Yakub dalam Islam
Dalam agama Islam, Ya'qub atau Yakub (bahasa Arab: يعقوب, translit. Yaʿqūb) adalah seorang nabi dan merupakan putra dari Ishaq dan cucu dari Ibrahim. Yakub adalah salah satu tokoh yang disebutkan dalam Al-Qur'an, Alkitab, dan Tanakh. Ya'qub juga disebut dengan Israel/Israil (bahasa Arab: اسرائيل, translit. Isrāīl, Ibrani: יִשְׂרָאֵל, Yiśrāʾēl) dan keturunannya disebut dengan Bani Israil. Ayat
KisahDalam Al-Qur'an (kitab suci Islam), nama Ya'qub disebutkan enam belas kali.[a][1] Dia juga disebut dengan Israil sebanyak dua kali. Kisahnya yang disebutkan dalam Al-Qur'an hanya tentang kaitan dirinya dengan Yusuf dan wasiatnya sebelum wafat kepada anak-anaknya, sedangkan bagian kisahnya yang lain biasanya disadur dari sumber Yahudi dan Kristen. Dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan Alkitab (kitab suci Kristen), kisah Ya'qub disebutkan dalam Kitab Kejadian pasal 25-37 dan 42-50. Latar belakangYa'qub adalah putra Ishaq. Ishaq sendiri adalah putra Ibrahim (disebut Abraham dalam Yahudi dan Kristen), salah satu tokoh terpenting dalam agama islam. Ibu Ya'qub adalah Ribka. Alkitab menyebutkan bahwa Ishaq tidak juga menikah meski Sarah sudah wafat dan Ibrahim telah berusia lanjut. Hal ini karena masyarakat Palestina saat itu kebanyakan tidak beriman kepada Allah, juga asing dengan keluarga Ibrahim. Ibrahim kemudian memerintahkan kepala pelayannya untuk pergi ke tanah kelahiran Ibrahim di Iraq agar mencarikan gadis dari keluarga besar Ibrahim di sana untuk diperistri Ishaq. Pelayan Ibrahim tersebut kemudian pergi ke kediaman keluarga Ibrahim dan meminangkan Ribka (Rifqah, Rafiqah) untuk Ishaq. Ribka adalah putri Betuel bin Nahor. Nahor sendiri adalah saudara Ibrahim. Ribka dan keluarga besarnya menerima pinangan tersebut dan akhirnya dia ikut ke Palestina bersama pelayan Ibrahim dan menikah dengan Ishaq.[2] Saat itu Ishaq berusia empat puluh tahun.[3] Disebutkan bahwa ternyata Ribka adalah seorang wanita mandul. Maka Ishaq berdoa pada Allah agar dikaruniai anak sehingga Ribka dapat mengandung. Ribka kemudian melahirkan dua putra kembar. Putra pertama dinamai Esau (Aishu), tubuhnya berwarna merah dan seperti jubah berbulu. Putra kedua dinamai Ya'qub dan saat lahir memegang tumit kakaknya. Mereka lahir saat Ishaq berusia enam puluh tahun. Saat besar, Esau menjadi pemburu handal dan suka tinggal di padang, sedangkan Ya'qub lebih suka tinggal di kemah. Ishaq lebih menyayangi Esau, sementara Ribka lebih menyayangi Ya'qub. Ibnu Katsir juga menuliskan kisah ini dalam karyanya, menyadur dari Alkitab.[4][5] Ibrahim meninggal pada usia 175 tahun. Isma'il dan Ishaq kemudian bersama-sama mengebumikan jasad ayah mereka di Gua Makhpela di Hebron, tempat Sarah dimakamkan.[6] Ishaq kurang lebih berusia 75 tahun dan Ya'qub berusia lima belas tahun saat itu. Doa IshaqSetelah tua, pandangan Ishaq mulai melemah. Takut bahwa dia dapat meninggal sewaktu-waktu, Ishaq kemudian memerintahkan Esau berburu dan membuatkan makanan kesukaannya dari buruan itu, sehingga Ishaq dapat mendoakan keberkahan bagi putra sulungnya tersebut. Ribka yang mengetahui niatan Ishaq kemudian memerintahkan Ya'qub agar menghidangkan makanan tersebut kepada Ishaq sebelum Esau pulang berburu. Ribka kemudian memakaikan pakaian Esau pada Ya'qub, juga membalutkan kulit domba pada tangan dan leher Ya'qub karena Esau adalah orang yang berbulu lebat. Saat Ya'qub menghidangkan makanan tersebut, Ishaq meraba tubuh Ya'qub dan berkata, "Kalau suara, suara Yakub, kalau tangan, tangan Esau." Setelah menyantap hidangan tersebut, Ishaq mendoakan Ya'qub, yang dia kira adalah Esau, agar dia dikaruniai kebaikan, rezeki yang banyak, dan dia menjadi tuan bagi saudaranya, dan begitu juga keturunannya.