Konflik Nagorno-Karabakh adalah suatu persengketaan wilayah dan konflik etnis antara Armenia dan Azerbaijan atas wilayah Nagorno-Karabakh, yang secara de facto dikuasai oleh Republik Nagorno-Karabakh yang diproklamasikan sendiri, tapi secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan. Konflik ini dimulai dari awal abad ke-20, meskipun konflik yang sekarang dimulai pada tahun 1988 dan meningkat menjadi perang berskala penuh pada awal 1990-an. Ketegangan sporadis dan pertempuran di perbatasan terus berlanjut di wilayah itu meskipun suatu perjanjian gencatan senjata telah ditandatangani pada tahun 1994.
Latar belakang
Berlatar belakang Perestroika dan disusul dengan pembubaran Uni Soviet, ketegangan etnis meningkat antara orang Armenia dengan orang Azerbaijan di wilayah Nagorno-Karabakh.
Garis waktu
Perang Nagorno-Karabakh (1988-1994)
Perang Nagorno-Karabakh, dikenal juga sebagai Perang Pembebasan Artsakh di Armenia dan Nagorno-Karabakh, adalah suatu konflik bersenjata yang terjadi pada akhir 1980-an hingga Mei 1994, di daerah kantong Nagorno-Karabakh barat daya Azerbaijan, antara etnis mayoritas Armenia dari Nagorno-Karabakh didukung oleh Republik Armenia dengan Republik Azerbaijan. Armenia dan Azerbaijan, keduanya bekas Republik Soviet, mendeklarasikan perang di pegunungan Karabakh karena Azerbaijan berusaha untuk mengekang gerakan separatis di Nagorno-Karabakh. Parlemen daerah kantong telah memberikan suara mendukung penyatuan wilayahnya dengan Armenia dan dilakukan referendum yang diboikot oleh penduduk Azerbaijan di Nagorno-Karabakh, yang hasil referendum itu suara terbesar mendukung kemerdekaan. Permintaan untuk menyatukan dengan Armenia, yang dimulai lagi pada tahun 1988, mulai dilakukan dengan cara-cara relatif damai. Tetapi, pada bulan-bulan berikutnya, saat pembubaran Uni Soviet semakin dekat, secara bertahap tumbuh menjadi konflik kekerasan yang semakin meningkat antara etnis Armenia dan etnis Azerbaijan, yang memunculkan klaim pembersihan etnis dari kedua belah pihak.[16][17]
Bentrokan antaretnis antara keduanya pecah tak lama setelah parlemen Nagorno-Karabakh Autonomous Oblast (NKAO, "Daerah Otonom Nagorno-Karabakh") di Azerbaijan pada tanggal 20 Februari 1988 memilih untuk menyatukan wilayah itu dengan Armenia. Situasi sekitar pembubaran Uni Soviet membantu gerakan separatis Armenia di Azerbaijan Soviet. Deklarasi pemisahan diri dari Azerbaijan adalah hasil akhir dari konflik teritorial mengenai wilayah.[18] Saat Azerbaijan menyatakan kemerdekaannya dari Uni Soviet dan menghapus kekuasaan yang dipegang oleh pemerintah daerah kantong, mayoritas etnis Armenia memilih untuk memisahkan diri dari Azerbaijan dan dalam prosesnya memproklamasikan Republik Nagorno-Karabakh yang masih diakui secara terbatas.[19]
Pertempuran skala penuh meletus pada akhir musim dingin tahun 1992. Mediasi internasional oleh beberapa kelompok, termasuk Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE), gagal memberikan resolusi akhir agar kedua belah pihak bisa bekerja sama. Pada musim semi tahun 1993, pasukan Armenia merebut daerah-daerah di luar daerah kantong itu sendiri, yang mengancam keterlibatan negara-negara lain di wilayah tersebut.[20] Pada akhir perang tahun 1994, etnis Armenia menguasai sepenuhnya sebagian besar daerah kantong dan juga menahan dan saat ini mengendalikan sekitar 9% dari wilayah Azerbaijan di luar daerah kantong.[21] Sebanyak 230.000 orang Armenia dari Azerbaijan dan 800.000 orang Azeri dari Armenia dan Karabakh telah mengungsi akibat konflik.[22] Sebuah perjanjian gencatan senjata yang ditengahi oleh Rusia ditandatangani pada Mei 1994 dan sejak itu pembicaraan damai, yang dimediasi oleh Kelompok Minsk OSCE, telah dilakukan oleh Armenia dan Azerbaijan.
