Ratapan 5 (disingkat Rat 5) adalah bagian terakhir dari Kitab Ratapan dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di AlkitabKristen. Digubah oleh nabi Yeremia bin Hilkia, pada waktu dimulainya kepergian orang Yehuda dalam Pembuangan ke Babel pada zaman raja Zedekia dari Kerajaan Yehuda sekitar abad ke-7 SM.[1][2] Pasal ini berisi elegi nabi Yeremia sebagai suatu doa yang rendah hati, mempersembahkan kesengsaraan mereka yang besar pada Tuhan, Ratapan 5:1-15, mengakui dosa-dosa mereka, Ratapan 5:16-18, memohon pertolongan, Ratapan 5:19-22.[3] Merupakan bagian dari Ketuvim ("Tulisan").[4][5]
Berbeda dengan 4 pasal sebelumnya yang berbentuk akrostik, meskipun pasal ini terdiri dari 22 ayat (sama dengan jumlah huruf abjad Ibrani), tetapi tidak dijumpai urutan abjad apapun dalam huruf-huruf pertama setiap ayatnya. Selain itu baris-barisnya juga lebih pendek, meskipun masih lebih panjang dari kebanyakan puisi Ibrani, terdiri dari 12 suku kata, ditandai dengan sebuah cæsura hampir di tengah-tengah, yang membagi pasal ini menjadi dua bagian yang tidak sama besarnya.[3]
Berfungsi sebagai suatu epiphonema, atau rekapitulasi penutup dari bencana-bencana yang telah diutarakan pada pasal-pasal (atau elegi-elegi) sebelumnya.[3]
Pasal terakhir Kitab Ratapan ini pada sejumlah naskah bahasa Yunani kuno, pada Alkitab bahasa LatinVulgata, Alkitab bahasa Suryani dan bahasa Arab disebut: "Doa Yeremia" (the Prayer of Jeremiah),[6] menjadi sebuah doa syafaat yang dalamnya Yeremia mengakui bahwa sekalipun Allah bertanggung jawab atas penghukuman dan musibah Yerusalem, Dia masih akan mendengar seruan mereka, menerima pengakuan dosa mereka yang sungguh-sungguh, dan menanggapinya dengan pengampunan dan kemurahan.[7]
"Ingatlah": Pasal terakhir ini dibuka dengan suatu seruan kepada Tuhan untuk tidak mengabaikan permohonan-permohonan pada ratapan-ratapan sebelumnya (Ratapan 1:9, 11, 20; Ratapan 2:20; Ratapan 3:59–61)[13]
Ayat 21
Bawalah kami kembali kepada-Mu, ya TUHAN,
maka kami akan kembali,
baharuilah hari-hari kami seperti dahulu kala![14]
Kitab Ratapan diakhiri dengan doa yang mengungkapkan harapan akan kemurahan Allah. Ratapan mengajar kita untuk berseru kepada Allah di dalam situasi yang paling buruk, bahkan ketika berada di bawah hukuman-Nya.[7]
Dalam banyak naskah dan untuk penggunaan pada sinagoge, Ratapan 5:21 diulangi setelah Ratapan 5:22, sehingga pembacaan tidak berakhir dengan pernyataan yang menyedihkan. Praktik ini juga dilakukan pada ayat terakhir Kitab Yesaya, Kitab Pengkhotbah, dan Kitab Maleakhi.[17]
^VanderKam, James C. & Flint, Peter (2002). The Meaning of the Dead Sea Scrolls. New York: HarperSanFrancisco. hlm. 28.Pemeliharaan CS1: Menggunakan parameter penulis (link)
^ abThe New Oxford Annotated Bible with the Apocrypha, Augmented Third Edition, New Revised Standard Version, Indexed. Michael D. Coogan, Marc Brettler, Carol A. Newsom, Editors. Publisher: Oxford University Press, USA; 2007. pp. 1178-1179 Hebrew Bible. ISBN 978-0-19-528881-0