Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

 

Kapal penjelajah kelas Kuma

IJN Kuma, 1930
Kuma di lepas pantai Tsingtao tahun 1930
Tentang kelas
Nama:Kelas Kuma
Operator: Angkatan Laut Kekaisaran Jepang
Didahului oleh:Kapal penjelajah kelas-Tenryū
Digantikan oleh:Kapal penjelajah kelas-Nagara
Dibangun:1917-1921
Beroperasi:1920-1946
Bertugas:1920-1946
Jumlah:5
Rencana:5
Selesai:5
Hilang:4
Ciri-ciri umum
Jenis Kapal penjelajah ringan
Berat benaman
  • 5.500 ton panjang (5.588 t) (normal)
  • 5.832 ton panjang (5.926 t) (muat penuh)
Panjang
  • 162,1 m (531 ft 10 in) (keseluruhan)
  • 158,6 m (520 ft 4 in) (garis air)
  • Lebar 14,2 m (46 ft 7 in)
    Sarat air 4,8 m (15 ft 9 in)
    Tenaga 90.000 shp (67.000 kW)
    Pendorong
    • Turbin bergir Gihon 4 poros
    • 12 pendidih Kampon
    Kecepatan 36 knot (41 mph; 67 km/h)
    Jangkauan 9.000 nmi (17.000 km) pada 10 kn (12 mph; 19 km/h)
    Awak kapal 450-an orang
    Senjata
    Pelindung
  • Sabuk: 60 mm (2,4 in)
  • Geladak: 30 mm (1,2 in)
  • Gambaran ONI kelas Kuma

    Kapal penjelajah kelas Kuma (球磨型巡洋艦, Kuma-gata jun'yōkan) adalah kelas kapal penjelajah ringan yang terdiri dari 5 kapal dan dioperasikan oleh Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.

    Desain

    Kapal penjelajah kelas Kuma merupakan penerus dari kedua kapal penjelajah kelas Tenryuu sekaligus juga menjadi pendahulu bagi para kapal penjelajah kelas Nagara. Dikembangkannya kelas Kuma (dan kemudian dilanjutkan oleh para penerusnya kelak) berasal dari doktrin "Night Battle Force" yang lahir dari hasil pengembangan torpedo jenis "Long Lance" dan keberhasilan Jepang di Pertempuran Port Arthur melawan Rusia, dimana konsep kapal penjelajah ringan biasa akan diubah menjadi kapal penjelajah torpedo; namun, Kiso tidak bisa dikonversi karena adanya kekurangan pada unit "Long Lance" yang dimiliki Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Desain kapal kelas Kuma selanjutnya diikuti dalam pembuatan kapal penjelajah kelas-Nagarasehingga mereka terlihat mirip.

    Nasib

    Namun, rencana ini menjadi usang karena cepatnya perkembangan persenjataan kapal selam dan teknologi aviasi untuk angkatan laut. Ooi dan Kitakami yang sudah terlanjur menjadi kapal penjelajah torpedo nantinya dikonversi menjadi kapal transportasi berkecepatan tinggi dan Kitakami menjadi pembawa torpedo Kaiten.[1] Namun demikian, ini tak mengubah performa apik kelima kapal ini di perairan laut utara dan Samudra Hindia pada saat Perang Dunia 2.

    Referensi

    Catatan kaki

    1. ^ Ugaki, Fading Victory ; hal. 74

    Bibliografi

    Pranala luar


    Kembali kehalaman sebelumnya