Serial komedi penuh inspirasi Bahar (disapa “Kang Bahar”) yang sebenarnya hanya “preman kecil”, tetapi wilayahnya cukup luas, selain menjadi pelindung (backing) para pedagang kaki lima, juga menguasai sebuah pasar (Pasar Palasari) dan terminal bus (Terminal Cicaheum) di Kota Bandung. Kisah yang akan dituturkan dalam serial ini bukanlah perjalanan hidupnya sejak awal, walaupun dalam beberapa dialog terceritakan juga, melainkan kisah di masa tuanya ketika dia memutuskan untuk pensiun.
Masa lalu yang terceritakan dalam dialog adalah Bahar yang merantau dari Garut ke Bandung sekitar tahun 1972 ketika dia remaja, karena keluarganya di kampung sangat miskin. Di Kota Bandung, Bahar remaja mencari nafkah sebagai penjual tahu, leupeut, dan telur asin di bus sebelum keluar dari terminal.
Penghasilan Bahar kala itu tidaklah besar, hanya pas-pasan, cenderung minim. Walaupun begitu dia tetap menerima itu sebagai rezekinya. Tetapi yang tidak bisa dia terima adalah bahwa dia harus membayar pajak pada para preman. Bahar kemudian berpikir bahwa daripada dipungut “pajak” lebih baik dia yang memungut pajak.
Kemampuan beladiri yang dia pelajari karena tradisi di kampung dan tekad yang kemudian muncul untuk bertahan dan berjaya di perantauan, membuat dia kemudian nekat perlahan-lahan masuk jaringan premanisme yang menguasai terminal. Bermula dari hanya sekadar “receh”, lama kelamaan, tahun demi tahun, perlahan-lahan, Bahar kemudian mencapai puncak kekuasaan.
Sepuluh tahun pertama, Bahar hanya menjadi bagian dari pemegang kekuasaan sebuah jaringan premanisme, dua puluh tahun selebihnya, Bahar adalah pemegang kekuasaan yang mencengkram jalanan, pasar dan terminal.
Tangan kanannya adalah Muslihat, seorang maling amatir yang masuk ke rumahnya sekitar dua puluh tahun silam. Muslihat berhasil ditaklukkan hingga tidak sadarkan diri dan baru sadar tiga hari kemudian, di hadapan Bahar dan polisi. Setelah tahu bahwa Muslihat mencuri demi untuk membiayai ibunya masuk rumah sakit, Bahar meminta polisi untuk tidak memproses kasusnya secara hukum, mengakui Muslihat sebagai saudaranya dan persoalan akan diselesaikan secara kekeluargaan.
Lalu Muslihat diberi uang satu juta yang pada waktu itu merupakan jumlah yang cukup besar. Setelah seminggu, Muslihat kembali pada Bahar dengan uang yang masih utuh. Muslihat bermaksud mengembalikan uang itu, karena ketika Muslihat pulang ke kampung (di Samarang, Garut) dengan membawa uang, ibunya sudah terlanjur meninggal.
Bahar kemudian meminta Muslihat untuk bekerja padanya. Rasa hormat dan kepercayaan Muslihat terhadap Bahar, membuat mereka tidak terpisahkan hingga dua puluh tahun kemudian. Muslihat kemudian merekrut Komar di terminal, yang sebelumnya merupakan seorang pengamen yang ditolong oleh Muslihat dan bekerja kepadanya karena gitar kesayangan miliknya hilang.
Sementara itu, masa yang akan datang, copet kelas kakap seperti Junaedi merekrut dua orang sebagai partner yaitu Saep dan Ubed. Sementara anak buah Bahar semakin bertambah. Pemegang terminal, Jamal melakukan kekerasan di Dago. Kemudian dia digerebek oleh polisi, tetapi Bahar dan Muslihat membiarkan ia ditahan di penjara, hingga Jamal balas dendam pada Muslihat walaupun pada Bahar hanya setengah-setengah.[1]
Musim pertama
Setelah kematian istrinya, Bahar menyatakan pensiun menjadi preman. Pernyataan itupun hanya disampaikan kepada tangan kanannya, Muslihat. Alasan ia pensiun dikarenakan sebelum istrinya meninggal, istrinya berujar akan menunggunya di surga. Bahar lalu berpikir, bahwa kalau dia terus menjadi preman tidak mungkin akan sampai kesana.
