Pabrik Gula Maribaya yang dalam Bahasa Belanda disebut Suikerfabriek Maribaja atau Maribaija adalah salah satu perusahaan pengolahan tebu menjadi gula yang pernah berdiri pasa masa pemerintahan Hindia Belanda. Letak Pabrik Gula Maribaya berada disekitar desa Maribaya, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal.
Sejarah
Berdirinya Pabrik Gula Maribaya
SF Maribaija dibangun bersamaan dengan SF Balapoelang pada tahun 1875, hal ini termuat dalam buku Regerings-almanak voor Nederlandsch-Indië,1875 yang merupakan catatan pertama keberadaan PG Maribaya dan juga PG Balapulang.[1] Pabrik Gula Maribaya yang dibangun tahun 1875 ini didirikan oleh perusahaan dagang Belanda Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM), NHM juga yang mendanai perkebunan tebu untuk perusahaan gula Maribaya ini. Pabrik Gula Maribaya letaknya tidak jauh dari pesisir pantai utara Jawa, hal ini menjadikan PG Maribaya sebagai pabrik gula yang lokasinya paling utara di wilayah Tegal.
Pemilik Pabrik Gula Maribaya ini adalah Levie Elkan van Dort yang merupakan seorang pria kelahiran Amsterdam, Belanda tahun 1837, ia sendiri awalnya seorang pengusaha kecil yang datang ke Kota Tegal. Levie kemudian menikah dengan Suzanna Magdalena Annette Canter Visscher pada tahun 1863 di Tegal. Dari pernikahan tersebut, keduanya dikaruniai putra dan putri yaitu Jacobus Maurits van Dort dan Susanna Adriana Maria Helena van Dort.[2]
Jacobus Maurits van Dort lalu menikah dengan Louise Johanna Theodora Ramaer, Louise Johanna sendiri adalah putri dari Theodorus Karel Lodewijk Ramaer yang merupakan seorang Administratur Pabrik Gula Balapulang.
Tidak banyak informasi yang menyebutkan tentang keberadaan SF Maribaja, bahkan tidak ada satupun foto yang menampilkan pabrik gula ini. Hanya sedikit informasi dari beberapa catatan-catatan dan surat kabar lama Belanda yang menyebutkan tentang keberadaan pabrik gula ini. Lokasi tepatnya PG Maribaya ini pun juga tidak diketahui dengan jelas, namun beberapa buku dan surat kabar menyebutkan pabrik gula yang berada di Maribaya ini lokasinya beberapa ratus meter dari pantai dan juga dekat dengan Jalan Raya Pos.
Pada tahun 1877, Pabrik Gula Maribaya tercatat dalam buku Regerings-almanak voor Nederlandsch-Indië, 1877. Dalam buku tersebut menyebutkan Administratur PG Maribaya adalah M.H. Jut, dalam buku ini juga menyebutkan Pabrik Gula Kejambon, Kemantran dan Balapulang.[3] Dalam surat kabar Nederlandsche staatscourant yang diterbitkan pada 23 Juli 1880 mengatakan pembuatan sumur bor dan uji klinis pada air sumur bor di sekitaran area Pabrik Gula Maribaya.[4] Kemudian dalam surat kabar Nederlandsche staatscourant juga yang diterbitkan paa 19 Mei 1881 menyebutkan tentang laporan air artesis pada sumur bor di Pabrik Gula Maribaya.[5]
Iklan lowongan pekerjaan Pabrik Gula Maribaya juga terdapat dalam surat kabar De Locomotief yang terbit ditahun 1882-1884.[6][7] Administratur PG Maribaya kemudian dijabat oleh J.L. Wiselius, hal ini termuat dalam buku Adresboek van Nederlandsch-Indies voor den handel yang diterbitkan pada tahun 1884.[8]
Dalam sebuah buku yang terbit pada 1 Januari 1886 mengatakan sebuah kapal Belanda yang saat itu hendak berhenti didermaga Maribaya melihat cerobong asap putih Pabrik Gula Maribaya yang tampak dari lautan.[9] kemudian pada surat kabar De Locomotief yang diterbitkan pada 28 Oktober 1887 mencatat hasil produksi gula PG Maribaya ini akan dikirimkan ke Surabaya.[10] Pada 20 Agustus 1888, DeLocomotief juga mencatat bahwa Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) telah menjual sebanyak 60.000 pikul gula dari Pabrik Gula Kemantran, Maribaya, Tirto, Klidang, dan Lemahabang.[11] Dalam surat kabar Haagsche Courant yang diterbitkan pada 27 Juli 1889 mengatakan sebuah kapal uap Inggris membawa 135.000 batang alang-alang dari Borneo untuk Pabrik Gula Maribaya, Kemantran, dan Lemahabang.[12]
Pabrik Gula Maribaya ini bangkrut karena mengalami gagal panen dan ditutup pada akhir bulan Desember 1889, secara permanen pabrik gula ini berhenti beroperasi pada tahun 1890. Laporan terakhir hasil produksi PG Maribaya ini sebesar 17.741 pikul gula.[15]
Setelah ditutupnya Pabrik Gula Maribaya, Levie Elkan van Dort yang merupakan pemilik PG Maribaya ini kemudian beralih profesi menjadi penerbit majalah periklanan pada sekitar tahun 1894. Pada tahun 1903 ia menjadi pemilik sebuah toko di Tegal. Ditahun 1907 Levie meninggal dunia dalam usia 69 tahun, kemudian pada tahun 1909 istri Levie yaitu Suzanna Magdalena meninggal dunia dalam usia 66 tahun.
Setelah kematian Levie, informasi tentang bagaimana kondisi dari Pabrik Gula Maribaya ini juga ikut lenyap. Namun informasi terakhir Pabrik Gula Maribaya ini ternyata terdapat pada surat kabar De Preangerbode yang terbit pada 25 Mei 1915, surat kabar ini mengatakan bahwa telah terjadi kecelakaan kereta api didaerah Maribaya, surat kabar tersebut juga mengatakan lokasi terjadinya peristiwa itu dekat dengan reruntuhan bangunan Pabrik Gula Maribaya.[16]