Beberapa bentrokan terjadi pada tahun-tahun berikutnya setelah gencatan senjata tahun 1994.[23]
Sumber-sumber Armenia menuduh Azerbaijan mencoba untuk mengambil keuntungan dari kerusuhan yang sedang berlangsung di Armenia. Sumber-sumber Azerbaijan menyalahkan Armenia, mengklaim bahwa pemerintah Armenia berusaha untuk mengalihkan perhatian dari ketegangan internal di Armenia.
Menyusul insiden itu, pada tanggal 14 Maret 2008 Majelis Umum PBB, dengan suara 39 mendukung dan 7 menolak, memberlakukan Resolusi 62/243, yang menuntut penarikan dengan segera semua pasukan Armenia dari wilayah-wilayah Azerbaijan yang mereka duduki.[27]
Kekerasan 2010
Pada tanggal 18 Februari 2010 terjadi baku tembak antara Angkatan Bersenjata Azerbaijan dan pasukan militer Armenia Karabakh. Azerbaijan menuduh pasukan Armenia menembaki pos-pos Azerbaijan dekat Desa Tekan Garagoyunlu, Qızıloba, Qapanlı, Yusifcanlı, dan Cavahirli, serta di dataran tinggi Agdam Rayon dengan senapan-senapan kecil, termasuk penembak jitu.[28][29] Akibatnya, tiga orang tentara Azerbaijan tewas dan satu terluka.[30]
Selain itu, pada tahun yang sama, terjadi juga serangkaian pelanggaran gencatan senjata. Kedua belah pihak saling menuduh. Pelanggaran ini adalah yang terburuk dalam dua tahun dan pasukan Armenia mengalami kehilangan terbesar sejak pertempuran Mardakert Maret 2008.[31]
Antara 2008 dan 2010, 74 tentara tewas di kedua belah pihak.
Pertempuran lanjutan 2011-2013
Pada 10 Maret 2011, seorang anak laki-laki Azerbaijan tewas akibat tembakan penembak jitu Armenia.[32]
Pada akhir April 2011, bentrokan perbatasan menewaskan tiga orang tentara Nagorno-Karabakh,[33] sementara pada 5 Oktober, dua tentara Azeri dan satu tentara Armenia tewas.[34] Secara keseluruhan selama tahun 2011, 10 tentara Armenia tewas.[35]
Tahun berikutnya, bentrokan perbatasan antara kekuatan bersenjata Armenia dan Azerbaijan terjadi sejak akhir April hingga awal Juni. Bentrokan itu mengambil korban jiwa lima tentara Azeri dan empat tentara Armenia. Seluruhnya selama 2012, 19 tentara Azeri dan 14 tentara Armenia tewas.[36] Laporan lain menyebutkan jumlah tentara Azeri yang tewas pada angka 20.[23]
Sepanjang 2013, 12 tentara Azeri dan 7 tentara Armenia tewas dalam bentrokan perbatasan.[36]
Bentrokan dan penembakan helikopter 2014
Tahun 2014 beberapa bentrokan perbatasan meletus yang mengakibatkan 16 korban jiwa di kedua belah pihak hingga 20 Juni.[37]
Tanggal 2 Agustus, otoritas Azeri mengumumkan bahwa delapan tentara mereka tewas dalam bentrokan selama tiga hari dengan pasukan NKO.[38] NKO membantah ada korban di pihak mereka, dengan mengatakan Azeri menderita 14 orang tewas dan banyak yang terluka.[38] Pejabat setempat di Nagorno-Karabakh melaporkan setidaknya dua tentara Armenia tewas dalam insiden terbesar di wilayah itu sejak tahun 2008.[39] Lima orang Azeri tewas pada malam berikutnya, menjadikan jumlah korban tewas sejak Agustus setidaknya 15 orang. Kekerasan itu mendorong Rusia untuk mengeluarkan pernyataan yang kuat, mengingatkan kedua belah pihak untuk tidak meningkatkan situasi lebih lanjut.[40]
Pada 5 Agustus 2014, pertempuran yang dimulai sejak 27 Juli mengambil korban 14 tentara Azeri dan 5 tentara Armenia tewas. Secara keseluruhan, 27 tentara Azeri telah tewas sejak awal tahun dalam bentrokan perbatasan.[41]