Keputusan Bahar tidak bisa diterima oleh Muslihat. Sebab, pensiunnya Bahar akan menghancurkan kemapanan kekuasaan mereka, membuat kelompok-kelompok kecil dibawah mereka akan tercerai-berai, berdiri sendiri-sendiri. Secara bisnis, ini akan merugikan Muslihat yang hanya jadi tangan kanan Bahar dan tidak memiliki kelompok.
Pensiunnya Bahar yang tidak diumumkan itu, dimanfaatkan oleh Muslihat untuk mengambil alih kekuasaan dan jatahnya untuk dirinya. Sampai kemudian tindakannya itu semua terungkap dan menimbulkan konflik. Jamal memberontak pada Muslihat dan Komar selalu menggoda pedagang Wanita di Pasar. Kemudian, Bahar turun kembali untuk membereskan situasi tersebut ketika Jamal melakukan keresahan dengan memaksa orang-orang kampung untuk menjual tanah pada pemilik apartemen. Kemudian Muslihat menerima perintah dari Bahar dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, untuk menyerahkan Jamal kepada polisi, hingga akhirnya Jamal Dan Copet Saep ditahan.
Musim kedua
Muslihat nasibnya mulai berubah, lebih makmur dan sejahtera setelah menggantikan posisi Bahar. Ia sekarang sudah bisa membelikan segala keperluan rumah tangganya. Beda halnya dengan Komar yang masih sulit untuk membahagiakan istri dan anaknya.
Sementara Bahar hanya menikmati masa pensiunnya di rumah bersama Amin dan Imas, karena Kinanti bekerja dan pindah ke Jakarta. Bagi Bahar, keluarga adalah yang terpenting setelah ia resmi mengundurkan diri sebagai pimpinan preman.
Jamal bebas dari penjara, kebebasannya menimbulkan konflik baru bagi Muslihat dan anak-anak buahnya. Jamal berencana untuk balas dendam dengan mengatur Jupri masuk kembali menjadi anak buah Muslihat. Jamal sangat ambisius untuk menggeser posisi Muslihat. Disisi lain, Saep pun juga bebas dari penjara dan merekrut Arman, Enang, dan Putri sebagai anak buah copet. Walaupun begitu, Saep tetap memiliki halangan ketika sedang mencopet seperti malu bertemu Ubed yang telah insyaf, hasil ditodong, dan dompet yang dicuri berasal dari orang-orang dekat Bahar.
Memasuki bulan Ramadhan, Bahar merasa gembira atas kedatangan cucu-cucu dan menantunya, kemudian Bahar wafat. Dari semua anak perempuan Bahar, hanya Kinanti yang belum memiliki pasangan. Kinanti memang belum menikah, salah satu alasannya karena status Bahar adalah seorang mantan bos preman. Kinanti mencari tahu kisah tentang ayahnya melalui Muslihat dan beberapa narasumber lainnya.
Kisah Preman Pensiun pada musim kedua ini juga dibumbui komedi antara Murad dan Pipit, konflik rumah tangga Komar yang tiada hentinya, serta kisah Ubed yang sedih karena cintanya pada Dewi bertepuk sebelah tangan, karena Dewi sudah punya pacar baru. Ubed pun pindah profesi dari pedagang cilok menjadi pedagang kolak, sementara Saep tetap konsisten menjadi copet walaupun sudah memasuki bulan Ramadhan.
FTV (Preman Pensiun: Sang Juara)
Menjelang hari kemerdekaan Republik Indonesia, Muslihat ikut merayakan dengan memasang bendera merah putih dirumahnya, seperti warga lainnya. Tapi ada yang beda dengan hari kemerdekaan kali ini. Muslihat sudah merdeka dari bisnis lamanya alias pensiun sebagai bos preman. Sekarang Muslihat mau memulai bisnis baru, yaitu berjualan kicimpring. Niat Muslihat sudah bulat, sampai-sampai ia berguru ke Mang Karta yang sudah sangat lama berkecimpung di usaha kicimpring.
Esih pun mendukung niat baiknya, sekarang mereka mulai hidup hemat dan mengurangi pengeluaran untuk modal usaha. Sayangnya Ceu Edoh harus berhenti bekerja dirumah Muslihat, karena Muslihat tidak mampu membayar jasanya lagi. Ceu Edoh galau, ia juga membutuhkan pekerjaan untuk menghidupi keluarganya. Esih pun menjadi tidak tega melihat kondisi Ceu Edoh.