[7][8] Setelah Ya'qub keluar, Esau mendatangi Ishaq, menghidangkan makanan yang ayahnya minta. Namun Ishaq mengatakan kalau tadi telah menyantap hidangannya dan telah mendoakannya. Ishaq dan Esau kemudian tahu bahwa tadi yang datang adalah Ya'qub. Esau meraung-raung pada ayahnya, tapi Ishaq mengatakan kalau doanya tidak bisa ditarik kembali. Esau kemudian berjanji untuk membunuh Ya'qub bila Ishaq telah meninggal. Mengetahui ancaman Esau, Ribka memerintahkan agar Ya'qub pergi menuju rumah saudara Ribka, Laban, yang ada di Mesopotamia.[9][10] Sebelum pergi, Ishaq mendoakan Ya'qub dan melarang Ya'qub memperistri wanita-wanita Palestina karena penduduk kawasan tersebut kebanyakan tidak beriman, sehingga Ishaq memerintahkan Ya'qub mencari istri dari keluarga besar Ibrahim yang ada di Mesopotamia. Setelahnya, Ya'qub pergi meninggalkan Palestina. Esau mendengar bahwa ayahnya tidak menyukai perempuan Palestina, padahal dia sendiri sudah memperistri dua orang perempuan Palestina, sehingga dia mencari istri lagi. Istri ketiga Esau adalah Mahalat, putri Isma'il.[11] PerjalananSaat dalam perjalanan menuju rumah pamannya, Ya'qub tidur di suatu tempat dengan berbantalkan batu. Di sana dia bermimpi melihat tangga melihat sebuah tangga yang tersusun antara bumi dan langit dan para malaikat naik turun tangga tersebut, kemudian Allah berfirman bahwa Ya'qub akan memiliki keturunan yang sangat banyak, memberkahinya, dan menyertainya selalu. Setelah bangun, Ya'qub menjadikan batu yang dia gunakan untuk alas kepala menjadi sebuah tugu dan menuangkan minyak di atasnya, kemudian menamai tempat itu Betel. Ya'qub juga bernazar apabila bisa kembali pulang ke rumah Ishaq dengan selamat, dia akan mendirikan rumah ibadah untuk Allah di tempat Ya'qub mendirikan tugu, juga akan memberikan sepersepuluh dari seluruh rezeki yang Allah karuniakan padanya.[13][14] MesopotamiaYa'qub kemudian sampai dan tinggal di rumah Laban yang berada di Haran. Laban memiliki dua putri, yang sulung bernama Lea dan yang bungsu bernama Rahel. Ya'qub melamar Rahel dan Laban menerima pinangan tersebut dengan syarat Ya'qub mau bekerja menjadi penggembalanya selama tujuh tahun. Saat waktu tujuh tahun telah usai, diadakanlah pesta pernikahan dan Laban menikahkan Lea dengan Ya'qub. Di pagi harinya, barulah Ya'qub tersadar kalau dia tidak dinikahkan dengan Rahel, tetapi Lea, dan Ya'qub kemudian meminta penjelasan pamannya tersebut. Laban mengatakan kalau menikahkan anak yang muda padahal yang tua belum menikah bukanlah tradisi di tempat tersebut. Laban kemudian melanjutkan bahwa dia akan menikahkan Rahel dengan Ya'qub jika dia bersedia bekerja untuknya tujuh tahun lagi. Ya'qub menyanggupi dan akhirnya Rahel juga menjadi istri Ya'qub. Laban juga memberikan seorang budak perempuan bernama Zilpa sebagai pelayan Lea dan Bilha sebagai pelayan Rahel.[15][16] Ya'qub lebih mencintai Rahel dari Lea, tetapi Rahel mandul. Di sisi lain, Lea melahirkan beberapa putra: Ruben, Simeon, Lewi, dan Yehuda.