Insiden Tapani[3] tahun 1915 adalah salah satu pemberontakan bersenjata terbesar[4] oleh orang Han dan penduduk asli Taiwan, termasuk Taivoan, melawan pemerintahan Jepang di Taiwan. Nama-nama alternatif yang digunakan untuk menyebut insiden ini termasuk Insiden Kuil Xilai sesuai nama Kuil Xilai di Tainan, di mana pemberontakan mulai, dan Insiden Yu Qingfang sesuai nama pemimpinnya Yu Qingfang.[5]
Pemberontakan
Beberapa kantor polisi Jepang diserang oleh para pejuang penduduk asli dan Tionghoa Han di bawah Chiang Ting (Jiang Ding) dan Yü Ch'ing-fang (Yu Qingfang).[6]
Konsekuensi
Historiografi Taiwan modern mencoba untuk menggambarkan Insiden Tapani sebagai suatu pemberontakan nasionalis baik dari perspektif Tiongkok (unifikasi) atau Taiwan (kemerdekaan). Historiografi kolonial Jepang berusaha menggambarkan insiden ini sebagai sebuah contoh berskala besar dari kebanditan yang dipimpin oleh unsur-unsur kriminal. Namun, Insiden Tapani berbeda dari pemberontakan lainnya dalam sejarah Taiwan karena unsur-unsur milenarianisme dan agama rakyat, yang memungkinkan Yu Qingfang untuk menghimpun kekuatan bersenjata yang signifikan yang para anggotanya menyakini mereka kebal terhadap persenjataan modern.[7]
Kesamaan antara retorika para pemimpin pemberontakan Tapani dan Perkumpulan Keselarasan Keadilan dari Pemberontakan Boxer mutakhir di Tiongkok adalah tidak takluk pada otoritas kolonial Jepang, dan pemerintah kolonial kemudian lebih memperhatikan agama populer dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan administrasi kolonial di Taiwan selatan.
Para penduduk asli Taiwan melanjutkan dengan perjuangan bersenjata dengan kekerasan melawan Jepang sementara perlawanan Tionghoa Han dengan kekerasan berhenti setelah Tapani.[8]
Lihat juga
Catatan
Referensi
- Katz, Paul R. (2 March 2007). "Governmentality and Its Consequences in Colonial Taiwan: A Case Study of the Ta-pa-ni Incident of 1915". The Journal of Asian Studies. 64 (02): 387–424. doi:10.1017/s0021911805000823.
Pranala luar