Kabar pensiunnya Muslihat sampai ke telinga Bobby dan Baba. Bobby mengajak Baba kembali menodong untuk mencari pemasukan. Sekarang tidak ada Muslihat yang bakal mengganggu ‘bisnis jahat’ mereka lagi. Disisi lain, Bohim datang ke terminal untuk bertemu teman lamanya dan rindu dengan suasana terminal. Bohim tidak betah bekerja ditempat sablon dan ingin balik lagi ke terminal.
Lain halnya dengan Iwan, yang konsisten dengan cita-citanya sebagai petinju profesional. Kali ini Iwan ikut pertandingan tinju untuk Pekan Olahraga Daerah (Porda) nanti. Iwan ingin mengundang Yuyun untuk hadir ke pertandingannya. Sayangnya, Ayahnya Yuyun tidak suka Iwan berhubungan dengan Yuyun. Iwan pun menjadi patah hati dan hilang semangat selama latihan tinju. Untungnya ada Ujang, Jupri, dan Joni yang selalu mendukung dan membantu Iwan selama persiapan. Ujang bahkan meminta tolong Muslihat untuk mengajak seluruh anak buahnya datang ke pertandingan Iwan.
Semangat yang sama juga ditularkan Muslihat kepada generasi muda penerus sepak bola. Kang Mus mampir ke Stadion Persib untuk bertemu Djajang Nurjaman, pelatih Persib Bandung. Disana Djajang bercerita banyak ke Muslihat seputar pemain sepak bola Indonesia yang saat ini kualitasnya semakin menurun. Karena itu, Muslihat mengajak Djajang untuk melatih anak-anak ditempat Muslihat. Kedatangan Djajang semakin ‘membakar’ semangat para anak-anak yang latihan untuk menjadi juara sepak bola.
Lain lagi dengan Saep, sang juara copet. Kini dia punya anak buah baru bernama Voni yang sedang dilatih untuk menjadi pencopet yang handal. Lokasi training kali ini adalah Pasar Palasari, beberapa pembeli jadi korban Voni. Ditambah lagi keamanan pasar yang lengah, makin membuat Voni leluasa menggasak dompet para pembeli. Nasib pasar dan bisnis lama Muslihat, yang sudah lama tidak terurus semenjak pensiunnya Muslihat.
Cerita ini semakin seru dengan bumbu-bumbu asmara antara Ubed, Dewi, dan Diza. Ditambah lagi bisnis kicimpring milik Muslihat yang siap masuk pasar dengan nama merk “Kicimpring Kang Mus, Juaranya Kicimpring”.
Musim ketiga
Setelah pensiun, Muslihat semakin tekun dalam bisnis kicimpring. Ditambah lagi Esih, Emak, dan Ceu Edoh bekerja sama menjadi satu tim dalam proses pengolahannya. Jamal perlahan-lahan mulai menguasai dunia preman yang ditinggalkan oleh Muslihat. Dengan berbagai trik kotor, Jamal berusaha menjatuhkan para pengganti Muslihat yakni Dikdik dipasar, Gobang diterminal, serta Murad dan Pipit dijalanan.
Sementara itu Kinanti berencana untuk pindah ke Jakarta dan Imas juga diajak pindah untuk bekerja dengan Kirani. Hal ini menyebabkan rencana pernikahan Imas dan Dikdik terancam. Disisi lain, kisah cinta segitiga antara Dewi, Ubed, dan Diza semakin rumit, sementara Saep tetap konsisten sebagai copet bahkan dia mempunyai dua anak buah baru yang cantik-cantik. Sementara mantan anak buah Muslihat yang lainnya sibuk dengan pekerjaan baru dan percintaan mereka.
FTV (Preman Pensiun: Paket Untuk Mengenang Kang Bahar)
Opik meminta tolong Rojak untuk menemaninya mengantar paket ke Bandung. Setelah pensiun Dikdik belum mendapat pekerjaan tetap, ia kembali ke pekerjaan lama sebagai penagih hutang bersama Murad dan Pipit. Selama perjalanan Opik dan Rojak mengobrol tetapi saat sampai di Kota Bandung mobil Opik mogok dan mereka bertengkar.
