Artikel ini membahas mengenai bangunan, struktur, infrastruktur, atau kawasan terencana yang sedang dibangun atau akan segera selesai. Informasi di halaman ini bisa berubah setiap saat (tidak jarang perubahan yang besar) seiring dengan penyelesaiannya.
Jalur kereta api ini kemudian dihidupkan lagi sebagai bagian dari pembangunan jalur kereta api Trans-Sumatra.
Sejarah
Jalur ini dibangun dalam dua periode, yaitu pembangunan jalur kereta api dari Medan menuju Timbang Langkat (Binjai) serta pembangunan menuju Besitang. Pada tanggal 23 Januari 1883, Deli Maatschappij berhasil mendapat konsesi izin dari Pemerintah Kolonial Hindia Belanda membangun jalur kereta api dari Belawan menuju Medan dan dilanjut ke Deli Tua dan Timbang Langkat, Sumatera Utara. Pembangunan jalur ini dimaksudkan untuk memperlancar arus angkutan kayu, kelapa sawit, tembakau, dan komoditas-komoditas ekspor lainnya dari Sumatera Utara.
Sebagai langkah awal, dibangunlah jalur kereta api Belawan–Medan, namun sejak 3 November 1883, konsesi yang didapat oleh Deli Maatschappij kemudian diserahkan kepada Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) yang sudah menspesialisasikan dirinya sebagai perusahaan kereta api di tanah Deli tersebut. Untuk jalur Medan–Timbang Langkat(Binjai) selesai pada tanggal 1 Mei 1887.[1][2][3]
Agar DSM dapat menjangkau seluruh Sumatera Utara, untuk hubungan ke utara, dibangun jalur kereta api Timbang Langkat–Stabat yang dimulai pada tahun 1900 dan selesai pada tanggal 20 Juni 1903,[1] lalu dilanjut ke Tanjung Pura pada tanggal 1 Agustus 1904 dan berakhir di Pangkalan Brandan pada tanggal 15 Desember 1904.[4]
Pada tahun 1916, DSM mengajukan konsesi untuk membangun jalur dari Besitang menuju Pangkalan Brandan, yang dibuka pada tahun 1919.[5] Hubungan ini bertujuan untuk menghubungkan Banda Aceh dengan Medan, hanya saja jalur-jalur milik Atjeh Staatsspoorwegen (ASS) semuanya menggunakan sepur 750 mm, sedangkan DSM adalah 1.067 mm. Karena berbeda, maka agar pengiriman ke Pelabuhan Pangkalan Susu lancar baik dari Aceh maupun Medan, maka dibangun jalur dengan lebar sepur ganda (double gauge) dari Besitang dengan Pangkalan Susu. Jalur ini selesai pada tanggal 29 Desember 1919.[6]
Menjelang nonaktifnya jalur Besitang–Binjai, hanya satu layanan kereta api, yaitu Besidan dengan rute Besitang-Medan, dengan membawa satu ekonomi dan satu lokomotif bb303, padahal waktu menjelang nonaktif, jalur di stasiun Besitang sudah diganti menjadikan bantalan beton. Tetapi jalur ini mangkrak dan akhirnya jalur beserta stasiunnya ditutup pada tahun 2008[7]
Reaktivasi
Penutupan jalur ini tidak diketahui kapan terjadinya dan mengapa dilakukan walaupun jalur ini strategis. Bahkan kereta api masih diperlukan terutama untuk angkutan minyak bumi dari tambang lepas pantai timur Sumatera Utara.
Pada tanggal 6 Maret 2010, diluncurkan kereta api Sri Lelawangsa yang melayani rute Medan–Binjai, p.p. serta menjadi satu-satunya kereta api yang melintas di jalur tersebut.[8]
Sejak tahun 2016, Kemenhub memulai mereaktivasi jalur Binjai–Besitang dengan membangun tujuh stasiun. Masing-masing dari stasiun ini menggunakan bangunan baru yang berdiri di samping bangunan stasiun yang lama:
Stasiun Kuala Bingei,
Stasiun Stabat,
Stasiun Tanjung Pura,
Stasiun Tanjung Selamat,
Stasiun Gebang,
Stasiun Pangkalan Brandan, dan
Stasiun Besitang (terletak 1 km dari bangunan lama)
Selain pembangunan bangunan stasiun baru, Kementerian Perhubungan juga membangun sistem-sistem operasional terbaru untuk membantu operasi keseharian jalur ini bila sudah aktif. Sistem operasional dibangun dengan teknologi terbaru, yang meliputi sistem persinyalan seperti peraga sinyal, pendeteksi sarana, point machine, sistem interlocking, dan indikasi pelayanan PPKA; sistem telekomunikasi seperti sistem media transmisi, pesawat telepon, radio dan rekaman suara; dan sistem kelistrikan.[9]
Layanan kereta api di jalur Binjai–Besitang baru diadakan kembali pada tahun 2021 dengan adanya Kereta Api Perintis Amir Hamzah. Kereta perintis tersebut menjadi salah satu dari kereta-kereta perintis yang akan dioperasikan PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai penugasan pengadaan layanan kereta dari Kementerian Perhubungan melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 346 Tahun 2020. Nantinya, Kereta Api Perintis Amir Hamzah akan beroperasi dengan frekuensi perjalanan KA sebanyak 4 kereta/hari, dan dana pagu kontrak dari pemerintah sebesar Rp2,31 miliar selama kurun waktu 1 Januari–31 Desember 2021.[10] Operasi kereta api Amir Hamzah tertunda dari yang seharusnya mulai pada 22 November 2021.[11] Pada Januari 2022, rute kereta api Sri Lelawangsa diperpanjang dari Medan – Binjai dan sebaliknya menjadi Medan - Binjai - Kuala Bingai dan sebaliknya.[12]
^ abWeijerman, A. W. E. (1904). Geschiedkundig overzicht van het ontstaan der spoor- en tramwegen in Nederlandsch-Indië. Javasche Boekhandel & Drukkerij.
^Sinar, Tengku Luckman (1996). The History of Medan in the Olden Times. Medan: Lembaga Penelitian dan Pengembangan Seni Budaya Melayu.
^Anonim (1916). Yearbook of the Netherlands East Indies. Departement van Landbouw, Nijverheid en Handel. hlm. 195.
^ abSubdirektorat Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero).Parameter |link= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Perusahaan Umum Kereta Api (1992). Ikhtisar Lintas Jawa.