[17] Rahel merasa cemburu dengan kakaknya dan kemudian memberikan Bilha sebagai selir atau istri untuk Ya'qub. Tradisi seorang wanita memberikan budak perempuannya untuk dijadikan selir suaminya dapat disamakan dengan praktik ibu pengganti pada masa modern. Saat budak tersebut melahirkan, maka anaknya juga akan dianggap secara hukum sebagai anak sang nyonya. Bilha kemudian melahirkan dua orang putra: Dan dan Naftali. Lea kemudian menjadikan Zilpa sebagai selir atau istri Ya'qub. Zilpa kemudian melahirkan dua orang putra: Gad dan Asyer. Lea kemudian mengandung lagi dan melahirkan dua putra: Isakhar dan Zebulon. Lea juga melahirkan seorang putri bernama Dina. Setelahnya, barulah Rahel dapat hamil sendiri dan lahirlah seorang putra yang diberi nama Yusuf.[18][19] Keberadaan Ya'qub menjadikan harta keluarga Laban diberkahi Allah sehingga hartanya menjadi berkembang pesat. Saat Ya'qub berencana kembali ke Palestina, Laban sebenarnya enggan melepaskannya. Ya'qub meminta upah dari pekerjaannya selama ini, yakni kambing-domba yang hitam, berbintik-bintik, dan belang-belang dari hewan ternak Laban. Laban menyetujuinya, tetapi anak-anak Laban kemudian mengambil hewan-hewan ternak dengan ciri-ciri seperti itu dan membawanya pergi sejauh perjalanan tiga hari, sedangkan hewan ternak yang tersisa dibiarkan dipelihara Ya'qub. Kemudian Ya'qub memotong dahan-dahan pohon muda dan mengupas sebagian kulitnya sehingga di dahan-dahan tersebut terbentuk pola belang-belang. Dahan-dahan itu kemudian diletakkan di tempat-tempat minum ternak tersebut karena mereka suka kawin saat hendak minum. Jika ternak-ternak itu kawin di depan dahan itu, maka anaknya juga akan menjadi belang-belang. Ya'qub meletakkan dahan-dahan itu hanya di depan hewan ternak yang kuat. Jadi hewan yang lahir berbintik atau berbelang dalam keadaan kuat dan semuanya menjadi milik Ya'qub, sedangkan yang lemah tetap menjadi milik Laban.[20] Peristiwa ini adalah mukjizat Ya'qub.[21] KembaliYa'qub kembali ke Palestina bersama istri-istri dan anak-anaknya, para budak, dan hewan-hewan ternak. Ya'qub mengutus seseorang terlebih dahulu untuk menemui Esau, tetapi saat kembali, utusan tersebut menyatakan bahwa Esau sedang dalam perjalanan menemui Ya'qub diiringi empat ratus orang. Merasa takut, Ya'qub kemudian membagi kafilahnya menjadi dua rombongan, agar bila yang satu diserang, yang lain dapat selamat.[22][23] Saat malam, Ya'qub menyeberangkan kafilahnya melewati sungai Yabok (diidentifikasikan dengan sungai Zarqa), meninggalkan Ya'qub seorang diri. Kemudian Ya'qub bergulat dengan seorang laki-laki tak dikenal dan laki-laki itu memukul sendi pangkal paha Ya'qub. Setelahnya, lelaki itu menanyakan nama Ya'qub dan Ya'qub menjawabnya. Lelaki itu melanjutkan bahwa nama Ya'qub sekarang adalah Israel. Itulah sebabnya keturunan Ya'qub kemudian disebut dengan Bani Israel. Ya'qub balik menanyakan nama lelaki tersebut, tetapi dia tidak menjawab dan pergi. Ya'qub kemudian tersadar bahwa lelaki itu sebenarnya adalah malaikat.[24][25] Setelah kafilah Ya'qub melanjutkan perjalanan, mereka kemudian bertemu rombongan Esau. Ya'qub kemudian bersujud sebagai bentuk penghormatan dan Esau kemudian memeluk Ya'qub dan mereka saling bertangisan. Para istri, selir, dan anak-anak Ya'qub juga ikut memberikan sujud penghormatan. Ya'qub kemudian memberikan sebagian hewan ternaknya pada Esau sebagai hadiah. Awalnya Esau menolak, tetapi kemudian menerima setelah didesak Ya'qub berulang kali. Esau menawarkan untuk menemani kafilah Ya'qub, tetapi Ya'qub menolak tawaran tersebut karena anak-anaknya masih kecil dan ada hewan-hewan ternaknya yang masih menyusu sehingga mereka tidak bisa berjalan tergesa-gesa. Rombongan Esau dan Ya'qub kemudian berpisah. Ya'qub kemudian membeli tanah di Sikhem (sudah masuk kawasan Palestina) dan mendirikan kemah-kemahnya di sana.