Setelah tiga tahun, bisnis kicimpring Muslihat mulai mengalami masalah. Penjualannya kini kian menurun. Muslihat juga menghadapi masalah baru saat Safira, anak perempuan satu-satunya, sudah tumbuh remaja dan mulai didatangi seorang lelaki. Masalah lebih besar kemudian muncul, ketika ada masalah diantara mantan anak buahnya.
Musim keempat
Muslihat sedang bingung karena bisnis kicimpringnya mulai mengalami penurunan, sedangkan Safira (anaknya Muslihat) ingin masuk ke universitas.
Bubun ditangkap polisi saat ada razia, karena menggunakan sepeda motor tanpa surat–surat yang lengkap, sedangkan Bubun juga masih punya hutang pinjaman uang sebesar 30 juta dari Silvia, tapi Willy kebingungan soal hutangnya Bubun, karena Willy yang bertanggung jawab mengenai bunganya ke Silvia (karena Silvia sendiri memang tahunya Willy yang minjam uangnya secara langsung), sementara itu Bubun sedang dipenjara.
Cecep kembali menguasai terminal untuk menggantikan Bubun dan banyak anak buah terminal yang tidak terima atas kehadiran Cecep (terutama Toni yang sementara dimandatkan oleh Bubun sebagai pemimpin bonekanya saat Bubun masih dipenjara (boss kecil)). Murad dan Pipit mengalami masalah pertemanan karena Murad ingin tinggal di desa dan menjadi petani, Pipit marah dan tidak ingin bertemu lagi dengan Murad.
Karier Saep sebagai copet juga semakin berkembang. Ia memiliki anak buah baru, yaitu Mira dan Gugum. Namun, aksi mereka sering diketahui sehingga mereka berdua berusaha untuk berhenti menjadi copet. Sayangnya, Saep sering menggagalkan usaha mereka untuk berhenti menjadi copet dengan mengancam mereka dan menyebarkan poster bahaya copet dengan foto Gugum dan Mira diseluruh Kota Bandung. Saep juga mencari anak buah baru, yaitu Renita dan Nina. Pada akhirnya, hanya Mira yang berhasil keluar dari copet berkat bantuan dari Cecep yang merupakan saudaranya.
Bisnis kicimpringnya Muslihat juga mulai mengalami peningkatan sejak datangnya Serena, seorang wanita muda yang berniat membantu penjualan kicimpring Muslihat dan juga resmi berganti nama produk menjadi “Kicimpring Family”. Ternyata, Serena adalah teman dari Silvia, orang yang meminjamkan uangnya kepada Bubun. Silvia ikut untuk melakukan Investasi pada bisnis Kicimpring Family milik Muslihat, karena kepercayaan kepada sahabatnya yaitu Serena, yang juga membantu pada promosi dan penjualan Kicimpring Family.
Dalam beberapa episode juga diceritakan bahwa bisnis peminjaman uang Silvia menemukan masalah. Dari mulai hutang Bubun yang tak kunjung lunas sampai penipuan yang dilakukan Darsa yang juga melibatkan Murad. Penipuan terhadap Murad berusaha diselesaikan oleh Taslim dan Mawar, keponakan Murad dan Pipit yang juga memegang pasar meski pada akhirnya gagal dan diselesaikan oleh preman terminal.
Masalah juga terjadi diterminal. Beberapa mantan anak buah Bubun tidak setuju Cecep kembali. Mereka pun menyusun siasat agar Cecep bisa pergi dari terminal. Toni, Deni, Boris, Encuy, dan Aloy berkhianat dan bekerjasama dengan Bubun untuk mengusir Cecep dengan meminta bantuan kepada Darman. Lain halnya dengan Willy, Boy, dan beberapa anak buah lainnya yang masih mendapatkan kepercayaan dari Cecep (seperti Otang, Iding, Aos, Jack, Emen dan Acay). Hingga akhirnya dengan adanya tekanan dan teror dari anak buahnya, Cecep pergi dari terminal dan memberikan kepercayaan kepada Willy untuk menjadi supervisor, dan pada akhirnya Wily yang memegang tanggung jawab diterminal. Namun, masih ada yang tidak setuju dan iri dengan kepemimpinan Willy, salah satunya adalah Boy yang merupakan saudara Cecep dan juga merupakan biang dari masalah konflik diterminal. dan ternyata Boy juga diam-diam bekerjasama dengan Toni untuk menyingkirkan Willy.
