Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Tenun

Tenun
Salah satu kain tenun Nusantara yang berasal dari Lombok
JenisKain tenun
BahanSutra, Kapas, Emas, Perak
Tempat asalSumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara
PemanufakturIndonesia

Tenun adalah teknik dalam pembuatan kain yang dibuat dengan prinsip yang sederhana, yaitu dengan menggabungkan benang secara memanjang dan melintang.[1]

Dengan kata lain, bersilangnya antara benang lusi dan pakan secara bergantian.[1] Kain tenun biasanya terbuat dari serat kayu, kapas, sutra, dan lainnya.[2]

Sejarah

Kain tenun biasanya terbuat dari serat kayu, kapas, sutra, benang perak, benang emas dan lainnya. Para ahli antropologi menyatakan bahwa kegiatan menenun sudah ada sejak tahun 500SM, terutama di daerah Mesopotamia, Mesir, India, dan Turki.[3]

Keberadaan kain tenun tradisional Indonesia diperkirakan berkembang sejak masa Neolitikum (Prasejarah). Ini dibuktikan dengan ditemukannya benda-benda prasejarah prehistoris, seperti tenunan, alat untuk memintal, dan bahan yang terlihat jelas adanya tenunan pada kain yang terbuat dari kapas. Ditemukan lebih dari 3.000 tahun yang lalu pada situs Sumba Timur, Gunung Wingko, Yogyakarta, Gilimanuk, Melolo.[4]

Kain tenun dan tradisi menenun dengan alat tradisional merupakan pengetahuan turun-temurun dari nenek moyang ke generasi berikutnya hingga kini.

Ragam Tenun Nusantara

Pembuatan kain tenun ini umum dilakukan di Indonesia, khususnya di daerah Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara (NTT dan NTB).[1] Biasanya produksi kain tenun dibuat dalam skala rumah tangga.[1]

Beberapa daerah yang terkenal dengan produksi kain tenunnya adalah Sumatera Barat, Palembang, dan Jawa Barat.[1] Di Palembang ada dua kerajinan tenun yaitu Kain Tajung dan Songket, biasanya songket Palembang ditenun dengan menggunakan benang perak dan emas, sedangkan kain Tajung atau Sewet Tajung Gebeng ditenun dengan benang sutera, selain Palembang, penghasil tenun songket bisa ditemukan di Sumatera Barat, Sambas, Bali dll.[5]

Adapun kain tenun nusantara yang sangat populer adalah songket, jumputan dan tenun ikat.

Bali

Jawa

Kalimantan

Maluku

Nusa Tenggara

Sulawesi

Sumatera

Nilai Filosofis

Seni tenun berkaitan erat dengan sistem pengetahuan, budaya, kepercayaan, lingkungan alam, dan sistem organisasi sosial dalam masyarakat.[2] Karena kultur sosial dalam masyarakat beragam, maka seni tenun pada masing-masing daerah memiliki perbedaan.[2]

Seni tenun dalam masyarakat selalu bersifat partikular atau memiliki ciri khas, dan merupakan bagian dari representasi budaya masyarakat tersebut.[2] Kualitas tenunan biasanya dilihat dari mutu bahan, keindahan tata warna, motif, pola dan ragam hiasannya.[2]

Kain tenun nusantara yang sangat beragam dan sarat akan kearifan lokal tentu saja sangat berpotensi menjadi warisan budaya tak benda yang akan diakui dunia. Kain tenun tersebut dinilai sebagai simbol keragaman budaya karena setiap daerah memiliki motif, warna, dan filosofi yang berbeda-beda. Letak geografis dan kondisi alam masing-masing daerah pun dapat memengaruhi teknik pewarnaan kain tenun.

Hari Tenun Nasional

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menetapkan tanggal 7 September sebagai Hari Tenun dan Songket Nasional. Penetapannya memiliki landasan atau dasar hukum berupa Keputusan Presiden RI pada 16 Agustus 2021.

Ditetapkannya Hari Tenun Nasional pada tanggal 7 September berkaitan dengan sejarah diresmikannya Sekolah Tenun pertama di Indonesia, pada tanggal 7 September tahun 1929 oleh dr. Soetomo di Surabaya.

Galeri

Referensi

  1. ^ a b c d e "Pengertian tenun". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-06-02. Diakses tanggal 2014-06-02. 
  2. ^ a b c d e "Seni tenun". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-10. Diakses tanggal 2014-06-02. 
  3. ^ Schoeser, M., 2022. World textiles. Thames & Hudson.
  4. ^ Nuraini, S. and Falah, A.M., 2022. Eksistensi Kain Tenun di Era Modern. ATRAT: Jurnal Seni Rupa, 10(2), pp.162-169.
  5. ^ "Songket Palembang Warisan Budaya Takbenda Indonesia". 
  6. ^ Mulyadi, Ujang (2019-01-29). "MAHAKARYA DARI MINAHASA - Museum Nasional Indonesia". Diakses tanggal 2023-10-04. 
Kembali kehalaman sebelumnya