[26][27] PalestinaDi Palestina, Dina yang dalam perjalanan mengunjungi para perempuan di daerah tersebut kemudian diculik oleh Sikhem (namanya sama dengan nama kota) dan diperkosa. Sikhem kemudian justru jatuh cinta dengan Dina dan ingin menikahinya, maka ayah Sikhem yang merupakan pemimpin kawasan tersebut, Hemor, mengunjungi Ya'qub dan merundingkan kemungkinan keluarga mereka untuk berbesan. Namun anak-anak Ya'qub yang lain merasa sakit hati dengan perlakuan mereka pada Dina, tetapi kemudian mereka memberi syarat agar keluarga Hemor untuk berkhitan supaya Dina bisa dinikahkan dengan Sikhem. Berkhitan adalah tanda seseorang masuk dalam agama Ibrahim. Hemor sepakat dan dia menyuruh laki-laki dari keluarganya dan penduduk kota untuk berkhitan. Saat rasa sakit berkhitan masih terasa di antara penduduk, Simeon dan Lewi datang dan membunuh mereka semua, termasuk di antaranya adalah Sikhem dan Hemor, mengambil harta mereka, dan membawa Dina pulang.[28][29] Setelahnya Allah memerintahkan kafilah Ya'qub ke Betel untuk tinggal di sana. Di Betel, Allah kembali berfirman padanya dan menjanjikan bahwa akan lahir raja-raja dari keturunannya dan negeri Palestina akan menjadi miliknya. Ya'qub kemudian mendirikan tugu di tempat tersebut, menyembelih hewan untuk kurban, dan menuangkan minyak di atasnya.[30] Beberapa tempat yang diidentifikasikan sebagai Betel adalah Beitin,[31] al-Bireh,[32] atau Baitul Maqdis (Darussalam).[29] Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan ke Hebron, rumah Ishaq. Di tengah perjalanan, Rahel melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian dinamai Benyamin. Namun persalinan tersebut sangat sulit dan Rahel kemudian meninggal. Dia dikuburkan di daerah dekat Bethlehem.[33][29] Setelahnya, kafilah Ya'qub tiba di Hebron di kediaman Ishaq. Ishaq meninggal pada usia 180 tahun, kemudian Ya'qub dan Esau memakamkan ayah mereka di Gua Makhpela yang juga menjadi makam dari Ibrahim, Sarah, dan Ribka.[34][29] Ya'qub dan Esau diperkirakan berusia sekitar 120 tahun saat itu. YusufSuatu hari, Yusuf mengatakan pada Ya'qub bahwa dia bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan sujud kepadanya. Ya'qub kemudian berpesan agar tidak menceritakan mimpi itu pada saudara-saudaranya yang lain, kemudian menjelaskan bahwa dia akan dipilih Allah menjadi seorang nabi. Di sisi lain, putra-putra Ya'qub yang lain iri dengan Yusuf karena merasa ayah mereka lebih mencintai Yusuf dan Benyamin dibandingkan mereka. Mereka kemudian berencana membunuhnya, tetapi Ruben mengusulkan agar Yusuf jangan dibunuh, tetapi dibuang saja ke sumur agar dipungut kafilah yang lewat.