Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Petrus Cho Hwa-so

Petrus Cho Hwa-so (1814-1866) adalah seorang martir Katolik Korea. Ia lahir di Suwon pada tahun 1814, putra dari Andreas Cho yang menjadi martir pada tahun 1839. Kemudian dia pindah ke Sinchang di Provinsi Ch’ung-ch’ŏng dan bekerja sebagai asisten Pastor Thomas Choe Yang-eop. Pada tahun 1864, dia pindah ke Jeonju untuk bertani. Dia menikah dengan Magdalena Han dan mereka dikaruniai seorang putra bernama Yosef Cho. Setelah istri pertamanya meninggal, dia menikah lagi dengan Susana Kim. Dia berusia 40 tahun ketika penganiayaan dimulai.

Petrus seorang pria yang berhati lembut. Dia berusaha sebaik mungkin untuk hidup sebagai seorang Katolik, dia memenuhi tanggung jawabnya dengan setia. Dia terkenal karena dia seorang yang suka mendengarkan dan memahami orang lain. Petrus tinggal di wilayah pegunungan yang sangat terpencil sehingga sulit sekali mendengar berita dari luar. Pada tanggal 5 Desember 1866, ketika Petrus mengunjungi masyarakat sekitar bersama dengan putranya yaitu Yosef, sekelompok polisi menyerbu dan menangkap Petrus. Dia mengatakan kepada yang menangkap mereka bahwa dia adalah seorang Katolik dan mempelajari katekismus dari ayahnya. Dia berkata bahwa dia tidak tahu tentang umat Katolik lain kecuali putranya sendiri.

Ketika Yosef putranya itu pulang, Petrus mendesaknya supaya dia melarikan diri. Yosef tidak melarikan diri namun menyerahkan diri kepada para polisi. Mereka berdua dibawa ke Chonju dan bergabung bersama umat Katolik lainnya di penjara. Dalam perjalanannya ke Chonju, Petrus dan putranya saling menguatkan supaya mereka tetap teguh dalam iman mereka. Bahkan orang-orang non-Katolik yang mendengarkan kisah mereka merasa kagum akan kekuatan iman mereka.

Petrus menguatkan teman-teman satu sel di penjara untuk menerima kemartiran dan bersiap-siap untuk mati. Oleh karena sikapnya ini, dia disiksa lebih kejam daripada yang lain. Kenyataan itu diketahui bahwa Petrus menguatkan Bartolomeus Cho supaya tidak menyerahkan imannya dengan berkata demikian, “Kita akan mendapatkan balasan yang berlimpah-limpah di Surga.” Dia juga mengingatkan putranya bahwa mereka akan berjumpa kembali di Surga. Dia terus menerus disiksa karena telah menyangkal bahwa dia mengetahui ada umat Katolik lainnya dan mempunyai buku-buku Barat.

Ketika dia mencapai tempat eksekusi, dia membuat tanda salib dengan perlahan dan penuh ketaatan, dia mengatakan kepada para algojo bahwa dia percaya kepada Allah. Kemudian dia dipenggal di Supjeong di Jeonju pada tanggal 13 Desember 1866 pada usia 52 tahun.[1]

Referensi

Kembali kehalaman sebelumnya


Index: pl ar de en es fr it arz nl ja pt ceb sv uk vi war zh ru af ast az bg zh-min-nan bn be ca cs cy da et el eo eu fa gl ko hi hr id he ka la lv lt hu mk ms min no nn ce uz kk ro simple sk sl sr sh fi ta tt th tg azb tr ur zh-yue hy my ace als am an hyw ban bjn map-bms ba be-tarask bcl bpy bar bs br cv nv eml hif fo fy ga gd gu hak ha hsb io ig ilo ia ie os is jv kn ht ku ckb ky mrj lb lij li lmo mai mg ml zh-classical mr xmf mzn cdo mn nap new ne frr oc mhr or as pa pnb ps pms nds crh qu sa sah sco sq scn si sd szl su sw tl shn te bug vec vo wa wuu yi yo diq bat-smg zu lad kbd ang smn ab roa-rup frp arc gn av ay bh bi bo bxr cbk-zam co za dag ary se pdc dv dsb myv ext fur gv gag inh ki glk gan guw xal haw rw kbp pam csb kw km kv koi kg gom ks gcr lo lbe ltg lez nia ln jbo lg mt mi tw mwl mdf mnw nqo fj nah na nds-nl nrm nov om pi pag pap pfl pcd krc kaa ksh rm rue sm sat sc trv stq nso sn cu so srn kab roa-tara tet tpi to chr tum tk tyv udm ug vep fiu-vro vls wo xh zea ty ak bm ch ny ee ff got iu ik kl mad cr pih ami pwn pnt dz rmy rn sg st tn ss ti din chy ts kcg ve 
Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9