Sulaiman bin Mihran al-A'masy (bahasa Arab: الأعمش, m. 147/148 H) adalah seorang ulama, periwayat hadis dan ahli ilmu Al-Qur'an di Kufah. Lakab yang diberikan kepadanya ialah Al-A'masy yang berarti buram penglihatannya. Sulaiman bin Mihran termasuk golongan tabiin masa akhir yang riwayat hadisnya tepercaya. Namun ia terkenal sering meriwayatkan hadis tanpa sanad khususnya bila ada periwayat yang dianggap lemah periwayatannya.
Guru utama dari Sulaiman bin Mihran adalah Anas bin Malik. Namun ia tidak meriwayatkan hadis langsung dari gurunya. Setelah mempelajari hadis dan menjadi ahli hadis, Sulaiman bin Mihran mengajarkan hadis kepada banyak murid di Kufah. Para ulama yang semasa hidup dengannya mengakui keahlian Sulaiman bin Mihran dalam persoalan tafsir Al-Qur'an, periwayatan hadis, dan ibadah.
Nasab dan lakab
Nama nasab untuk Sulaiman bin Mihran ialah Sulaiman bin Mihran Al-Asadiy Al-Kahiliy. Kunyah yang diberikan kepada Sulaiman bin Mihran adalah Abu Muhammad al-Asadi.[1] Ia memiliki lakab yaitu Al-A'masy.[2] Ahmad bin Hambal dalam periwayatan Abu Dawud menjelaskan bahwa Al-A'masy merupakan julukan umum yang diberikan oleh ulama kepada Sulaiman bin Mihran. Julukan Al-A'masy berarti yang buram penglihatannya. Tujuan pemberian julukannya sebagai cara untuk mengenali Sulaiman bin Mihran.
Kepribadian dan pendidikan
Menurut Ibnu Khallikan, Sulaiman bin Mihran merupakan seorang yang lemah lembut. Ia juga dikenal suka bercanda.
Sulaiman bin Mihran berguru kepada banyak ulama. Gurunya yang utama ialah Anas bin Malik. Namun Sulaiman bin Mihran tidak meriwayatkan hadis secara langsung dari Anas bin Malik. Selain itu, Sulaiman bin Mihran berguru kepada Abdullah bin Abi Aufa, Ibrahim An-Nakha'i, Abdullah bin Marrah, Mujahid bin Jabr, dan Abdul 'Aziz bin Rafi'.[butuh rujukan]
Pekerjaan
Sulaiman bin Mihran semasa hidupnya tinggal di Kufah.[5] Ia merupakan seorang ahli hadis. Dalam sanad, sebagian ulama menetapkan bahwa periwayatan dari Sulaiman bin Mihran merupakan salah satu yang paling kuat dari segi hafalan dan keadilan perawinya.[7]
Namun Sulaiman bin Mihran terkenal meriwayatkan hadis tanpa menyebutkan sanad jika ada periwayat yang periwayatannya dianggap lemah. Ibnu Hajar mengategorikan Sulaiman bin Mihran sebagai periwayat hadis tingkat kedua dan tingkat ketiga di dalam kitab An-Nukat.[8] Para ulama mutaqaddimin tidak menerima periwayatan hadis tanpa sanad dari Sulaiman bin Mihran kecuali jika ia menjelaskan tashrih penyimakannya dari gurunya.[butuh rujukan]
Pengajaran
Sulaiman bin Mihran merupakan guru yang memiliki banyak murid. Beberapa muridnya yang utama ialah Al-Hakim bin 'Utaibah, Abu Ishaq As-Sabi'i, Suhai bin Abi Shalih, Muhammad bin Wasi', Jarir bin Hazim, Abu Bakar bin Ayyash, Syaiban An-Nahwi, Abdullah bin Idris, Ibnul Mubarak, Isa bin Yunus, Fudhail bin 'Iyadh, Al-Khuraibi, Hasyim, Abu Syihab Al-Hanath, Abu Nu'aim, dan Abdullah bin Musa.[butuh rujukan]
Kematian
Ada dua pendapat yang menyatakan tahun kematian Sulaiman bin Mihran. Pendapat pertama menyatakan bahwa ia meninggal pada tahun 147 H. Pendapat kedua menyatakan bahwa ia meninggal pada tahun 148 H.[1]
Pengakuan terhadapnya
Dalam kesaksian Qasim bin Abdurrahman disebutkan bahwa Sulaiman bin Mihran merupakan orang yang paling mengetahui tentang ucapan Abdullah bin Mas’ud. Kemudian Yahya al-Qaththan menabahkan kesaksian bahwa Sulaiman bin Mihran merupakan orang yang paling pandai tentang Islam. Ibnu al-Madini memberikan kesaksian bahwa Sulaiman bin Mihran al-A'masy merupakan salah satu dari enam orang yang menjaga ilmu di antara umat Islam dari kalangan penduduk Kufah. Sulaiman bin Mihran diakui oleh Sufyan bin Uyainah sebagai orang yang paling pandai membaca Al-Qur’an, paling banyak menghapal hadis dan paling mengetahui tentang hukum waris. Sementara itu, Waki' bin al-Jarrah menyatakan bahwa Sulaiman bin Mihran hampir tidak pernah ketinggalan takbiratul ihram dalam salat berjamaah selama 70 tahun.[butuh rujukan]
Referensi
Catatan kaki
- ^ a b Supian, Aan. Zikri, M., ed. Etika Politik dan Pemerintahan Islam dalam Perspektif Hadis (PDF). Bengkulu: Penerbit CV. Zigie Utama. hlm. 99. ISBN 978-623-7558-09-5.
- ^ Sugiarto, F., dan Mustahiqurrahman. Hidayatulloh, S., dan Ahlan, ed. 50 Hadis Pilihan (Ulasan Singkat untuk Memahami Materi-materi Musabaqah Hifdz Al-Hadits Tingkat Provinsi ataupun Tingkat Nasional) (PDF). Bantul: Mata Kata Inspirasi. hlm. 58. ISBN 978-623-8435-62-3.
- ^ Channa AW., Liliek (Januari 2022). Hadis Tarbawi: Relevansi Hadis-Hadis Tarbawi dengan Teori Pendidikan Modern (PDF). Surabaya: Penerbit Nuwailah Ahsana. hlm. 49. ISBN 978-623-98150-2-8.
- ^ Darussamin, Zikri (November 2020). Zulkifli, ed. Kuliah Ilmu Hadis I (PDF). Sleman: Kalimedia. hlm. 133–134. ISBN 978-623-7885-03-0.
- ^ lihat Miizaanul-I’tidaal, 2/224
Daftar pustaka
- Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim (2014). Menyambut Buah Hati: Bekal Menyiapkan Anak Saleh pada Masa Golden Ages. Jakarta Timur: Ummul Qura.
- Al-Mishri, Mahmud (2011). Yasir, Muhammad, ed. Semua Ada Saatnya [Sa'atan Sa'atan]. Diterjemahkan oleh Somad, Abdul. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. ISBN 978-979-592-779-2.
Bibliografi
|
---|
Umum | |
---|
Perpustakaan nasional | |
---|
Lain-lain | |
---|