[35] Setelah sepakat, mereka membujuk Ya'qub agar memperbolehkan membawa Yusuf bermain. Awalnya Ya'qub merasa keberatan karena khawatir Yusuf akan diterkam serigala, meski akhirnya dia menyetujui rencana tersebut. Saat berhasil membawa Yusuf keluar, mereka melucuti baju Yusuf dan melumurinya dengan darah palsu, sementara Yusuf sendiri dibuang di dalam sumur. Saat itu Allah mewahyukan pada Yusuf, "Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan ini kepada mereka, sedang mereka tidak menyadari." Kemudian putra-putra Ya'qub yang lain pulang ke rumah sambil menangis, memberikan pakaian Yusuf yang berlumuran darah, dan mengatakan kalau Yusuf dimakan serigala saat Yusuf mereka tinggal di belakang. Mendengar pengakuan mereka, Ya'qub hanya pasrah kepada Allah dan mengatakan, "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik urusan yang buruk itu, maka hanya bersabar itulah yang terbaik. Dan kepada Allah saja aku memohon pertolongan-Nya terhadap yang kamu ceritakan."[36] Yusuf sendiri dipungut oleh musafir dan dibawa ke Mesir.[37] Setelah berbagai peristiwa yang dialami, Yusuf berhasil menafsirkan mimpi Raja mengenai akan datangnya masa kekeringan parah selama tujuh tahun. Yusuf kemudian diangkat menjadi orang dekat Raja dan bertugas mengurus persediaan pangan Mesir.[38] Saat kekeringan benar-benar terjadi, dampaknya terasa sampai Palestina. Ya'qub kemudian memerintahkan putra-putranya selain Benyamin agar berangkat ke Mesir untuk membeli persediaan gandum dari Mesir. Saat bertemu, mereka tidak mengenali Yusuf, tapi Yusuf mengenali mereka. Yusuf memberikan mereka gandum dan barang-barang mereka yang dijadikan alat tukar juga turut dimasukkan ke dalam karung. Yusuf juga berpesan agar mereka membawa saudara mereka yang lain jika ingin membeli gandum kembali ke Mesir, bila tidak, mereka diancam tidak akan mendapat jatah gandum lagi.[39] Putra-putra Ya'qub menyampaikan pesan itu pada Ya'qub, tetapi Ya'qub tidak mempercayai mereka karena mereka sebelumnya juga tidak amanah dalam menjaga Yusuf. Setelah mereka membuka karung dan menemukan barang-barang mereka ada di sana, Ya'qub akhirnya luluh, tapi memaksa anaknya agar bersumpah untuk menjaga Benyamin.[40] Di kesempatan berikutnya, Benyamin ikut rombongan kakak-kakaknya ke Mesir. Namun saat pulang, piala raja ditemukan di karung Benyamin sehingga dia ditahan oleh Yusuf dan pihak berwenang. Putra-putra Ya'qub yang lain memohon untuk tetap memperbolehkan Benyamin ikut pulang dengan ganti salah satu dari mereka akan menggantikan posisi Benyamin, tapi Yusuf menolak usul itu. Akhirnya mereka kembali ke Palestina tanpa Benyamin dan itu membuat Ya'qub sangat bersedih.[41] Meski demikian, Ya'qub tiba-tiba memerintahkan anak-anaknya untuk mencari kabar mengenai Benyamin, juga Yusuf yang sudah lama hilang. Saat kembali lagi ke Mesir, barulah Yusuf memberi tahu jati dirinya. Saudara-saudaranya kemudian mengaku bersalah atas tindakan mereka dulu, tetapi Yusuf memaafkan mereka. Setelahnya, Yusuf memberikan bajunya pada mereka untuk diusapkan ke wajah Ya'qub sehingga dia dapat kembali melihat. Saat rombongan mereka keluar Mesir, Ya'qub mengatakan bahwa dia mencium bau Yusuf, tetapi keluarganya tidak mempercayainya. Setelahnya, putra-putra Ya'qub kembali ke rumah dan Ya'qub kembali dapat melihat setelah baju Yusuf diusapkan ke wajahnya. Mereka juga memohon ampun kepada Ya'qub atas perbuatan mereka dan Ya'qub membalas bahwa dia akan memintakan ampun putra-putranya pada Allah. Setelahnya, keluarga besar Ya'qub hijrah dan tinggal di Mesir.[42] Alkitab menyebutkan bahwa saat hijrah ke Mesir, Ya'qub berusia 130 tahun.[43] WasiatBaik Al-Qur'an dan Alkitab menyebutkan mengenai wasiat Ya'qub sebelum meninggal. Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa Ya'qub bertanya pada anak-anaknya, "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Isma'il, dan Ishaq, Tuhan Yang Maha Esa dan kami berserah diri kepada-Nya."