Rosneft (bahasa Rusia: Росне́фть, IPA: [rɐˈsʲnʲefʲtʲ]) adalah sebuah perusahaan minyak terintegrasi yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah Rusia. Rosneft berkantor pusat di distrik Balchug di Moskow, dekat Kremlin, di tepi sungai Moskwa. Rosneft menjadi perusahaan ekstraksi dan kilang minyak terkemuka di Rusia, setelah berhasil membeli aset Yukos. Pada bulan Maret 2013, Rosneft menjadi perusahaan minyakpublik terbesar di dunia, setelah berhasil membeli TNK-BP.[2][3]
Gambaran Umum
Rosneft melakukan aktivitas eksplorasi dan produksi minyak dan gas di Pulau Sakhalin, Siberia, Lapangan Timan-Pechora, dan juga di wilayah selatan Rusia, termasuk Chechnya. Rosneft memiliki dan mengoperasikan dua kilang, yakni di Tuapse, di Laut Hitam, yang berfokus mengolah minyak bergravitasi tinggi dari wilayah barat Siberia, serta di Komsomolsk-na-Amur, yang merupakan kilang minyak paling timur di Rusia. Kliang Komsomolsk diuntungkan dengan integrasi teknologinya dengan Nakhodkanefteprodukt, sementara Kilang Tuapse memiliki keuntungan di letaknya yang strategis, yakni di pesisir Laut Hitam dan juga integrasinya dengan Tuapsenefteprodukt. Rosneft juga memiliki perusahaan pemasaran, pengiriman minyak lewat laut (Arkhangelsknefteprodukt), dan juga pengiriman minyak lewat jaringan pipa. Hingga tanggal 29 Desember 2006, Rosneft tercatat memiliki harga pasar sebesar US$83,908 milliar.[4]
Pada kuartal pertama tahun 2009, pendapatan bersih Rosneft turun 20%, dari $2,56 milliar ke hanya $2,06 milliar, karena harga minyak bumi yang melemah.[5] 75,16% saham Rosneft dimiliki oleh pemerintah Rusia, dan BP memiliki 19,75% saham Rosneft, sementara sekitar 5% sisanya tidak dimiliki oleh siapapun.[6]
Rosneft didirikan pada tahun 1993, dengan memegang aset yg sebelumnya dipegang oleh Rosneftegaz, suksesor dari Kementerian Minyak dan Gas Uni Soviet. Pada awal dekade 1990an, Rosneft dipecah, untuk membentuk sepuluh perusahaan minyak dan kilang yang berdiri sendiri, tetapi tetap terintegrasi. Jumlah ini kemudian menyusut menjadi hanya lima, setelah adanya akuisisi di antara perusahaan-perusahaan tersebut. Pada tanggal 29 September 1995, sesuai Keputusan Pemerintah Rusia No. 971, Rosneft pun diubah menjadi perusahaan publik. Pada bulan Oktober 1998, Pemerintah Rusia menunjuk Sergey Bogdanchikov sebagai presiden baru Rosneft. Pada saat itu, Rosneft telah memiliki dua kilang minyak tua dan beberapa aset produksi minyak yang kurang produktif. Pada akhir dekade 1990an, sempat muncul wacana untuk memprivatisasi Rosneft, tetapi akhirnya dibatalkan karena adanya kompetisi dengan pretender yang sama kuatnya.
Pada tahun 2003, Rosneft memulai produksi minyak di Blok Aday di Provinsi Atyrau, Kazakhstan.
Pada tahun 2004, Rosneft berhasil meningkatkan produksi minyaknya dari 98,56 juta barel pada tahun 2001, ke 148,26 juta barel. Pada tahun yang sama, Rosneft juga setuju untuk bergabung dengan Gazprom, tetapi akhirnya dibatalkan pada bulan Mei 2005. Diduga, Bogdanchikov tidak ingin menempati jabatan yang lebih rendah di perusahaan hasil penggabungan tersebut.
Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. (January 2015)
Pembelian Yukos, 2004, dan 2007
Pada tahun 2004, pemerintah Rusia mengadakan serangkaian lelang untuk menjual aset-aset Yukos, Rosneft pun berhasil memenangkan sebagian besar lelang tersebut. Pada tanggal 22 Desember 2004, Rosneft resmi membeli Baikalfinansgrup, yang sebelumnya juga berhasil memenangkan lelang untuk salah satu aset Yukos, yakni Yuganskneftegaz (Yugansk) dengan harga $9,35 milliar.
Banyak yang beranggapan [siapa?] bahwa pembelian ini merupakan upaya nasionalisasi terhadap Yugansk.[7] Dengan pembelian ini, pada tahun 2005, Rosneft pun menjadi produsen minyak dan gas terbesar kedua di Rusia, dengan rata-rata produksi sebesar 1,69 juta barel per hari.