FTV (Preman Pensiun: Kesempatan Kedua)
Bubun yang baru saja keluar dari penjara, datang bersama anak buahnya ke Terminal Cicaheum. Dia ingin merebut kembali posisinya jadi penguasa terminal. Willy yang sempat menjadi penguasa terminal yang telah menggantikan Cecep, sudah menunggu Bubun dengan para anak buahnya yang setia. Namun, Bubun bukan tandingan yang sepadan bagi Willy dan para anak buahnya. Dalam beberapa pukulan dan tendangan saja, Bubun berhasil mengalahkan Willy dan para anak buahnya.
Pada episode ini juga Firmansyah Pitra (Pipit) sedang sakit dan dirawat dirumah sakit. Ujang, Cecep dan keponakannya Mawardi (Mawar) pun menemani dirinya selama dirumah sakit. Pipit Sempat dinyatakan meninggal tetapi hanya 4 menit, kemudian selang beberapa minggu Pipit boleh dipulangkan kerumahnya. Pipit dan para mantan preman lainnya seperti Muslihat, Murad, Cecep, Ujang, Mang Uu, Bohim, Joni dan Jupri (termasuk preman pasar seperti Taslim, Mawardi dan Ajun) berkumpul di Markas Besar. Pipit mengatakan ke semuanya jika ia tidak jadi meninggal karena ia masih diberi "Kesempatan Kedua" untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi dikemudian hari.
Musim kelima
Muslihat meminta bisnis Kicimpring Family diperbesar dan diperbanyak keuntungannya. Hal itu didukung dengan keputusan Silvia yang ingin menambah investasinya diusaha kicimpring milik Muslihat. Dari ide Serena, akhirnya selain Kicimpring, Produk Kicimpring Family menambahkan varian produk ranginang dengan nama “Ranginang Family” untuk memperbanyak dan memperbesar keuntungan. Muslihat merasa sudah terlalu tua untuk tetap memimpin usaha kicimpringnya, kemudian ia menyerahkannya kepada Ujang.
Ujang sebetulnya tidak siap, tapi masalahnya, siap tidak siap, Ujang harus siap. Ujang kemudian bergantung pada Serena untuk urusan promosi dan penjualan, karena dia hanya mengerti soal produksi. Masalah berikutnya muncul karena Serena memendam rasa pada Ujang, lagi pula Serena yang tidak mengetahui bahwa Ujang sudah punya seorang istri dan anak. Diakhir cerita, Muslihat juga mengajak sejumlah anak buahnya untuk keliling Kota Bandung. Dia mengajak anak buahnya menghadap sebuah masjid agar merefleksikan kehidupan.
Sedangkan diterminal terjadi perebutan kekuasaan. Bubun yang sudah mendapat kembali kekuasaan diterminal atas bantuan Darman, dengan imbalan Darman mendapatkan bagian dari hasil terminal. Namun ternyata Bubun tidak bisa memberikan bagian itu kepada Darman karena uangnya dipakai untuk membeli sepeda motor, sehingga membuat Darman murka. Sedangkan Toni dan Boris yang merasa marah dan sakit hati karena diperlakukan tidak baik dan dianggap tidak berguna oleh Bubun dan mereka memilih keluar dari terminal. Toni lalu menggalang kekuatan dari para mantan anak buah Bubun dan Willy yang juga sudah di tendang dari terminal. Untuk menggeser Bubun dengan meminta bantuan Darman, yang juga mempunyai dendam kepada Bubun karena mengkhianati perjanjian pembayaran setoran kepadanya.
Disisi lain Willy yang masih dikejar-kejar oleh Silvia akibat hutang Bubun, Willy memilih bersembunyi di desa dirumah Pamannya. Silvia meminta bantuan Darman untuk mencari Willy, tetapi sulit untuk ditemukan. Selain itu Silvia berencana akan menambah investasi pada bisnis Kicimpring Family milik Muslihat dengan catatan uang dari hutang Willy harus dibayarkan, hal itu disampaikan kepada Ujang yang diketahui oleh Cecep. Cecep yang mengenal Willy akhirnya membantu Wily terhadap soal penagihan hutang Bubun. Bubun yang didesak masalah oleh Toni dengan perlindungan (backup) Darman dan penagihan hutang Willy yang dibantu Cecep, akhirnya menjual sepeda motornya dan juga meminta bantuan Edi Stanzah S.kus (Bang Edi) yang merupakan Bos jalanan yang baru dengan imbalan Edi akan menempatkan anak buahnya diterminal dan mendapat hasil dari terminal. Akhirnya Bubun berhasil membayar hutangnya kepada Silvia melalui Willy.
