Tidur atau beradu (be.ra.du) adalah suatu keadaan berkurangnya aktivitas mental dan fisik dimana kesadaran berubah dan aktivitas sensorik tertentu terhambat. Saat tidur, terjadi penurunan aktivitas otot dan interaksi dengan lingkungan sekitar. Meskipun tidur berbeda dengan terjaga dalam hal kemampuan bereaksi terhadap rangsangan, tidur tetap melibatkan pola otak aktif, sehingga lebih reaktif dibandingkan koma atau gangguan kesadaran.[1]
Fase peralihan dari sadar ke tidur disebut sebagai pradormitium dan fase peralihan dari tidur kembali ke sadar disebut sebagai postdormitium. Di dalam ilmu kedokteran ilmu yang mempelajari gangguan tidur disebut sebagai somnologie.
Manusia
Manusia menghabiskan sepertiga dari waktu hidupnya dengan tidur. Tidur bukan saja karena kelelahan tetapi juga karena kebiasaan dan pola hidup.[9]
Sebagai manusia, periode kehidupan kita terbagi menjadi dua: saat tidur dan saat terbangun. Kedua periode ini saling melengkapi satu sama lain, saling melengkapi dalam menyempurnakan proses-proses yang terjadi dalam tubuh kita.[10]
Selain itu faktor keamanan harus dibangun untuk mengatasi kemungkinan terjadinya kriminalitas ketika kita sedang tidur. Untuk itu selalu periksa keamanan rumah sebelum tidur.
Hewan
Dalam dunia hewan, tidur adalah hal yang umum. Walaupun begitu, ini tidak universal. Hewan darat misalnya tidur dengan menutup mata, sedangkan hewan laut belum dapat 100 persen dibuktikan, walau banyak yang mengganggap bahwa mereka juga tidur. Lumba-lumba atau paus bahkan [11] mengorok. Lumba-lumba misalnya tidur dengan satu bagian otak saja atau hemisphere, hal ini dikarenakan penyesuaian kebutuhan seekor lumba-lumba bernapas dalam air. Oleh sebab itu lumba-lumba tidak melalui fase tidur REM. Contoh lain misalnya singa laut dan anjing laut; mereka dapat tidur di darat maupun di laut. jika di darat mereka mengalami fase tidur yang sama seperti manusia, jika di laut mengalami fase tidur yang sama seperti lumba-lumba.
Saat ini, semua hewan bertulang belakang (lebih tepatnya bertulang rahang) dipercaya ilmuwan mengalami fase tidur yang sama seperti manusia (perkecualian: echidna). Burung juga menunjukkan tidur, walau tidak pasti apakah mereka tidur dengan menonaktifkan sebagian otak. Pada beberapa binatang lain seperti ular, kadal atau ikan sulit ilmuwan percaya mereka juga tidur. Penilaian dalam eksperimen menjadi semakin sulit ketika harus membedakan istirahat biasa suatu organisme dari keadaan tidur.
Tahapan Tidur
Pada dasarnya ada dua jenis tipe tahapan tidur yaitu pergerakan mata gesit atau rapid eye movement (REM) dan pergerakan mata kaku atau non-rapid eye movement (non-REM). Masing-masing terkait dengan gelombang otak dan aktivitas saraf tertentu. siklus REM dan non-REM terjadi beberapa kali dalam semalam selama kita tidur dengan periode REM yang semakin lama dan lebih dalam ketika menjelang pagi.[11]
Kekurangan tidur
Kekurangan tidur biasanya disebabkan karena begadang ataupun karena insomnia.
Beberapa akibat yang timbul akibat kurang tidur antara lain:
^Bingham R, Terrence S, Siegel J, Dyken ME, Czeisler C (February 2007). "Waking Up To Sleep". The Science Network. Diarsipkan dari versi asli(Several conference videos) tanggal 24 July 2011. Diakses tanggal 25 January 2008.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Randall DK (19 September 2012). "Book excerpt: How the lightbulb disrupted our sleeping patterns and changed the world". National Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 April 2019. Diakses tanggal 31 August 2016. "... the sudden introduction of bright nights during hours when it should be dark threw a wrench into a finely choreographed system of life.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Smith, Andrew P. Handbook of Human Performance. hlm. p.240.Pemeliharaan CS1: Teks tambahan (link)
^Morin, Charles M. Insomnia. hlm. p.28.Pemeliharaan CS1: Teks tambahan (link)
^"Daniel J. Gottlieb, et al. Association of Sleep Time With Diabetes Mellitus and Impaired Glucose Tolerance. Arch Intern Med. Vol. 165 No. 8 2005; 165: 863-867 PMID 15851636".
^Sleep deprivation effects on the activity of the hypothalamic-pituitary-adrenal and growth axes: potential clinical implications. Alexandros N. Vgontzas, George Mastorakos, Edward O. Bixler, Anthony Kales, Philip W. Gold & George P. Chrousos, published in Clinical Endocrinology, Volume 51 Issue 2 Page 205, August 1999