[44][45] Wasiat Ya'qub dalam Alkitab terkait peran dari keturunan anak-anaknya di masa mendatang, seperti keturunan Yehuda akan mewarisi tongkat kerajaan, keturunan Zebulon akan tinggal di tepi laut dan menjadi pangkalan kapal, keturunan Asyer akan memiliki makanan mewah berlimpah dan akan memberikan santapan raja-raja, dan keturunan Naftali akan dikaruniai anak-anak yang indah.[46] WafatAlkitab menjelaskan bahwa Ya'qub wafat pada usia 147 tahun.[47] Jenazahnya kemudian dirempah-rempahi selama empat puluh hari dan bangsa Mesir berkabung selama tujuh puluh hari. Setelahnya, jenazah Ya'qub diantar ke Palestina dan diiringi putra-putranya, para pegawai raja, dan para sesepuh istana. Penduduk Palestina yang melihat prosesi itu menyebutkan bahwa perkabungan orang Mesir amat riuh. Ya'qub kemudian dikebumikan di Gua Makhpela di Hebron, di tempat jenazah Sarah, Ibrahim, Ishaq, Ribka, dan Lea juga dikebumikan.[48][49] Setelah menjadi wilayah kekhalifahan, didirikanlah sebuah masjid di tempat itu yang bernama Masjid Ibrahimi.[50] KedudukanIslamYa'qub dipandang sebagai nabi dalam Islam. Meski namanya cukup banyak disebutkan bila dibandingkan nabi yang lain, kisahnya yang termaktub dalam Al-Qur'an hanyalah terkait kehidupan Yusuf dan wasiatnya. Bagian kehidupannya yang lain biasanya disadur dari sumber Yahudi dan Kristen. Dalam Al-Qur'an tidak dikisahkan mengenai Ya'qub yang berdakwah kepada kaum tertentu, tetapi disebutkan bahwa dia selalu mengingatkan manusia kepada negeri akhirat.[51] Namanya dalam Al-Qur'an kerap dirangkaikan bersama Ibrahim dan Ishaq, juga dengan beberapa nabi yang lain, menegaskan kedudukannya sebagai nabi, orang saleh, dan sosok beriman yang diberi wahyu dan petunjuk oleh Allah.[44][52][53][54][55][56] Ya'qub juga dinyatakan memiliki kekuatan yang besar dan ilmu yang tinggi.[57] Disebutkan pula bahwa Allah menganugerahi kitab dan kenabian pada keturunannya.[58] Umat Islam juga diperintahkan untuk beriman kepada wahyu Allah, baik yang diturunkan kepada Muhammad maupun kepada nabi-nabi yang lain, di antaranya adalah Ya'qub, juga diperintahkan untuk tidak membeda-bedakan para nabi dan berserah diri kepada Allah.[59][60] YahudiUmat Yahudi memandang Ya'qub sebagai nabi. Bersama Ibrahim dan Ishaq, nama Ya'qub juga disebutkan bersama dengan Tuhan, sebagaimana Tuhan dalam Yahudi disebut Elohei Abraham, Elohei Yitzchaq ve Elohei Ya`aqob (Tuhannya Abraham, Tuhannya Ishaq, dan Tuhannya Ya'qub) dan tidak pernah disebut Tuhannya yang lain.[61] Dalam Tanakh disebutkan mengenai janji Allah bahwa Ya'qub akan memiliki keturunan yang sangat banyak[62] dan akan terlahir raja-raja dari keturunannya, juga negeri Palestina akan diberikan padanya dan keturunannya.[63] KristenGereja Katolik memandang Ya'qub sebagai santo. Perayaan liturginya dirayakan oleh Gereja Katolik ritus Bizantium pada hari ahad kedua sebelum natal.[64] KeluargaOrang tuaAyah — Ishaq. Putra Ibrahim dan Sarah. Ibu — Ribka. Putri Betuel bin Nahor. Nahor adalah saudara Ibrahim. Saudara
Pasangan
KeturunanYa'qub juga disebut dengan Israel (bahasa Arab: اسرائيل, translit. Isrāīl, Ibrani: יִשְׂרָאֵל, Yiśrāʾēl) sehingga keturunannya disebut Bani Israel. Dua belas suku dalam Bani Israel didasarkan atas dua belas putra Ya'qub. Berikut anak-anak Ya'qub berdasarkan urutan kelahiran:
Lihat pulaCatatan
Rujukan
Daftar pustaka
|