Vokal depan ialah jenis vokal yang diucapkan dengan letak lidah lebih depan daripada letak tetapnya. Namun, letaknya itu tak menganggu keluar masuknya udara sehingga tak menciptakan bunyi konsonan. Vokal depan juga disebut vokal cerah karena ia menghasilkan bunyi yang terdengar lebih jernih maupun "cerah" daripada vokal belakang.
Pada dasarnya, vokal hampir depan ialah jenis vokal depan; meski tiada bahasa yang diketahui membedakan vokal depan dan hampir depan berdasarkan pada letak lidah saja.
Vokal depan yang dibulatkan biasanya diucapkan dengan posisi lidah agak ke tengah (madya). Inilah salah satu alasan mengapa ia ditulis sebelah kanan vokal depan takbulat di tabel vokal Alfabet Fonetik Internasional (AFI).
Artikulasi
Dalam artikulasi, vokal depan, yaitu vokal yang diucapkan dengan lidah lebih depan dari letak tetapnya, berbeda jelas dengan vokal ternaik dan vokal tertarik. Dalam pengartian ini, vokal yang didepankan adalah jenis vokal yang pengategoriannya lebih luas daripada yang didaftarkan pada tabel IPA, termasuk [ɪʏ], [ɨʉ], dan (terkadang) vokal tengah madya. Terbukanya maupun tertutupnya suatu vokal tak ditentukan melalui letak lidah, melainkan keterbukaan rahang saat mengucapkannya. Vokal bernaik dan bertarik yang fonemik (yaitu pembedaannya penting dengan vokal lain) bisa saja didepankan pengucapannya karena adanya pengaruh konsonan tertentu, misalnya konsonan lelangit dan di beberapa bahasa yaitu konsonan hulu kerongkongan. Misalnya, /a/ bisa saja didepankan pengucapannya menjadi [æ] setelah konsonan /j/ maupun /ħ/.[1]
Daftar vokal depan
Daftar ini hanya berisi vokal depan yang umum dijumpai pada transkripsi AFI.
Yang mempunyai simbol tersendiri
Vokal depan yang mempunyai simbol tersendiri pada tabel AFI ialah:
Seperti yang ada di atas, pengucapan suatu vokal depan dapat ditunjukkan melalui penambahan tanda baca di atas huruf (diakritik), misalnya ⟨i̞⟩, ⟨e̝⟩ atau ⟨ɪ̟⟩ dapat digunakan untuk vokal takbulat hampir tertutup depan.
Dalam sejarah banyak bahasa, misalnya bahasa Prancis dan Jepang, vokal depan mereka telah mengubah pengucapan beberapa konsonan mereka menjadi konsonan lelangit atau lebih dekat dengannya. Perubahannya bisa saja bersifat alofonik (tidak begitu penting) ataupun fonemik (yaitu pembedaan atau kejelasan pengucapannya dengan konsonan yang mirip sangatlah penting dan dapat mengubah arti suatu kata jika salah diucapkan).
Pelelangitan ini tampak pada beberapa bahasa Eropa dari sistem ejaan huruf mereka, misalnya pengucapan ⟨c⟩ dan ⟨g⟩ pada hampir semua bahasa Roman, pengucapan ⟨k⟩ dan ⟨g⟩ pada bahasa Norwegia, Swedia, Faroe dan Islandia, dan pengucapan ⟨κ⟩, ⟨γ⟩ dan ⟨χ⟩ pada bahasa Yunani Modern. Terkadang, konsonan yang tak dilelangitkan atau bukan lelangit disebut konsonan keras, sedangkan yang dilelangitkan atau lelangit disebut konsonan lembut.
Berikut ini adalah contoh pelelangitan konsonan karena terpengaruhi vokal depan.
Dalam satu sel tabel, simbol-simbol di sebelah kanan adalah bersuara, di sebelah kiri adalah tidak bersuara atau nirsuara. Petak-petak yang digelapkan menandakan penyebutan yang dianggap mustahil.