehuda (ayat 2 Raja–raja 18:4). Lihat pasal-pasal 2 Raja–raja 19:1–20:21; 2 Tawarikh 29:1–32:33 dan Yesaya 36:1–39:8 untuk keterangan selanjutnya mengenai masa pemerintahan Hizkia.[14]
"Dalam tahun ke-4 zaman raja Hizkia": menurut kronologi Thiele,[4] sebagai "raja bersama" berdasarkan "metode tahun naik tahta", adalah antara September 726—September 725 SM. Batasan sinkronisme dengan Kerajaan Israel ("itulah tahun ke-7 zaman Hosea bin Ela, raja Israel") berarti Salmaneser V menyerang antara April dan September 725 SM.[16]
Ayat 10
Direbutlah itu sesudah lewat tiga tahun; dalam tahun keenam zaman Hizkia--itulah tahun kesembilan zaman Hosea, raja Israel--direbutlah Samaria. (TB)[17]
"Sesudah lewat 3tahun": menurut kronologi Thiele,[4] tiga tahun pengepungan itu adalah dari tahun 725 sampai 723 SM.[16]
"Dalam tahun ke-6 zaman Hizkia": menurut kronologi Thiele sebagai "raja bersama", adalah September 724—September 723 SM, dan "tahun ke-9 zaman Hosea" dimulai pada April723 SM, sehingga Samaria jatuh antara Nisan (April) dan Tisyri (September) 723 SM. Sargon II naik tahta pada tanggal 12 Tebet (akhir Desember) 722 SM, yaitu 15 bulan setelah tanggal terakhir kejatuhan Samaria;[18] sehingga Sargon saat itu belum duduk di atas tahta ketika Samaria direbut, meskipun ia mungkin adalah komandan pasukan yang merebut Samaria.[19]
Dalam tahun keempat belas zaman raja Hizkia majulah Sanherib, raja Asyur, menyerang segala kota berkubu negeri Yehuda, lalu merebutnya. (TB)[21]
"Dalam tahun keempat belas zaman raja Hizkia": menurut kronologi Thiele sebagai raja tunggal adalah September 702—September 701 SM.[22] Pada tahun ini Hizkia diberi anugerah tambahan 15 tahun usia (2 Raja–raja 20:1–6; Yesaya 38:1–6).[22]
Ayat 17
Sesudah itu raja Asyur mengirim panglima, kepala istana dan juru minuman agung dari Lakhis kepada raja Hizkia di Yerusalem disertai suatu tentara yang besar. Mereka maju dan sampai ke Yerusalem. Setelah mereka maju dan sampai di situ, mereka mengambil tempat dekat saluran kolam atas yang di jalan raja pada Padang Tukang Penatu. (TB)[23]
Ayat 18
Dan ketika mereka memanggil-manggil kepada raja, keluarlah mendapatkan mereka Elyakim bin Hilkia, kepala istana, dan Sebna, panitera negara, serta Yoah bin Asaf, bendahara negara. (TB)[24]
Ayat 26
Lalu berkatalah Elyakim bin Hilkia, Sebna dan Yoah kepada juru minuman agung: "Silakan berbicara dalam bahasa Aram kepada hamba-hambamu ini, sebab kami mengerti; tetapi janganlah berbicara dengan kami dalam bahasa Yehuda sambil didengar oleh rakyat yang ada di atas tembok.". (TB)[25]
Ayat 28
Kemudian berdirilah juru minuman agung dan berserulah ia dengan suara nyaring dalam bahasa Yehuda. Ia berkata: "Dengarlah perkataan raja agung, raja Asyur!" (TB)[26]
Arkeologi
"Ahas": Sebuah segel abad ke-8 SM dari tanah liat yang disebut bulla milik raja Ahas telah diketemukan. Berukuran 0.4 inci, di segel tersebut tertera tulisan: "Milik Ahas, anak Yotam, raja Yehuda".[27]
"Hizkia": Ditemukan segel bertuliskan Hizkia dan abdi-abdinya.
^W.S. LaSor, D.A. Hubbard & F.W. Bush. Pengantar Perjanjian Lama 1. Diterjemahkan oleh Werner Tan dkk. Jakarta:BPK Gunung Mulia. 2008. ISBN 979-415-815-1, 9789794158159
^J. Blommendaal. Pengantar kepada Perjanjian Lama. Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1983. ISBN 979-415-385-0, 9789794153857
^ F. D. Kidner, “Review of Edwin R. Thiele, The Mysterious Numbers of the Hebrew Kings,” Churchman 8 (1967) 68; Horn, “The Chronology of King Hezekiah’s Reign,” pp. 40-52; and Gleason L. Archer, Jr., “Review of Edwin R. Thiele, The Mysterious Numbers of the Hebrew Kings,” Christianity Today, April 15, 1966, pp.
34-36.
^Owen C. Whitehouse, Isaiah I-XXXIX The New Century Bible (New York: Oxford University Press, 1905), p. 23, and George W. Wade, The Book of the Prophet Isaiah (London: Methuen & Co., 1911), p. xlii. Karya-karya ini dicatat oleh Horn dalam “The Chronology of King Hezekiah’s reign,” p. 49 n. 15.