Dalam insiden terpisah pada Juli 2014, Tentara Pertahanan NKR mengumumkan bahwa pasukannya telah menewaskan satu dan menangkap dua anggota kelompok subversif Azerbaijan yang telah menembus garis kontak.[42] Selain memata-matai gerakan pasukan dan instalasi militer Armenia dan pemukiman sipil di Karvachar (Kelbajar), kelompok itu dituduh terlibat dalam pembunuhan Smbat Tsakanyan, seorang remaja laki-laki Armenia berusia tujuh belas tahun. Kedua anggota kelompok yang masih hidup dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan Armenia. Pada Juli 2015, video hasil rekaman kelompok itu dirilis untuk umum dan disiarkan di televisi pemerintah Armenia.[43]
Tanggal 12 November 2014, angkatan bersenjata Azerbaijan menembak jatuh sebuah helikopter Mil Mi-24 milik Tentara Pertahanan Nagorno-Karabakh di atas Distrik Agdam, Karabakh. Tiga prajurit tewas dalam insiden itu. Kementerian Pertahanan Armenia menyatakan helikopter itu tidak bersenjata dan menyebut peristiwa itu "provokasi yang belum pernah terjadi sebelumnya." Pemerintah Azeri mengklaim helikopter itu "mencoba menyerang" posisi tentara Azeri.[44] Otoritas Armenia menyatakan bahwa Azerbaijan akan menghadapi "konsekuensi serius".[45] Dengan insiden itu, 2014 menjadi tahun paling mematikan bagi Armenia sejak perjanjian gencatan senjata tahun 1994, dengan 27 tentara tewas selain 34 korban jiwa di pihak Azeri.[46] Enam orang sipil Armenia juga meninggal tahun 2014, sementara di pihak Azeri, hingga akhir tahun jumlah tewas naik menjadi 39 orang (37 tentara dan 2 warga sipil).[23]
Perlawanan sporadis 2015
Tahun 2015, 42 tentara Armenia dan 5 warga sipil tewas dalam kelanjutan bentrokan perbatasan.[47] Di pihak Azerbaijan, setidaknya 64 tentara juga meninggal.[48][49]
Pertempuran sporadis terutama terjadi pada Januari,[50] Juni,[51] Agustus,[52] September,[53][54] November,[55] dan sepanjang Desember.[49][56]
Bentrokan 2016
Sepanjang Januari dan Februari 2016, empat tentara Armenia dan empat tentara Azerbaijan tewas dalam pertempuran di perbatasan Nagorno-Karabakh.[57] Korban pertama tahun 2016 adalah prajurit Nagorno-Karabakh, Aramayis Voskanian, yang dibunuh oleh penembak jitu Azeri saat bertugas di arah timur dari Garis Kontak.[58][59] Pada pertengahan Februari, Hakob Hambartsumyan, seorang gembala Armenia dari Vazgenashen, dibunuh juga oleh penembak jitu Azeri.[60] Pada Maret, dua tentara Azerbaijan dan satu tentara Armenia tewas dalam bentrokan di sepanjang perbatasan antara Azerbaijan dan Armenia.[61][62]
Antara 1 dan 5 April 2016, pertempuran sengit di sepanjang garis depan Nagorno-Karabakh menewaskan 88 tentara Armenia dan 31-92 tentara Azerbaijan. Satu tentara Armenia dan tiga tentara Azeri juga hilang. Selain itu, 10 warga sipil (enam Azeri dan empat Armenia) juga tewas.[63][64] Dalam bentrokan itu, satu helikopter militer Azeri dan 13 pesawat tanpa awak (drone) ditembak jatuh[65] dan satu tank Azeri hancur.[66]
Antara 8 dan 17 Mei 2016, pertempuran sporadis menewaskan 14 tentara Armenia dan 3 tentara Azeri, serta 1 warga sipil Azeri.[67][68]
Pada 5 November 2016, artileri Armenia menembaki posisi Azeri pada garis kontak yang menewaskan seorang prajurit.[69] Satu tentara Armenia tewas pada 11 November 2016 dalam sebuah pertempuran di garis kontak.[70]
Korban jiwa
