Jacques-Honoré Chastan
Ketika dia memutuskan akan masuk seminari Serikat Misi Paris (Paris Foreign Missions Society / Société des Missions étrangères de Paris disingkat menjadi M.E.P.), dia merasa sangat senang dan mengirimkan sepucuk surat kepada salah seorang temannya. “Bersukacitalah bersama saya! Sukacita saya lebih besar daripada sukacita seorang pria yang merasa dirinya akan dipenjara untuk waktu yang sangat lama dan kemudian akhirnya dibebaskan. Oleh sebab itu, bersukacitalah bersama saya, dan pujilah Penyelenggaraan Ilahi bersama dengan semua teman saya!” Jacques Chastan ditahbiskan sebagai seorang imam beberapa saat sebelum Natal tahun 1826 dan pulang ke rumahnya untuk memberikan salam perpisahan kepada orang tuanya. Mereka tahu bahwa keinginan putranya untuk pergi ke tempat misi, namun hal itu mengejutkan mereka untuk menyadari bahwa dia akan pergi begitu cepat. Dengan air mata mereka, mereka memohon supaya dia tidak pergi. Pastor Chastan berlutut di depan ibunya dan meminta berkatnya, namun ibunya menolak keras untuk memberkati dia, dan berkata bahwa dia anak yang tidak tahu berterima kasih. Hati Pastor Chastan hancur dengan kesedihan, namun kehendak dia yang kuat tetap teguh. Dia berusaha membujuk orang tuanya bahwa kehendak Allah yang membuat dia untuk pergi ke tempat misi untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang-orang yang belum beriman. Orang tuanya tidak mendengarkan dia. Pastor Chastan harus meninggalkan rumah tanpa ciuman lembut dari ibunya. Dia pergi dan mengetahui bahwa dia mungkin tidak akan pernah kembali. Hal itu menjadi saat-saat yang sangat menyedihkan. Pastor Chastan datang ke Korea, dan bersama dengan Pastor Maubant yang sudah berada di sana sebelumnya, mereka bekerja keras untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Mereka mengunjungi desa Katolik yang terpencil di dalam gunung, dan mempertobatkan banyak orang. Mereka membaptis ribuan orang, mendengarkan pengakuan dosa mereka, dan mempersembahkan Misa bagi mereka. Mematuhi perintah Uskup Imbert, Pastor Chastan menyerahkan dirinya bersama dengan Pastor Maubant. Ketiga misionaris ini bertemu di penjara. Mereka dipenggal di Saenamteo pada tanggal 21 September 1839. Jenazah mereka dimakamkan di Gunung Samsongsan dan kemudian dipindahkan ke ruang bawah tanah (yang berada di bawah altar utama) di Katedral Myeongdong. Ketika menjadi martir, Pastor Chastan berusia 35 tahun.[1] Referensi
|