Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Tan Tiang Po

Tan Tiang Po, Letnan Cina
Lahir1846
Batavia, Hindia Belanda
Meninggal1912 (umur 65–66)
Batavia, Hindia Belanda
PekerjaanLetnan Cina, tuan tanah
Suami/istriLim Hong Nio
AnakTan Him Nio (anak)
Tan Liok Tiauw (anak)
Orang tua
KeluargaLim Soe Keng Sia (bapak mertua)
Khouw Yauw Kie, Kapitan Cina (menantu)
Tan Eng Goan, Mayor Cina (kakek mertua)
Loa Sek Hie (cucu menantu)

Tan Tiang Po, Letnan Cina (1846 – 1912), atau juga ditulis sebagai Tan Tjeng Po, dulu adalah seorang birokrat dan dermawan berlatar belakang Tionghoa Indonesia. Ia adalah tuan tanah dari tanah partikelir Batoe-Tjepper di Hindia Belanda.[1][2][3][4]

Latar belakang dan keluarga

Lahir pada tahun 1846 di Batavia (kini Jakarta), Tan berasal dari keluarga 'Cabang Atas'.[5] Ayahnya, Tan Kang Soeij (1827 – 1867), menjabat sebagai Letnan Cina Weltevreden dan menjadi anggota dari Dewan Cina (Kong Koan) Batavia mulai tahun 1860 hingga 1866.[5] Pejabat Cina adalah sebuah jabatan birokratik yang bergengsi di lingkungan pemerintah Hindia Belanda dengan otoritas administratif atas etnis Cina di Hindia Belanda.[6] Melalui ayahnya, Tan adalah cucu dari Tan Leng (1801 – 1851), yang menjadi bagian dari Ngo Ho Tjiang Kongsi.[7][8][5] Tan juga merupakan keponakan tiri dari Tan Kang Ie, Letnan Cina Bekasi (1847 – 1908).[5] Melalui ibunya, Tjie Tjan Nio, Tan adalah cucu dari Tjie Kim Louw, Letnan Cina (1801 – 1883), yang menjadi anggota dari Boedelmeester dan menjabat sebagai Sekretaris di Dewan Cina.[8][5]

Sekitar pertengahan dekade 1860-an di Batoe-Tjepper, Tan menikahi Lim Hong Nio, anak dari administrator Ngo Ho Tjiang, Lim Soe Keng Sia dan Tan Bit Nio.[5] Istri Tan adalah keturunan dari dua keluarga Cabang Atas paling terkemuka di Jawa, yakni sebagai cucu dari Lim Ke Tjang, Kapitan Cina Tegal di Jawa Tengah, dan Tan Eng Goan, Mayor Cina pertama Batavia.[5]

Keduanya dikaruniai dua orang anak, yakni Tan Him Nio (1868 – 1949), yang kemudian menikahi Khouw Yauw Kie, Kapitan Cina, dan Tan Liok Tiauw (1872 – 1947), yang kemudian menggantikan ayahnya sebagai tuan tanah Batoe-Tjepper.[5] Cucunya, Tan Pouw Nio, kemudian menikahi Loa Sek Hie.[5]

Pendidikan dan karir

Tan mendapat pendidikan Cina klasik tradisional dari tutor privat. Ia juga memiliki tutor asal Eropa yang mengajarinya bahasa Belanda dan memberinya sejumlah pendidikan Barat.[5][2][4] Sebagai anak dan cucu dari pejabat Cina, ia pun mendapat gelar ‘Sia’.[9]

Beberapa tahun setelah ayahnya mengakuisisi tanah partikelir Batoe-Tjepper di Tangerang pada tahun 1862, Tan Tiang Po Sia pindah ke sana sebagai administrator.[5][2][4] Ia tercatat telah menjadi administrator di sana sejak tahun 1865, dan tetap menjadi administrator setelah ayahnya meninggal pada tahun 1867, di bawah arahan dari ibunya, Tjie Tjan Nio, yang mewarisi tanah partikelir tersebut.[2][4]

Sebagai seorang tuan tanah, Tan sangat dihormati oleh masyarakat di sana karena kegiatan filantropinya yang sangat ekstensif.[1][3] Pada tahun 1870, ia disebut oleh koran Java-Bode sebagai kontributor signifikan untuk Palang Merah. Pada tahun 1874, ia juga mendirikan sebuah sekolah di Batoe-Tjepper untuk menyediakan pendidikan gratis bagi anak masyarakat miskin yang tinggal di tanah partikelirnya.[1][3]

Pada tahun 1877, Tan diangkat menjadi Letnan Cina Tangerang di bawah kepemimpinan Lim Tjong Hien, Kapitan Cina Tangerang.[10][5] Bersama pejabat Cina lain di Tangerang, pada tahun 1878, Tan menjadi pelindung dari Boen Tek Bio, klenteng tertua di sana, dan membantu membeli tempat pemakaman bagi klenteng tersebut.[11] Tan menjabat sebagai Letnan hingga tahun 1885, saat ia meminta dan akhirnya diberi pemberhentian dengan hormat.[12][5]

