Program Penilaian Pelajar Internasional (Bahasa Inggris: Program for International Student Assessment, disingkat PISA) adalah studi penilaian tingkat internasional yang diselenggarakan oleh OECD untuk mengevaluasi sistem pendidikan di dunia dengan mengukur performa akademik pelajar sekolah berusia 15 tahun pada bidang matematika, sains, dan literasi membaca.[1] PISA pertama kali dilaksanakan pada tahun 2000, dan diselenggarakan setiap tiga tahun. Tujuannya adalah untuk menyediakan data yang dapat dibandingkan agar negara-negara dapat memperbaiki kebijakan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan mereka. Program penilaian ini mengukur kemampuan kognisi dan pemecahan masalah.[2]
Hasil PISA tahun 2022 dirilis pada bulan Desember 2023.[3]
Berdasarkan hasil PISA tahun 2022, skor Matematika Indonesia turun dari 379 ke 366. Skor Ilmu Sains Indonesia juga turun dari 396 ke 383. Tren yang sama juga terlihat dalam hasil tes literasi membaca, yang turun dari 371 ke 359.[4][5][6]
PISA bertujuan untuk menguji kompetensi literasi pelajar dalam tiga bidang: membaca, matematika, sains dalam skala yang ditentukan.[7]
Tes literasi matematika PISA menuntut pelajar untuk menggunakan pengetahuan matematika mereka dalam memecahkan masalah dengan konteks di dunia nyata. Untuk memecahkan masalah, pelajar harus menggunakan sejumlah kompetensi matematika serta berbagai pengetahuan tentang matematika. Selanjutnya, TIMSS menguji kemampuan pelajar terhadap materi-materi yang lebih tradisional seperti pemahaman mengenai pecahan dan desimal dan hubungan di antara keduanya. PISA mengklaim juga mengukur penerapan pendidikan untuk masalah kehidupan nyata dan pembelajaran seumur hidup.
Dalam tes membaca, "OECD/PISA tidak mengukur sejauh mana pelajar berusia 15 tahun dapat membaca dengan fasih atau seberapa kompeten mereka dalam tugas mengeja atau menguasai kosakata." Sebaliknya, mereka harus mampu "mengkonstruksi, memperluas, dan merenungkan makna dari apa yang mereka baca pada berbagai teks berkelanjutan dan tidak berkelanjutan."[8]
PISA juga menilai pelajar dalam bidang inovasi. Pada tahun 2012 dan 2015, selain membaca, matematika dan sains, pelajar juga diuji dalam pemecahan masalah kolaboratif. Pada tahun 2018, bidang inovasi tambahannya adalah kompetensi global.
Pelaksanaan
PISA disponsori, diatur, dan dikoordinasikan oleh OECD, tetapi pelaksanaannya dibiayai oleh negara-negara peserta.[butuh rujukan]
Hasil penilaian
Rangkuman hasil PISA 2018
Hasil PISA 2018 yang dipresentasikan pada 3 Desember 2019 menunjukkan data untuk sekitar 600.000 pelajar yang telah berpartisipasi dari 79 negara dan wilayah ekonomi. Wilayah ekonomi Tiongkok di Beijing, Shanghai, Jiangsu dan Zhejiang mempunyai kinerja terbaik di semua kategori. Namun, ini tidak mewakili performa keseluruhan di Tiongkok.[9] Hasil membaca untuk Spanyol tidak dirilis karena dianggap anomali.[10]
^"PISA 2022 Results". OECD. December 2023. Diarsipkan dari versi asli tanggal December 5, 2023. Diakses tanggal December 15, 2023.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Hefling, Kimberly (3 Desember 2013). "Asian nations dominate international test". Yahoo! News. Archived from the original on 2021-04-24. Diakses tanggal 3 Mei 2022.Pemeliharaan CS1: Url tak layak (link)
Rindermann, Heiner (2007). The g-factor of international cognitive ability comparisons: the homogeneity of results in PISA, TIMSS, PIRLS and IQ-tests across nations. European Journal of Personality, 21, 667-706 [1]Diarsipkan 2009-03-27 di Wayback Machine.
Weiss, Volkmar (2009). National IQ means transformed from PISA Scores. The Journal of Social, Political and Economic Studies, 34, 71-94 [2]
Wu, M.L. (2008). A Comparison of PISA and TIMSS 2003 achievement results in Mathematics. Paper presented at the AERA Annual Meeting, New York, March, 2008.
Armin von Bogdandy, Matthias Goldmann: The Exercise of International Public Authority through National Policy Assessment. The OECD’s PISA Policy as a Paradigm for a New International Standard Instrument. In: International Organizations Law Review 5, 241-298 (2008 (2009)), online available as NYU Institute for International Law and Justice Working PaperDiarsipkan 2011-03-22 di Wayback Machine..