Edi Stanzah S.Kus (Bang Edi) yang merupakan bos pemegang kekuasaan jalanan yang baru setelah kekuasaan jalanan ditinggal oleh anak buah kang Mus dan juga berencana akan mencalonkan diri menjadi Anggota Dewan merasa perlu untuk menambah pendapatannya, akhirnya Edi menghianati Bubun dengan membayar orang suruhan (kelompok Remon) untuk menghabisi Bubun dengan tujuan menguasai terminal, disisi lain Darman pun mencari Bubun karena dendamnya dan atas suruhan Toni, yang juga dendam terhadap Bubun dan berjanji akan bagi hasil dengan Darman. Saat Bubun masuk Rumah Sakit akibat dikeroyok oleh orang suruhan Edi dan terminal sudah dikuasai oleh anak buah Edi, Darman muncul dan mengambil alih terminal untuk diberikan kepada Toni (“Barisan Sakit Hati”), tidak berselang lama Bubun yang sudah keluar dari Rumah Sakit, mencari Toni untuk diancam agar tidak kembali ke terminal, karena terminal kosong Darman pun berhasrat untuk menguasai terminal. Namun Darman mempunyai masalah lain yaitu Edi membayar orang suruhan (yang sama saat menghajar Bubun) untuk menghabisi Darman, akhirnya Darman lebih fokus kepada masalah itu dan pembalasan kepada Bubun dibandingkan menguasai terminal. Disaat ketidakjelasan penguasaan terminal, Cecep yang merasa tidak rela jika terminal hanya dikuasai oleh orang-orang yang akan haus kekuasaan. Akhirnya meminta Willy yang baru kembali dari Desa dan Encuy yang terusir dari terminal akibat perebutan kekuasaan, untuk kembali kerja diterminal. Dengan tujuannya Cecep, yang hanya ingin terminal diisi oleh orang-orang yang benar-benar ingin mencari uang dan nafkah.
Disisi lain anak buah Edi (Agus dan Yayat) dijalanan bentrok dengan Taslim, keponakan Murad yang menguasai pasar bersama Mawardi, keponakan Pipit. Karena sudah terlanjur mengalami bentrokan dengan pasar dan juga Edi butuh pemasukan tambahan untuk pencalonan dirinya menjadi anggota dewan. Akhirnya Edi memutuskan untuk menguasai pasar juga. Edi memutuskan untuk memerintahkan anak buahnya membawa pasukan ke pasar dan mengeroyok Taslim sehingga Taslim dilarikan kerumah sakit, mendengar keponakannya dikeroyok orang, Murad menjadi sangat marah dan berniat akan membalas dendam kepada orang yang mengeroyok Taslim. Ujang dan Cecep berniat akan membantu Murad, tetapi terkendala oleh perintah Muslihat yang menyuruhnya untuk pensiun dan fokus kepada bisnis barunya. Pada akhirnya Murad hanya beraksi sendiri untuk mengusir anak buah Edi yang menguasai pasar. Setelah itu ia dibantu oleh Taslim untuk pergi menuju markas mereka untuk membuat perhitungan. Namun Murad yang sudah terlanjur memendam amarah langsung mengalahkan semua anak buah Edi yang berada dimarkas dan pada akhirnya semua anak buah Edi melarikan diri, karena sudah tidak ada lagi yang berani menghadapi Murad. Akhirnya pasar kembali ketangan Taslim dan Mawardi.
Dalam episode ini juga Pipit diceritakan meninggal dunia akibat serangan jantung dan komplikasi penyakit lainnya (Pemeran Pipit yaitu Ica Naga meninggal saat proses produksi berlangsung).
Saep masih terus beraksi sebagai copet dengan kelompok ABC-nya (alias Akademi of Bandung Copet atau PT Aksi Begerak Cepat). Saep lalu merekrut anggota baru yaitu Marina, Risa, Mulyadi, dan lain-lain. Mira yang merupakan mantan anak buah Saep yang baru diterima bekerja di cafe yang dipimpin oleh Junaedi. Junaedi berperan sebagai Manajer Operasional Cafe dan juga mantan rekan Saep dalam dunia percopetan. Mira dan Junaedi akhirnya mengetahui latar belakang masing-masing dan berusaha untuk menghentikan Saep dengan membuat ABC tandingan yaitu Aksi Berantas Copet. Junaedi mengirim mata-mata yaitu anak magang di cafenya bernama Amy untuk menjadi copet dengan dibantu Risa yang ternyata pernah melamar juga ke cafe namun belum diterima. Namun Amy ketahuan oleh Saep dan diancam oleh Saep apabila membocorkan rahasianya kepada Junaedi dan menyuruh Amy untuk menjadi pencopet sejati dengan menyuruh untuk resign dari cafe.
