Dubai Metro (bahasa Arab: مترو دبي) merupakan sebuah jaringan metro otomatis yang sedang dibangun di Dubai, Uni Emirat Arab. Jaringan ini akan memiliki 2 jalur listrik bersistem tiga rel yang akan membentang di bawah tanah pusat kota dan pada jembatan dengan dua rel. Fase pertama jaringan dibangun oleh Dubai Rapid Link (DURL) Consortium yang mana mencakup perusahaan Jepang seperti Mitsubishi Heavy Industries, Mitsubishi Corporation, Obayashi Corporation, Kajima Corporation, dan perusahaan Turki, Yapi Merkezi. Dubai Metro akan dioperasikan oleh Otoritas Transportasi dan Jalan Raya Dubai,[4] juga menjadi sistem rel otomatis terpanjang di dunia. Penyelesaian bagian pertama sistem dijadwalkan pada 2009.
Konstruksi
Pekerjaan pembangunan rel telah diumumkan.[5] Rencana untuk Dubai Metro dimulai berdasarkan arahan Pemimpin Dubai, Mohammad bin Rasyid Al Maktoum yang menargetkan proyek lain di Dubai menarik 15 juta pengunjung pada 2010. Ini juga digabung dengan populasi Dubai yang tumbuh dengan cepat diperkirakan mencapai 3 juta jiwa pada 2017 dan kemacetan lalu lintas yang mengharuskan pembangunan sistem rel untuk menyediakan kapasitas transportasi publik tambahan, menghidupkan kembali lalu lintas motor, dan menyediakan infrastruktur untuk pembangunan tambahan.
Pada Juli 2005, sebuah kontrak rancang dan bangun diberikan kepada konsorsium bernama Dubai Rail Link (DURL) yang terdiri dari beberapa perusahaan Jepang seperti Mitsubishi Heavy Industries, Mitsubishi Corporation, Obayashi Corporation, Kajima Corporation dan Yapi Merkezi dari Turki.
Fase pertama (senilai AED 15.5 miliar/US$4.2 miliar) mencakup 35 kilometer jaringan, termasuk Jalur Merah antara Jalan Salahuddin dan Universitas Amerika di Dubai dan Jalur Hijau dari Bandar Udara Internasional Dubai hingga Terminal Bus Rashidiya, dijadwalkan selesai pada Mei 2009. Perpanjangan kedua rute termasuk dapam fase kedua, yang mana dijadwalkan beroperasi pada 2010.
Departemen Transportasi Publik Kotamadya Dubai memperkirakan 1.2 juta penumpang per hari, 27,000 penumpang per jam untuk setiap jalur, dan 355 juta penumpang per tahun setelah kedua jalur beroperasi sepenuhnya. Rute dan perhentian bus akan diatur di suatu area yang disediakan oleh sistem rel tersebut.
Apabila selesai, Dubai Metro akan memiliki jalur sepanjang 70 km (43.5 mil), dan 42 stasiun (termasuk 9 stasiun bawah tanah). Diperkirakan bahwa jaringan ini akan mencakup 12% total perjalanan di Dubai. Terminal taksi dan fasilitas park-and-ride akan dimasukkan pada stasiun Metro. Staf yang telah dilatih akan membantu penumpang di sistem Dubai Metro apabila ada masalah.[6]
Jaringan Dubai Metro
Peta jalur
Jalur beroperasi
Dua jalur pertama Dubai Metro memiliki 70 kilometer (43 mi) jalur dan 47 stasiun (sembilan di antaranya berada di bawah tanah).[7] Jalur merah membentang di sepanjang kota dari kawasan Jebel Ali hingga perbatasan dengan Sharjah. Jalur ini melewati beberapa tempat wisata seperti Mall of the Emirates, The Dubai Mall dan Burj Khalifa. Jalur hijau, sebaliknya, tetap berada di dalam area Dubai lama. Jalur ini melewati banyak situs bersejarah, seperti Museum Dubai, Gold Souk dan Spice Souk. Karena itu, banyak stasiun di dekat tempat-tempat tersebut bertema sejarah Dubai, dengan foto-foto yang menggambarkan UEA pada tahun 1960-an atau sebelumnya dipajang di dalam stasiun. Beberapa stasiun bahkan dirancang khusus dengan arsitektur rumah tradisional Emirati, mencerminkan arsitektur di daerah sekitarnya.