Pada tahun 1899, ia mendirikan N. V. Landbouw Tan Tiang Po untuk mengelola tanah partikelir milik keluarganya di Rawa Boeaja, Tanah Kodja, Pondok Kosambi, Minggoe Djawa dan kemudian erfpacht di Kapoek.[13][2][4] Sebagian besar tanah erfpacht di Kapoek yang dipegang oleh Tan adalah bagian dari tanah partikelir milik kakek mertuanya, yakni Mayor Tan Eng Goan.[6]

Tan Tiang Po akhirnya meninggal di Batavia pada tahun 1912.[14][15][2][4] Pers mencatat bahwa jenazahnya diangkut dengan mobil untuk dimakamkan di Batoe-Tjepper.[14] Sebagian besar tanah partikelir milik Tan kini menjadi bagian dari Bandara Internasional Soekarno–Hatta, sementara Pantai Indah Kapuk kini menempati tanah erfpacht milik N. V. Landbouw Tan Tiang Po di Kapoek.[2][4]

Referensi

  1. ^ a b c Thamrin, Mahandis Yoanata (29 April 2019). "Koran Kuno tentang Peran Tuan Tanah Cina dalam Pendidikan di Tangerang". National Geographic. National Geographic. Diakses tanggal 17 November 2021. 
  2. ^ a b c d e f g Noor, Muhamad Mulki Mulyadi; Zuhdi, Susanto (2020). "Conflict in Private Land: The Role of "Yellow Journalism" in the Turmoil of Batu Ceper, Tangerang 1934". Indonesian Historical Studies. 4 (2): 113–127. doi:10.14710/ihis.v4i2.8875alt=Dapat diakses gratis. Diakses tanggal 17 November 2021. 
  3. ^ a b c Thamrin, Mahandis Yoanata (1 February 2021). "Filantrop Tionghoa yang Terlupakan Zaman" (701). Intisari. Intisari. Diakses tanggal 17 November 2021. 
  4. ^ a b c d e f g Mulyadi, Mulki (September 2021). Petani dan Pergerakan Nasional. Keterlibatan Organisasi Tirtayasa dalam Peristiwa Batu Ceper 1934. Jakarta: Guepedia. ISBN 9786235541068. Diakses tanggal 17 November 2021. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m Haryono, Steve (2017). Perkawinan Strategis: Hubungan Keluarga Antara Opsir-opsir Tionghoa Dan 'Cabang Atas' Di Jawa Pada Abad Ke-19 Dan 20 (dalam bahasa Inggris). Utrecht: Steve Haryono. ISBN 978-90-90-30249-2. Diakses tanggal 17 November 2021. 
  6. ^ a b Lohanda, Mona (1996). The Kapitan Cina of Batavia, 1837-1942: A History of Chinese Establishment in Colonial Society (dalam bahasa Inggris). Jakarta: Djambatan. ISBN 978-979-428-257-1. Diakses tanggal 17 November 2021. 
  7. ^ N. V. Hap Sing Kong Sie (1915). Tambahsia. Suwatu Cerita yang Betul Sudah Kejadian di Betawi Antara Tahun 1851-1856 (edisi ke-1st). Semarang: N. V. Hap Sing Kong Sie. 
  8. ^ a b Chen, Menghong (2011). De Chinese gemeenschap van Batavia, 1843-1865: een onderzoek naar het Kong Koan-archief (dalam bahasa Belanda). Amsterdam: Amsterdam University Press. ISBN 978-90-8728-133-5. Diakses tanggal 17 November 2021. 
  9. ^ Blussé, Leonard; Chen, Menghong (1 January 2003). The Archives of the Kong Koan of Batavia (dalam bahasa Inggris). Leiden: Brill. ISBN 978-90-04-13157-6. Diakses tanggal 17 November 2021. 
  10. ^ "Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie". Bestuur over Vreemde Oosterlingen (dalam bahasa Belanda). 228 (26). Bruining. Bruining. 29 September 1877. Diakses tanggal 17 November 2021. 
  11. ^ "Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië". West-Java. Tangerang. Om Een Stuk Grond. Koopsom en schadeloosstelling. (dalam bahasa Belanda). 231 (44). NV Mij tot Expl. van Dagbladen. NV Mij tot Expl. van Dagbladen. 16 October 1939. Diakses tanggal 17 November 2021. 
  12. ^ "De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad". Benoemingen, enz. Inlandsch Bestuur (dalam bahasa Belanda). 251 (34). De Groot, Kolff & Co. De Groot, Kolff & Co. 17 October 1885. Diakses tanggal 17 November 2021. 
  13. ^ "Tan Tiang Po Landbouw". www.colonialbusinessindonesia.nl. Universiteit Leiden. Diakses tanggal 17 November 2021. 
  14. ^ a b "Practisch". Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië (Jaargang 17. Nummer 196). NV Mij tot Expl. van Dagbladen. 23 August 1912. Diakses tanggal 17 November 2021. 
  15. ^ De Indische gids (dalam bahasa Belanda). Batavia. 1912. Diakses tanggal 17 November 2021. 
Kembali kehalaman sebelumnya