FTV (Preman Pensiun: Kembali Ke Fitri)
Muslihat sudah kembali ke kampung halamannya di Samarang, Garut ia berencana merenovasi masjid disana dan membuatnya menjadi lebih bagus dan lebih besar. Usaha kicimpring sudah jauh lebih maju semenjak dipegang oleh Ujang yang dibantu oleh Serena. Dibalik usaha kicimpring yang sukses, Ujang terjerat masalah asmara.
FTV (Preman Pensiun: Manusia Merdeka)
Adrenalin, perempuan cantik seksi, perwakilan developer Jakarta yang bermaksud akan membangun kawasan wisata. Demi rencana tersebut 50 hektar tanah pertanian harus dibebaskan. Sebagian besar pemilik tanah dan penduduk (buruh tani) keberatan. Andrenalin kemudian melibatkan para calo yang melakukan tindakan premanisme. Pemilik tanah dan penduduk, dengan bantuan Muslihat, dalam situasi agustusan melakukan perlawanan.
FTV (Preman Pensiun: Menunggu Senja)
Muslihat yang saat ini berada di Samarang, Garut akan kembali membantu tetangganya dikampung yang terlilit hutang rentenir. Untuk melawan rentenir tersebut, Muslihat meminta bantuan dari Cecep dan Murad.
Musim keenam
Kisah seorang mantan preman bernama Muslihat yang memutuskan pensiun dari dunia preman yang membesarkan nama dirinya dan kembali ke Kota Bandung. Muslihat dan para mantan anak buahnya harus menghadapi Edi yang haus akan ambisi kekuasaan dan mulai bergerak untuk menguasai jalanan, pasar, dan terminal yang dulunya bekas kekuasaan Bahar.
Musim ketujuh
Setelah membunuh Dikdik dan mendekam di sel tahanan, Gobang hadir kembali dan siap bertemu dengan Muslihat serta rekan dan mantan anak buahnya.
Disisi lain, Edi kembali merebut bekas kekuasaan Kang Bahar (seperti jalanan, pasar, dan terminal) dengan cara membayar preman bayaran yang baru untuk menghabisi para pelindung (backingan) orang-orang yang bekerja dibekas kekuasaan Kang Bahar.
Musim kedelapan
Misi Edi ternyata masih berlanjut untuk merebut jalanan, terminal, dan pasar! Salam olahraga lagi antara orang suruhan Edi sama kang Cecep dan kawan-kawannya. Apakah Murad bakal lanjut balas orang yang mengeroyok Ajun? Bagaimana kelanjutan percintaan Safira dengan Roy?
