Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Situs Gunung Selendang


Situs Gunung Selendang adalah situs penguburan kubur tempayan (tajau) yang terdiri atas tulang belulang manusia, seperti bagian tungkai, fragmen pinggul, rahang, gigi, tengkorak, dan tulang berukuran lain yang sulit untuk dikenali. Situs ini ditemukan secara tidak sengaja pada bulan Mei tahun 2009, yaitu pada saat dilakukan pengerukan Bukit Selendang untuk mengurangi longsoran tanah ke jalan aspal dan guna membuka lahan pemukiman.[1]

Gunung Selendang berada di Bukit Selendang, Kecamatan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Situs ini berada di pinggir jalan raya Sanga-Sanga, Samarinda dengan kontur tanah yang tidak rata. Terdapat 53 kubur tempayan terbuat dari bahan stoneware.[1]

Sejarah awal

Penguburan tajau sekitar abad 17-18 Masehi. Usia penguburan tajau sudah mencapai usia 300 tahun. Masa 300 tahun lalu memang merupakan masa Kerajaan Kutai Kartanegara yang bertempat di Tenggarong, di tepi Sungai Mahakam. Pada masa itu, Kerajaan Kutai Kartanegara merupakan satu kerajaan besar berdaulat yang ada di bumi Kalimantan Timur.

Adat dan tradisi Suku Dayak saat itu melakukan penguburan dengan menggunakan wadah tajau yang besar yang mempengaruhi pola pikir dan budaya masyarakat Kutai Kartanegara di pinggiran. saat itu belum memeluk agama Islam. Tradisi budaya ini suda ada sejak nenek moyang mereka sebelum memeluk agama Islam, yaitu tradisi penguburan dengan menggunakan tajau sebagai wadah kuburnya.

Menurut Adham (1981), yang menyatukan beberapa naskah cerita tutur yang berisi kisah asal usul raja-raja Kutai menyebutkan; ada salah satu peristiwa mengenai penanganan jenazah sejumlah tokoh sejarah yang melibatkan benda produksi dari Cina, yaitu tajau. Saat itu Paduka Nira meninggal dan jenazahnya dimasukkan ke dalam tajau. Raja-raja berikutnya diceritakan bahwa pada saat meninggal selalu jenazahnya dimasukkan ke tajau dan ditaruh di candi. Hal tersebut terus berlangsung sampai dengan kedatangan mubaligh dari Sulawesi Selatan yang asalnya dari Sumatera Barat yaitu Datuk Tunggang Parangan dan Datuk Ri Bandang. Penguburan menggunakan tajau masih ada hingga abad ke-16. Tidak menutup kemungkinan bahwa meskipun raja sudah memeluk agama Islam, masih tada anggota yang tetap hidup dengan memeluk kepercayaan lama.[1]

Referensi

  1. ^ a b c Balai Pelestarian Cagar Budaya Samarinda Wilayah Kerja Kalimantan (2015). Profil Cagar Budaya Kalimantan. Samarinda: BPCB Samarinda. hlm. 1. 
Kembali kehalaman sebelumnya


Index: pl ar de en es fr it arz nl ja pt ceb sv uk vi war zh ru af ast az bg zh-min-nan bn be ca cs cy da et el eo eu fa gl ko hi hr id he ka la lv lt hu mk ms min no nn ce uz kk ro simple sk sl sr sh fi ta tt th tg azb tr ur zh-yue hy my ace als am an hyw ban bjn map-bms ba be-tarask bcl bpy bar bs br cv nv eml hif fo fy ga gd gu hak ha hsb io ig ilo ia ie os is jv kn ht ku ckb ky mrj lb lij li lmo mai mg ml zh-classical mr xmf mzn cdo mn nap new ne frr oc mhr or as pa pnb ps pms nds crh qu sa sah sco sq scn si sd szl su sw tl shn te bug vec vo wa wuu yi yo diq bat-smg zu lad kbd ang smn ab roa-rup frp arc gn av ay bh bi bo bxr cbk-zam co za dag ary se pdc dv dsb myv ext fur gv gag inh ki glk gan guw xal haw rw kbp pam csb kw km kv koi kg gom ks gcr lo lbe ltg lez nia ln jbo lg mt mi tw mwl mdf mnw nqo fj nah na nds-nl nrm nov om pi pag pap pfl pcd krc kaa ksh rm rue sm sat sc trv stq nso sn cu so srn kab roa-tara tet tpi to chr tum tk tyv udm ug vep fiu-vro vls wo xh zea ty ak bm ch ny ee ff got iu ik kl mad cr pih ami pwn pnt dz rmy rn sg st tn ss ti din chy ts kcg ve 
Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9