Proyek terbaru
Rute 2020: Perpanjangan sepanjang 15 kilometer (9 mi) dengan tujuh stasiun baru (termasuk dua stasiun bawah tanah) telah dibangun yang dimulai di Stasiun Jebel Ali dan berakhir di Situs Expo 2020.[8] Rencana ke depan juga akan memperluas jalur ini ke Bandara Internasional Al Maktoum. Perpanjangan ini dilayani oleh kereta baru yang didesain ulang dari Alstom. Perpanjangan dibuka secara bertahap pada tahun 2021.[9][10][11] Karena kereta Jalur Merah sekarang berjalan langsung di jalur baru ke Expo 2020, bagian Jalur Merah dari Jabal Ali ke Bursa UEA sekarang dijalankan sebagai cabang.
Pada tahun 2011, RTA menyatakan bahwa tidak ada "rencana segera" untuk membangun jalur Biru dan Ungu "dalam lima atau enam tahun ke depan". Ini terutama karena area yang direncanakan masih kosong dan diberkembangkan.[12]
Pada tahun 2013, RTA menyusun rencana tiga fase untuk memperluas jalur yang ada dan membangun yang baru: memperpanjang Jalur Hijau sebanyak 12 stasiun dan Templat:Mengubah ke Kota Akademik pada tahun 2020; memperluas keseluruhan sistem sebanyak 58 stasiun dan 91 kilometer (57 mi) pada tahun 2025 dan menyelesaikan perluasan dengan total 69 stasiun dan 221 km mulai beroperasi per Januari 2013.
Jalur Ungu: sepanjang Jalan Al Khail (E44). Jalur akan diperpanjang dari Bandara Internasional Al Maktoum ke Muhaisnah, sebuah wilayah di dekat perbatasan antara Dubai dan Sharjah.[13] Akan ada sekitar delapan stasiun, tiga dengan fasilitas check-in. Namun, Otoritas Bandara Dubai mengklaim bahwa ini tidak layak karena tidak melewati banyak tempat. Namun mereka menyarankan untuk memilih "terminal pusat" yang mirip dengan yang ada di Eropa di mana kereta berangkat dari dalam bandara ke bandara lain dengan kereta juga berangkat ke kota. RTA telah mempertimbangkan hal ini.[butuh rujukan]
Jalur Pink: Jalur Pink direncanakan membentang dari timur-barat dengan terminal di Al Sufouh dan direncanakan selesai pada tahun 2030.[14]
Jalur Emas: Diumumkan sebagai 'Jalur kuning' pada April 2008 dan dikonfirmasi pada Januari 2013 sebagai 'Jalur emas'.[15] One of the stations planned for the Gold Line is the Dubailand Station, west of Meydan.[16] The Gold Line will connect Arabian Ranches, Deira, and Dubai Marina and is scheduled to open by 2025.[14]
Penambahan jalur merah: 155 kilometer (96 mi) dan enam stasiun baru, berakhir di perbatasan dengan Abu Dhabi. Tidak ada tanggal target penyelesaian yang diumumkan.[17]
Pada tahun 2014, RTA menyetujui proposal baru-baru ini untuk memperpanjang Jalur Merah dari stasiun Al Rashidiya ke Pusat Kota Mirdif yang akan bertambah 3,5 kilometer dengan stasiun baru tersebut. Namun, ada juga usulan untuk memperluasnya lebih jauh ke Al Warqa’a yang saat ini sedang dipelajari.[19]
In 2018, the engineering firm Aurecon produced a study into a 7.5 km express metro line from Al Qiyadah station on the Green Line till Sharjah.[21] The line would cost AED 3 billion, and could reduce traffic congestion between the two cities by up to 30%.