Pemeran
Didi Petet sebagai Kang Bahar (Mantan Boss Preman Bandung)
Epy Kusnandar sebagai Muslihat(Kang Mus)[af] (Tangan Kanan kang Bahar/Mantan Boss Preman/Pengusaha "Kicimpring Family")
Fajar Khuto sebagai Ujang Rambo (Anak Buah Kang Mus/Mantan Anak Buah Jamal/Mantan Preman Jalanan/Pegawai "Kicimpring Family")
Mat Drajat sebagai Komar (Anak Buah Kang Mus/Mantan Pengawas Preman Pasar/Pengusaha Kue Balok)
Ikang Sulung sebagai Jamal (Anak Buah Kang Mus Yang Berkhianat)
Roy Chunonk sebagai Maman Suherman (Preman kelompok Kang Bahar/Preman Jalanan)
Sindy Lasmana sebagai Kinasih (Anak Kang Bahar/Istri Dari Dokter Bakti)
Enco Ruhayat sebagai Darman (Mantan Preman Bayaran/Montir Bengkel Mobil)
Josalim sebagai Darsa (Penipu)
Ovita Vivi Yuniar sebagai Renita (Anak Buah Saep/Copet)
Kania Dewi sebagai Intan (Penipu Suruhan Toni)
Aulia Yasmin sebagai Yasmin (Sepupu Serena)
Ghina Kamilla sebagai Risa (Mantan Anak Buah Boss Saep)
Regina Alya sebagai Amy (Mantan Pegawai Magang Cafe Junaidi/Mantan Anak Buah Boss Saep)
Salsa sebagai Marina (Anak Buah Boss Saep/Copet)
Farikha Safira sebagai Ratih (Pegawai Cafe Junaidi)
Ivan Rivky Kabira sebagai Edi Stanzah S. Kus[2] (Bang Edi)[an] (Boss Preman/Calon Anggota Dewan/Pamannya Roy)
Dadan Rustian sebagai Agus Supriyatna (Komandan kelompok Bang Edi)
Handi Setiana sebagai Yayat Hidayat(Lord Yayat)[ao] (Wakil Komandan Kelompok Bang Edi)
Dimas Febriana sebagai Didu (Mantan Preman Terminal/Mantan Anak Buah Bang Edi/Murid Iwan/Rekan Ibing/Tukang Parkir Jalanan)
Agoy sebagai Ibing (Tukang Parkir Jalanan/Keponakan Bubun/Murid Iwan/Rekan Didu)
Raezhaputra sebagai Utar (Preman Jalanan/Teman Didu/Mantan Anak Buah Agus & Yayat/Rekan Oyon)
Adji Mulyadi sebagai Oyon (Preman Jalanan/Teman Didu/Mantan anak buah Agus & Yayat/Rekan Utar)
Cep Tile sebagai Udan (Preman Jalanan/Teman Didu/Mantan Anak Buah Agus & Yayat/Rekan Jimmy)
Dedi Uciel sebagai Jimmy (Preman Jalanan/Teman Didu/Mantan Anak Buah Agus & Yayat/Rekan Udan)
Zidny Fulki sebagai Shinta (Anak Buah Saep/Mantan Copet)
Riesca Rosiana sebagai Lolita (Anak Buah Saep/Mantan Copet)
Arey sebagai Acai (Preman Terminal/Rekan Willy/Pegawai Salon)
Denrick sebagai Emen (Mantan Preman Terminal/Rekan Willy/Rekan Aos/Tukang parkir Jalanan)
Diki Tatto sebagai Aos (Mantan Preman Terminal/Rekan Willy, Otang & Emen/Tukang Parkir Jalanan)
Deny Wahyudi sebagai Usep (Mantan Anak Buah Bubun/Mantan Preman Terminal/Tukang Cuci Motor)
Angga Frisyandi sebagai Didan (Preman Terminal/Mantan Anak Buah Bubun/Mantan Pedagang Bakso Cuanki)
Robi Rock sebagai Wawan(Rocker Gagal)[ap] (Mantan Preman Terminal/ Mantan Anak Buah Bubun/Buruh Pabrik)
Zaenal Abidin sebagai Remon (Boss Preman Bayaran/Pemimpin Kelompok "Remon Rindu Order")
Harry Fauzi sebagai Apit(Boyband dari Korea)[aq] (Preman Bayaran/Anak Buah Remon)
Ilham Faturahman sebagai Budi (Preman Bayaran/Anak Buah Remon)
Candra sebagai Dirinya Sendiri (Preman Bayaran/Anak Buah Remon)
Eno sebagai Dewa (Preman Bayaran/Anak Buah Remon)
Ronnie Imunx sebagai Ebod (Preman Bayaran/Anak Buah Remon)
Fendi sebagai Dirinya Sendiri (Preman Bayaran/Anak Buah Remon)
Putri Ziani sebagai Irin (Pegawai Kicimpiring Family/Rekan Serena)
Muhammad Shendy Ilham sebagai Roy (Keponakan Edi/Mantan Tukang Parkir Jalanan/Mantan Anak Buah Agus/Mantan Pegawai Kafe/Pacar Safira/Rekan Lidya/Bagian Marketing Kelompok Bang Edi)
Jessica Fania sebagai Lidya (Pegawai Kafe/Teman Safira)
Rheina Isabelle sebagai Regina (SPG/Rekan Serena, Yasmin & Irin)
Inka Putri Pratiwi sebagai Feni (Tim Sukses Bang Edi/Rekan Enday)
Yujeng sebagai Enday (Tim Sukses Bang Edi/Rekan Feni)