Tidak ada data korban jiwa yang tepat. Pada tahun 2008, pemimpin Kelompok Minsk menyesali jatuhnya korban jiwa 30 orang dan lebih dari 50 orang terluka akibat pelanggaran gencatan senjata. Tahun 2014 menjadi yang paling berdarah dengan tercatat 72 kematian sepanjang tahun .[23] Menurut Union of Relatives of the Artsakh War Missing in Action Soldiers (Persatuan Kerabat Tentara yang Hilang dalam Perang Artsakh), per tahun 2014, 239 orang tentara Karabakh masih secara resmi dinyatakan belum ditemukan.[71]
^"'Nagorno-Karabakh is Turkey's problem too,' says Erdoğan". Today's Zaman (dalam bahasa bahasa Inggris). 13-11-2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12-10-2014. Diakses tanggal 03-08-2014. ...Erdoğan noted that Turkey's unconditional support for Azerbaijan...Periksa nilai tanggal di: |accessdate=, |date=, |archivedate= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Özden Zeynep Oktav (2013). Turkey in the 21st Century: Quest for a New Foreign Policy (dalam bahasa bahasa Inggris). Ashgate Publishing. hlm. 126. ISBN9781409476559. ...Turkey's support for Azerbaijan in the conflict over Nagorno-Karabakh...Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Flanagan, Stephen J.; Brannen, Samuel (2008). Turkey's Shifting Dynamics: Implications for U.S.-Turkey Relations (dalam bahasa bahasa Inggris). Washington, DC: Center for Strategic and International Studies. hlm. 17. ISBN9780892065363. Turkey's border with Armenia has remained sealed since 1994, due to Turkish support for Azerbaijan in the Nagorno-Karabakh conflict.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^Hunter, Shireen (2004). "Russia and the Transcaucasus: The Impact of the Islamic Factor". Islam in Russia: The Politics of Identity and Security. M.E. Sharpe. hlm. 349. Aliev thanked Pakistan for its support in the Karabakh conflict.
^Nemtsova, Anna (05-04-2016). "In Nagorno-Karabakh, a Bloody New War With Putin on Both Sides". The Daily Beast (dalam bahasa bahasa Inggris). ...Russia sold hundreds of tanks to Armenia’s long time enemy, Azerbaijan. Last year the contracts for Russian military exports to Azerbaijan included armored vehicles, artillery and mortar systems.Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"Armenia and Azerbaijan: Preventing War"(PDF). Europe Briefing N°60 (dalam bahasa bahasa Inggris). International Crisis Group. 08-11-2011. hlm. 3. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 2016-05-20. Diakses tanggal 2016-11-26. There are no exact casualty figures since 1994, but most observers agree that as many as 3,000 people, mostly soldiers, have died. Crisis Group phone interview, Jasur Sumerinli, military expert, August 2009.Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^It should be noted that at the time of the dissolution of the USSR, the United States government recognized as legitimate the pre-Molotov-Ribbentrop Pact 1933 borders of the country (the Franklin D. Roosevelt government established diplomatic relations with the Kremlin at the end of that year).
^Four UN Security Council resolutions, passed in 1993, called on withdrawal of Armenian forces from the regions falling outside of the borders of the former NKAO.
^Using numbers provided by journalist Thomas de Waal for the area of each rayon as well as the area of the Nagorno-Karabakh Oblast and the total area of Azerbaijan are (in km2):
1,936, Kelbajar;
1,835, Lachin;
802, Kubatly;
1,050, Jebrail;
707, Zangelan;
842, Aghdam;
462, Fizuli;
75, exclaves;
totaling 7.709 km2 (2.976 sq mi) or 8.9%: De Waal.