Tugu Gempa PadangMonumen Gempa Padang atau Tugu Gempa Padang dibangun untuk mengenang peristiwa gempa tahun 2009 di Sumatera Barat. Gempa pukul 17:16:10 Rabu 30 September 2009 berkekuatan 7,6 Skala Rechter itu meluluhlantakan Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kota Padang, sebagian Kabupaten Agam, Bukittingi, Pasaman Barat dan sebagian Pesisir Selatan. Sebanyak 1.117 nyawa melayang, 1.214 jiwa luka berat, 1.688 luka ringan. Sebanyak 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, 78.604 rumah rusak ringan. Peristiwa itu tentu tak cukup diwariskan dengan tradisi lisan tapi juga dikenang dengan dibangun sebuah monumen. Adanya sebuah monumen sudah pasti tujuannya untuk meninggalkan catatan fakta sejarah. Monumen gempa 30 September 2009 telah diresmikan Pemerintah kota Padang pada 30 September 2010 bersamaan dengan peresmian Museum Gempa 30 September 2009. Di bagian tengah monumen terdapat batu marmer yang ditandatangani oleh Andreas Sofiandi sebagai ketua Himpunan Bersatu Teguh sebagai pemrakasa dan tanda tangan Dr H Fauzi Bahar MSI sebagai wali kota pada saat itu. Di atas tanda tangan itu terdapat dua mata menangis dan di bawah relief terlihat suasana gempa. Di belakang prasasati yang bertanda tangan ini terdapat 4 buah tugu yang berisi puisi yang ditulis oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Gamawan Fauzi, Junaidi Perwata dan Fauzi Bahar. Selain itu di depan tugu itu terdapat tugu lainnya yang berisikan nama-nama korban gempa asal kota Padang sebanyak 393 nama.[1][2] Puisi SBYPuisi yang dibuat oleh presiden SBY: Dalam Duka, Kami bangkit Tanah Minang pernah terguncang di senja gulita oleh bencana yang tak terduga Kuingat jerit dan tangis membelah sudut-sudut kota dalam kelam dan duka Di bumi ini, ribuan anak negeri tiba-tiba pergi ke Hadirat Illahi Di kota ini Ratusan syuhada berpulang ke alam baka atas takdir Yang Maha Kuasa Ya Allah, meski hati kami tergores lara mengenang mereka yang kucinta Kami bersujud dalam tawakkal ikhlas menerima cobaan Tetapi, Ya Robbana kami tak pernah menyerah dalam pasrah dan bukankah dalam musibah selalu ada berkah yang menuntun kami terus berkarya dan beribadah. Kami semua telah bangkit dengan tekad dan cita-cita untuk membangun kota ini memajukan negeri kami dalam cahaya iman dan rahmatMu Puisi ini diterima Rabu pagi 29 September 2010 dari Presiden SBY via e-mail Kepresidenan oleh Wali Kota Padang Fauzi Bahar ketika itu. Puisi tersebut menunjukkan perhatian luar biasa dari Presiden SBY terhadap momentum peringatan setahun gempa di Kota Padang khususnya dan di Sumbar pada umumnya.[3] Berwisata ke Monumen GempaMonumen gempa sering dikunjungi keluarga yang anggota keluarganya meninggal pada peristiwa gempa 30 September 2009 silam. Tidak hanya itu, monumen ini juga menarik minat para wisatawan berkunjung. Dengan mengunjungi monumen ini kita dapat mengambil hikmah dari sebuah bencana yang terjadi disuatu tempat, juga meningkatkan rasa solidaritas.[4][5] Referensi
|