Soeroso Prawirohardjo
Prof. Dr. Soeroso Hadisoewarno Prawirohardjo, M.A. atau sering dipanggil dengan sebutan Pak Soeroso (16 Maret 1935 – 28 September 1989) adalah Rektor Universitas Gadjah Mada periode 1968 - 1973. Masa Kecil dan PendidikanSoeroso terlahir sebagai anak nomor empat dari tujuh bersaudara. Ayahnya, Hadisoewarno Prawirohardjo, meninggal sejak ia masih berumur 11 tahun. Semenjak itu sang ibu, Soeratmilah, yang tidak pernah mengeyam bangku sekolah bekerja sekuat tenaga untuk menghidupi Soeroso dan saudara-saudaranya. Soeroso menyelesaikan pendidikan dasar dan menengahnya di Yogyakarta, sedari SD (1948), SLP (1952), dan SLA (1955). Setamat sekolah lanjutan, Soeroso yang bercita-cita menjadi diplomat bekerja di Departemen Luar Negeri sambil menunggu peluang masuk Akademi Dinas Luar Negeri – yang ternyata tidak dibuka lagi.[1] Pada akhirnya, dengan berbekal beasiswa Ia untuk berkuliah di jurusan Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada. Gelar sarjana muda diraihnya pada 1960. Selang dua tahun, giliran ijazah Master of Arts diperolehnya dari departemen ilmu politik University of Pittsburgh. Selain itu, ia juga mengikuti sejumlah program non gelar di Institute of International Studies and Overseas Administration, University of Oregon dan Department of Political Sciences, University of Minnesota. Sementara, pendidikan tingkat doktoral baru dikejarnya tahun 1975 di University of Oxford. Di bawah bimbingan Indonesianis Leslie H. Palmier, ia merampungkan studinya 4 tahun kemudian dengan desertasi berjudul Gadjah Mada University Indonesia and the impact of political change with particular reference to the period 1965-1973 dan pulang dengan gelar doktor dalam ilmu politik.[2][3] KarierSoeroso memulai karirnya di UGM sebagai asisten di Fakultas Sosial dan Politik pada 1960. Sepulang dari studinya di Amerika, ia diangkat menjadi lektor muda dan selanjutnya berstatus lektor mulai tahun 1966. Sejak 10 November 1966, Soeroso menjadi dekan Fakultas Sosial dan Politik. Baru berusia 31 tahun, ia merupakan dekan termuda di fakultasnya. Jabatan ini ia emban hingga 28 September 1968, saat ia diangkat menjadi rektor UGM periode 1968-1973. Sejak 1972, Soeroso juga diangkat menjadi anggota MPR utusan Golongan Karya dari kelompok cendekiawan dan aktif hingga keberangkatannya ke Inggris untuk studi doktoral. Sepulang dari Inggris pada 1979, Soeroso menjadi staff ahli Menteri P dan K Dr. Daoed Joesoef. Setehun kemudian ia diangkat menjadi Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (BP3K). Salah satu prestasinya yang menonjol adalah pencanangan program wajib belajar. Bagaimanapun, pada 4 Januari 1984 Soeroso mengundurkan diri dari jabatannya karena berbeda konsep dan prinsip dengan menteri yang baru, Prof. Nugroho Notosusanto. Di tanggal yang sama dengan pengundurandirinya, Soeroso bersama dengan Mr. Soedarisman Poerwokoesumo, Madikin Wonohito, beserta Drs. Sukarto Kartoatmodjo, Joodkali Padmapuspita, Winotoparartho, dan Karkono Partokusumo mendirikan Yayasan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan "Panunggalan" - Lembaga Javanologi di Yogyakarta dan ditunjuk sebagai ketua. Lembaga Javanologi berfokus dalam pelestarian, pengkajian, dan perlindungan ilmu pengetahuan, filsafat, serta kebudayaan Jawa. Pada 1 Oktober 1985, Soeroso meraih jabatan akademik tertinggi sebagai Guru Besar UGM.[4][5][6] Pak Soeroso meninggal dunia pada 28 September 1989 karena sakit lever,[7] meninggalkan seorang istri dan tiga orang anak, serta dimakamkan di TPU Gunung Pule, Bantul, Yogyakarta.[8] Referensi
|