Pada bulan Maret 2007, Rosneft pun mengungkapkan harapannya untuk dapat meningkatkan produksi minyak, dari 80 juta ton pada tahun 2006, ke 103 juta ton pada akhir tahun 2007. Rosneft juga berharap dapat memproduksi 140 juta ton minyak pada tahun 2012, dan menjadi perusahaan minyak terbesar ketiga di dunia.[8]
Pada bulan Juni 2007, Rosneft membayar $731 juta untuk membeli aset transportasi milik Yukos, yang telah dinyatakan bangkrut pada bulan Agustus 2006, setelah menjalani tiga tahun peradilan mengenai tunggakan pajaknya.[9]
Pada bulan Agustus 2007, Bogdanchikov menyatakan bahwa walaupun akuisisi terhadap Yukos telah meningkatkan hutang Rosneft menjadi $26 milliar, ia berencana untuk mengurangi 30% diantaranya pada tahun 2010, dengan melakukan ekspansi ke Tiongkok dan meningkatkan kapasitas kilang hingga tiga kali lipat.[10]
Pada tanggal 14 Juli 2006, Rosneft mengadakan salah satu penawaran umum perdana terbesar dalam sejarah, dengan melepas hampir 15% sahamnya di MICEX-RTS dan Bursa Efek London. Tiap lembar saham dihargai sebesar $7,55, sehingga menjadikan Rosneft berharga total $79,8 milliar. Rosneft pun berhasil mengumpulkan $10,7 milliar dari pelepasan sahamnya ini. Hasil ini dapat dicapai antara lain berkat kesepakatan Rosneft dengan beberapa investor strategis, seperti BP, Petronas, dan CNPC, dimana ketiganya menginvestasikan hampir $2,6 milliar ke Rosneft melalui saham. Roman Abramovich, Vladimir Lisin, dan Oleg Deripaska juga masing-masing menginvestasikan lebih dari $1 milliar ke Rosneft melalui saham.
Kesepakatan dengan ExxonMobil mengenai Landas Benua Arktik
Pada tanggal 15 Januari 2011, Rosneft dan BP mengumumkan kesepakatannya untuk mengembangkan Lapangan East-Prinovozemelsky di Landas Benua Arktik, di antara Semenanjung Yamal dan Pulau Novaya Zemlya.[11] Sebagai bagian dari kesepakatan, Rosneft pun direncanakan mendapatkan 5% saham BP, yang bernilai sekitar $7,8 milliar, paling lambat pada bulan Januari 2011. Sebagai gantinya, BP juga direncanakan mendapatkan 9,5% saham Rosneft.[12] Berdasarkan kesepakatan tersebut, Rosneft dan BP juga akan mendirikan sebuah pusat teknologi Arktik di Rusia untuk mengembangkan teknologi dan merancang proses ekstraksi hidrokarbon yang aman.[13] AAR, yang merupakan mitra BP dalam mendirikan TNK-BP di Rusia pun mencoba membatalkan kesepakatan ini dengan melaporkannya ke mahkamah internasional. AAR berpendapat bahwa dengan kesepakatan ini, BP telah melanggar kontrak yang telah dibuatnya bersama AAR sebelumnya.[14][15] BP dan AAR sebelumnya memang telah menandatangani kesepakatan, yang diantaranya menyatakan bahwa TNK-BP akan menjadi mitra utama BP dalam hal investasi minyak dan gas di Rusia.[16] Pada tanggal 30 Agustus 2011, Rosneft akhirnya mengumumkan bahwa mitranya untuk ekstraksi migas di EPNZ-1, EPNZ-2, dan EPNZ-3 di Laut Kara, adalah ExxonMobil. Sebagai bagian dari kesepakatan, Rosneft juga dipersilahkan untuk mengeksplorasi minyak dan gas di Texas dan Teluk Meksiko.[17][18]
Kesepakatan dengan ExxonMobil mengenai Landas Benua Laut Hitam
Pada tanggal 27 Januari 2011, Rosneft dan ExxonMobil resmi menandatangani kesepakatan untuk mendirikan sebuah joint venture yang akan berfungsi untuk memetakan dan mengekstraksi minyak di area laut dalam Lapangan Tuapse, di landas benua Laut Hitam, di dekat pesisir Krasnodar Krai. Nilai kesepakatan ini tidak diketahui, tetapi ExxonMobil diharapkan dapat menginvestasikan $1 milliar di proyek ini. Pada fase pemetaan, kedua perusahaan ini akan memegang kepemilikan masing-masing 50%, sementara pada fase ekstraksi, Rosneft akan memegang kepemilikan sebesar 66,67%, dan ExxonMobil sisanya. Lapangan Tuapse diperkirakan mengandung 7,2 milliar barel setara minyak.[19] Kesepakatan ini juga menyediakan opsi untuk kerja sama tambahan, seperti eksplorasi dan produksi lanjutan, pengiriman minyak ke kilang Rosneft di Tuapse, pengembangan infrastruktur transportasi minyak, dan juga riset mengenai teknologi produksi minyak di lepas pantai.[20] Menurut analis, area lepas pantai memang merupakan fokus Rosneft dalam mengembangkan usahanya, Rosneft juga terus mencari mitra luar negeri untuk dapat membawa teknologi baru dan juga mengurangi risiko kerugian.[19]
Akuisisi terhadap TNK-BP
Pada tanggal 22 Oktober 2012, diumumkan bahwa Rosneft akan mengambil alih TNK-BP International, induk usaha dari TNK-BP Holding, yang merupakan perusahaan minyak terbesar ketiga di Rusia.[21] Sebagai bagian dari kesepakatan ini, BP pun menerima uang tunai sebesar $12,3 milliar dan 18,5% kepemilikan saham di Rosneft, sementara ARR menerima uang tunai sebesar $28 milliar.[22]CEO Rosneft, Igor Sechin juga menyatakan bahwa tidak ada masalah dalam membeli saham-saham minoritas di TNK-BP Holding.[23] Pembelian ini akhirnya selesai pada tanggal 20 Maret 2013.[2][3]
Referensi
^OJSC Rosneft Oil Company. "Top 20 Largest Oil & Gas Employers" (dalam bahasa Englisch). Diakses tanggal 11 April 2016.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)