Al-Sindhi berasal dari wilayah Sindh, yaitu wilayah yang berada di negara Pakistan saat ini. Dia mengenyam pendidikan dasar di tanah kelahirannya. [12] Setelah itu, dia pergi ke Madinah untuk belajar. Dia dan belajar banyak dari Ibrahim al-Kurani dan putranya Muhammaad Tahir al-Kurani. [13] Di tempat itu, dia dimasukkan ke dalam tarekatNaqsybandi . [12]
Murid Ternama
Muhammad ibn Abd al-Wahhab adalah salah satu murid terkenalnya. Pada tahun 1136 Hijriah, Al-Shindi dan Ibnu Abdul Wahab bertemu. Keduanya diperkenalkan oleh Abdullah ibn Ibrahim ibn Sayf. Al-Sindhi kemudian membentuk teologi dan perspektif reformis Ibnu Abdul Wahab. Al-Shindi disebut oleh penulis sejarah Wahhabi awal sebagai “percikan yang menerangi jalan ibn ʿAbdul Wahhab". [12][6]
Pandangan
Ia sendiri adalah ulama mazhab Hanbali, meskipun dia dididik dalam lingkungan fikih Hanafi. [12] Al-Sindhi adalah tokoh penting dalam menghidupkan kembali ilmu hadis pada abad ke-18. Di sepanjang tulisannya, Al-Sindhi menekankan pentingnya menjalankan praktik Ijtihad, mengutuk Taqlid, mendorong kebangkitan doktrin Salaf al-Salih, dan mendukung hadis lebih dari pendapat hukum yang telah ditetapkan sebelumnya. Al-Sindhi juga terkenal karena kritiknya yang keras terhadap praktik masyarakat yang umum, termasuk dengan pemujaan terhadap orang suci dan pemujaan terhadap tempat suci. [14]
^Voll, John (1975). "Muḥammad Ḥayyā al-Sindī and Muḥammad ibn 'Abd al-Wahhab: An Analysis of an Intellectual Group in Eighteenth-Century Madīna". Bulletin of the School of Oriental and African Studies, University of London. 38 (1): 32 – via JSTOR. Many of his students became men of some importance... Although Muhammad ibn 'Abd al-Wahhab is now the best-known 'revivalist' among his students, he was not the only student with that approach. The others included... Muhammad al-Saffarini, who came to dominate Hanbali scholarship in: Nablus, one of the smaller centres of the madhhab.
^M. Naf'i, Basheer (2006). "A Teacher of Ibn 'Abd al-Wahhāb: Muḥammad Ḥayāt al-Sindī and the Revival of Asḥāb al-Ḥadīth's Methodology". Islamic Law and Society. Brill Publishers. 13 (2): 235 – via JSTOR. Ibn 'Abd al-Wahhab was not the only student of al-Sindhi, and on an intellectual level, others may have been no less influential. Among them is Muhammad b. Sadiq al-Sindi (known also as Abu al-Hasan al-Sindi the younger, 1125-87/1713-73) .... Another eminent student of Hayat al-Sindi is Muhammad b. Ahmad b. Salim al-Saffarini (1114-88/ 1702-74) ... Another student of Hayat al-Sindi, and a major figure in early modern Islamic culture, is Muhammad b. Isma'il al-Hasani al-San'ani (known also as Ibn al-Amir al-San'ani, 1099-1182/1688- 1768)...
^ abHaj, Samira (2009). "1: The Islamic Reform Tradition". Reconfiguring Islamic Tradition: Reform, Rationality, and Modernity. Stanford, California: Stanford University Press. hlm. 16. ISBN978- 0- 8047- 5250- 3.Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Haj 2009 16" didefinisikan berulang dengan isi berbeda